kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan berat
"mas, kenapa?" lamunannya terpecah, Rafa menutup laptop yang memang sejak tadi sudah mati, Alya bisa melihat ke gusaran di wajah suami tercinta, Rafa berjalan mendekati Alya yang duduk di pinggir ranjang, pria itu menunduk menatap perut sang istri, ia usap dengan lembut.
"mas, kenapa?" rasa penasaran tidak dapat lagi ia pendam, Alya ingin tau penyebab keresahan Rafa, sejak kepulangannya, pria itu banyak diam, seperti ada beban yang sedang ia cari jalan keluarnya, Alya ingin tau, ia berharap bisa sedikit membantu.
Rafa kembali duduk tegap, Alya tidak mengalihkan pandangannya pada Rafa, sedangkan pria itu menatap kosong ke depan, setelah berkutat sendiri dengan pikirannya, rafa setuju untuk menjadi wakil sang papah, Rafa akan menghabiskan waktu tiga Minggu di negara orang, meninggalkan istri yang sedang hamil muda.
Rafa menoleh menatap Alya lekat, ia arahkan anakan rambut Alya ke belakang telinga.
"saya harus pergi untuk gantiin papah" ucap Rafa, ia masih dengan setia mengusap - usap wajah Alya.
"terus apa masalah nya mas, bukannya sudah biasa"
helaan nafas berat terdengar jelas di telinga.
"saya harus ke Singapura selama tiga Minggu, Alya"
Ok, sekarang bukan hanya Rafa yang gusar, tapi ia juga, Alya berusaha menutupi itu, jujurnya ia tidak ingin di tinggal, ia butuh Rafa di dekatnya, ia ingin Rafa terus ada di sisinya, ia tidak sanggup memikirkan hari yang akan di lalui tanpa sosok Rafa di sampingnya.
Alya diam, ia dengar kan lagi apa yang Rafa ucapkan
"saya kawatir ninggalin kamu sendiri, tapi saya juga nggak bisa nolak permintaan papah" Alya menggenggam tangan besar Rafa, ia usap punggung tangan sang suami menggunakan ibu jarinya.
"mas nggak usah kawatir, aku bisa jaga diri, kan ada Jihan, aku bisa minta tolong satpam depan juga, apa yang perlu di khawatirkan mas" ucapan dan hati bertolak belakang, tapi alya tidak ingin dirinya menjadi penyebab kekecewaan mertua pada sang suami karena rasa kawatir yang berlebih.
"aku takut ke jadian yang lalu terulang lagi, kamu pendarahan, masuk rumah sakit, aku merasa gagal Jaga kamu dan anak kita" Rafa mengingat kembali kejadian hari di mana ia mengabaikan panggilan Alya, dan berakhir dengan pemandangan kamar mandi di penuhi darah sang istri karena pendarahan. hal itu seakan menjadi trauma berat untuk nya.
"mas, jangan menyalahkan diri sampai menjadi beban di hati, yang lalu sudah biarkan, aku sama anak kita juga nggak papa, aku punya Allah, kita punya tuhan sebagai sebaik - Baik pelindung, toh kamu juga pergi cuman 3 Minggu, nggak bertahun - tahun, pergilah, jalan kan tugas sebagai anak yang berbakti pada orang tua, jangan kecewakan beliau, Aku di sini akan menunggu kepulangan mu dengan selamat, jangan kawatir, aku sudah biasa sendiri"
Rafa menarik Alya dalam dekapan, ia merasa sedikit tenang mendengar ucapan istri kecilnya, ia juga sudah bicarakan dengan Naila, dan satu keinginan Rafa selama ia pergi, Rafa ingin tetap ada yang mengawasi Alya, jadi ia putuskan untuk membawa Alya ke rumah megahnya bersama Naila, ia yakin Naila pasti bisa menjaga Alya, Naila wanita baik. menurut nya.
"Al..."
"Hem, kenapa mas?" Alya masih berada di pelukan, ia letakkan dagu di tempat ternyaman saat berada dekat dengan Rafa.
"saya akan pergi tiga Minggu, saya mau kamu tetap ada yang mengawasi, saya akan bawa kamu tinggal sementara dengan Naila " Alya membuka matanya, ia kaget bukan kepalang mendengar permintaan sang suami , ia basahi kerongkongan dengan meneguk Saliva, entah kenapa tiba-tiba rasanya begitu tercekat.
"saya akan merasa aman kalo kamu tinggal bersama Naila sementara waktu, dia wanita baik, saya yakin dia bisa menjaga kamu selama saya pergi" Alya melepaskan pelukan.
"mas, aku di sini aja nggak papa, mas, yang ada aku ngerepotin mbak Naila, kesian beliau"
"saya sudah bicarakan dengan Naila, dia Setuju, di sana banyak pelayanan, Naila nggak akan merasa di repot kan"
"mas..."
"saya nggak akan pergi kalo kamu juga nggak pergi ke rumah Naila" habislah Alya, baru saja tadi siang ia bertemu wanita itu dan di minta untuk pergi jauh dari hidup mereka, tapi sekarang suaminya sendiri yang mengirim dirinya ke kandang harimau.
terpaksa Alya mengangguk, semakin ia berusaha menolak , maka Rafa juga tidak akan menyerah dengan keputusannya.
Rafa jadi merasa lega, ia kembali memeluk Alya, mungkin hal ini akan ia rindukan selama tiga Minggu, jujur Alya lah tempat pulang ternyaman untuk Rafa, berbeda dengan Rafa, Alya yang sekarang justru di buat gusar, tidak ada pilihan ia harus tinggal tiga Minggu bersama istri pertama sang suami, berharap saja semoga kekwatiran yang berlebih di hati Alya hanyalah prasangka saja, Naila tidak lah se menyeramkan itu.
....
"iya"
...
"atur jadwal pertemuan besok"
...
"semuanya, kirim lewat email"
....
"jangan lupa, presentasi, kamu susun aja semuanya, besok saya cek"
....
tiitt!!!!
"mas, turun kita makan"
"iya" Rafa turun dengan pakaian yang sudah rapi, begitu juga dengan Alya yang sudah siap dengan pakaiannya, ia menggunakan gamis dengan hijab berwarna senada menutup dada.
"habis sarapan, saya langsung antar kamu ke rumah Naila" Alya mengangguk dan kembali duduk setelah menyendok nasi ke piring Rafa.
"kalo ada apa-apa langsung telpon saya"
"iya, mas"
"jangan kecapean, tenaganya jangan di Porsis untuk ngerjain tugas"
"iyaaa, mas ku" Alya di peringati seperti anak kecil saja, tapi ia tau itu bentuk kasih sayang rafa untuk Nya.
"jangan bandel kalo di nasehatin naila, apapun yang ia katakan pasti untuk kebaikan kamu" Alya tidak menjawab lagi, tapi dalam hati ia bergumam
"semoga saja" batin Alya
"vitamin jangan lupa di minum, jangan banyak pikiran"
"iya mas, iya"
....
"pak saya titip rumah, ya"
"siap tuan" Rafa menyusul Alya yang sudah lebih dulu berada di mobil.
"kita berangkat sekarang " alya Mengangguk, selama di jalan Rafa sibuk Mengangkat panggilan yang silih berganti masuk ke ponselnya, ada yang dari kampus, ada dari kantor,ada dari orang tuanya dan entahlah, Alya tidak tau siapa mereka, yang Alya tau sekarang Jika perasaannya semakin gelisah kala mobil Rafa semakin dekat menuju rumah kediaman istri pertama.
keringat di dahi dapat menggambarkan betapa gugup nya Alya sekarang, tangan di atas pangkuan teremas kuat, sesekali alya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, ia juga membuang muka ke samping jalan, tak ingin menatapnya Rafa, takut pria itu bisa melihat kegelisahan hati dari raut wajah yang sudah ia palsukan sejak kemarin malam
"ya, Allah, yakin kan hati hamba, Jika semua nya akan baik - baik saja"
note : jangan lupa kasih dukungan ya ges,biar aku semangat juga lanjutin ceritanya.
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya