Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak Dipeluk.
"Akh! Sial! Bagaimana nanti kita bisa pulang?"
"Nah kamu! Kenapa jadi bego? Harusnya kunci kamu bawa!"
"Orang aku panik, mana aku bisa ingat sampai situ."
Ahh, bodoh!"
Itulah segelintir perdebatan dari tiga orang pria yang sedang bersembunyi di pojokan lapangan. Mereka berhasil lolos dari kejaran para warga dan sekarang sedang melepas lelah sambil saling menyalahkan.
"Nanti malam kita diam diam kesana lagi," titah Bejo.
"Mau nyari mati?" protes pria bertopi.
"Makanya, aku bilang, kita bergerak diam diam! Bukan terang terangan seperti tadi! Kenapa jadi pada bego begini sih? Kalau soal duit aja cepet," dumel Bejo lalu dia menelentangkan badannya di atas rumput. Mereka akhirnya terdiam dan hanyut dalam pikiran masing masing.
Sementara itu di rumah Jiwo, dua istrinya masih nampak syok dan ketakutan. Mereka tidak menyangka akan mengalami hal mengerikan lagi. Mereka sungguh tidak menduga orang orang itu masih mencarinya.
Emak dan Jiwo hanya sanggup memandangi mereka dengan perasaan khawatir. Sedangkan para warga berangsur membubarkan diri setelah keadaan dinyatakan aman. Untuk mobil penjahat, diletakkan di samping rumah Pak Rt, sedangkan kuncinya, Jiwo yang megang. Dia yakin, tiga orang itu pasti tidak akan menyerah begitu saja.
"Lebih baik kalian berdua masuk kamar, istirahat saja di dalam," perintah Jiwo pada dua istrinya yang sudah mulai berangsur hilang rasa paniknya.
"Nanti saja, Mister. Disini saja dulu yang rame, biar nggak kepikiran," jawab Alana, salah satu istri yang tadi berhasil dibekap.
"Ya sudah, kalau kamu maunya begitu," balas Jiwo lembut.
"Untung tadi Mister sama Aziza, pulangnya tepat waktu, coba kalau telat sedikit. Nggak tahu deh, nasib mereka berdua akan bagaimana?" ucap Alena.
"Ho oh, Mister. Kok bisa gitu, Mister?" tanya Andin.
Jiwo mengulas senyum sejenak memandang barisan para istri dan Emak yang menatapnya. "Ya kebetulan aja tadi pas udah sepi, si Aziza minta buru buru pulang. Dan, jarak kita juga memang sudah dekat jadi ya aku ngebut bawa motornya. Eh masuk ke pertigaan aku lihat Alana sama Anum lagi dipaksa masuk mobil. Kok kalian tadi nggak teriak minta tolong?"
"Mana sempat, Mister. Mereka langsung menarik dan membekap mulut kita dengan kencang," jawab Alana.
"Benar, Mister. Apalagi mereka bawa senjata tajam. Kita makin takut," sambung Anum.
Jiwo nampak manggut manggut. Bibirnya mengulum senyum. Ada rasa gemas dan hangat yang menjalar dalam hatinya melihat istri istrinya bersikap demikian.
"Lain kali berarti kalian harus lebih waspada. Sekarang, mereka sudah tahu kalian ada di disini. Pasti mereka punya rencana lain nantinya."
"Baik, Mister."
"Ya sudah aku mau mandi terus makan," ucap Jiwo, lantas dia beranjak menuju kamarnya meninggalkan para wanita yang masih sibuk berbagi cerita tentang apa yang baru saja mereka alami.
"Harusnya tadi aku ikut berkelahi ya? Lama nggak olahraga otot aku," ucap Andin.
"Hahha ... sama, aku juga lama nggak latihan bela diri," timpal Anisa.
Jiwo yang mendengar obrolan istri istrinya hanya mengulas senyum saja sambil berlalu guna melakukan apa yang sudah menjadi niatnya. Hingga tak butuh waktu lama, semua sudah selesai Jiwo lakukan. Setelah makan usai, Jiwo menghabiskan wakunya, duduk di depan teras rumah. Selain istirahat, dia juga ingin mengawasi keadaan sekitar tumah. Mungkin saja, para penjahat itu masih nekad datang.
"Sudah malam, Mister nggak masuk?" suara salah satu istri Jiwo membuyarkan lamunan. Jiwo lantas menoleh dan mengulas senyum.
"Kenapa kamu malah keluar? istirahat saja sana," titah Jiwo pada Alana yang duduk di kursi sebelahnya.
"Malam ini jatah aku menemani Mister tidur, kalau aku di kamar sendirian, mana tenang? Sedangkan Mister masih di luar," cicit Alana. Jiwo lagi lagi mengulas senyum. Entah kenapa dimata pria itu, semua istrinya selalu bisa bersikap menggemaskan.
"Ya udah, ayo sekarang kita masuk kamar. Kita ngobrol di dalam saja," ajak Jiwo. Pada akhirnya dia memang harus mengalah. Apa lagi sekarang, dia memang sudah tidak ada rasa canggung lagi, tidur dengan istri istrinya.
Alana tersenyum dan dia setuju dengan ajakan Jiwo. Setelah mengunci puntu dan menutup tirai serta mematikan lampu, mereka lantas masuk ke dalam kamar dan mulai membaringkan diri. Jiwo memilih telentang menghadap langit, sedangkan Alana berbaring miring menghadap sang suami. Sejenak suanasa menjadi hening.
"Mister," panggil Alana pelan.
"Hum," balas Jiwo sambil melirik sekilas wanita yang sedari tadi menatapnya. Ada rasa grogi dalam hati Jiwo dipandang sedalam itu oleh seorang wanita.
Hati Jiwo semakin dibuat gelisah saat tiba tiba sang istri bergeser ke arahnya dengan salah satu tangan melingkar di perut Jiwo.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jiwo agak tergagap. Apalagi saat kepala wanita itu nempel di salah satu sisi dadanya.
"Terima kasih, Mister. Mister sungguh telah melindungi saya, terima kasih."
...@@@@@...
yach.. namanya juga fantasi/Smug/