NovelToon NovelToon
Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Dunia Masa Depan
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: asep sigma

Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembunuh Bayaran

Malam itu, bulan sabit menggantung tipis di langit, menyinari sebuah bangunan megah di atas bukit. Dante bersembunyi dalam bayang-bayang, mengamati setiap gerakan di sekitar gedung mewah itu. Matanya tajam, penuh perhitungan—ia tahu bahwa malam ini adalah malam tugasnya.

Saat itu, Dante teringat kembali pada pertemuan dengan kliennya beberapa hari yang lalu. Dalam sebuah ruangan remang di sebuah kafe tersembunyi, seorang pria berjubah rapi duduk di sudut, memandang Dante dengan tatapan dingin. Suara pria itu terdengar lembut namun penuh kepastian.

"Jadi, kau bersedia menghapus nama Erik?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Dante.

Dante menanggapi dengan tenang, "Membunuh seseorang adalah hal yang mudah, "jawabnya sambil memainkan kuku jarinya, lalu menatap ke arah kliennya. "asal harganya pas, akan ku pastikan nama Erik ini menghilang."

Pria itu tersenyum tipis, lalu mengeluarkan koper yang sudah ia bawa dari tadi dan meletakkannya di meja. "Ini, $100,000. Aku ingin kau pastikan bahwa Erik. Seorang pembisnis besar yang selalu mengganggu kepentingan kami—tidak lagi menjadi masalah."

Dante membuka koper itu, memeriksa uang dengan mata dingin. "Uang sudah cukup, dan kau yakin ini yang kau inginkan?" tanyanya, nada suaranya datar namun menyiratkan kepastian.

"Ini bukan sekedar keinginan biasa, di dunia dimana yang kuat yang bertahan, aku harus mengambil tindakan terlebih dahulu. Jangan ada pertanyaan lagi. Aku ingin segera mendengar kabar baiknya darimu. Pastikan semuanya berjalan lancar," jawab klien itu tanpa ragu.

Malam itu, ketika kenangan itu melintas di benaknya, Dante menutup mata sejenak. Ia tersenyum tipis—tugas seperti ini sudah menjadi bagian dari hidupnya, bagian dari dunia yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang hidup dalam bayang-bayang.

Kini, kembali ke misi, Dante merasakan adrenalin mengalir deras dalam darahnya. Ia mulai bergerak, melangkah dengan tenang menuju pagar besar yang menjulang di depan gedung mewah. Di sana, dua penjaga berjaga di dekat pintu masuk.

Sambil berbisik pada dirinya sendiri, Dante berkata, "Waktunya sudah tepat."

Dalam sekejap, ia melesat mendekat. Teknik larinya sangat cepat seperti terlihat sebuah teleportasi. Dengan gerakan sehalus bayangan, dua penjaga itu yang berada di gerbang bangunan tiba-tiba terjatuh tanpa sempat mengeluarkan suara.

Setelah menyelesaikan dua "masalah kecil" itu, Dante menyelinap lebih dalam ke dalam. Dia membunuh para penjaga yang sedang berpatroli di halaman dengan teknik bayangannya yang memukau. Malam menjadi saksi atas kelihaiannya dalam membunuh.

Ia masuk lebih dalam lagi. di sepanjang lorong yang gelap, ia mendekati setiap penjaga dengan hati-hati—dan satu per satu, mereka tak lagi mampu mengeluarkan jeritan.

Sesekali, suara desah nafas atau bisikan rendah terdengar dari Dante, "Maafkan aku, tak ada waktu untuk pamrih," namun tidak ada yang mendengar selain kegelapan malam.

Akhirnya, Dante tiba di depan pintu ruangan Erik. Di luar pintu itu, seorang penjaga berdiri tegap. Dante menghela napas dan mengulurkan tangannya dengan cepat, mengakhiri hidup penjaga itu dengan satu gerakan terampil yang hampir seperti tarian.

Begitu pintu terbuka, di dalam ruangan itu terlihat Erik yang terkejut. Wajahnya pucat, matanya melebar seakan tidak percaya apa yang terjadi.

"Siapa... siapa kau?!" teriak Erik dengan suara gemetar.

Dante melangkah mendekat, suara langkah kakinya nyaris tak terdengar. "Aku? Aku adalah seorang utusan," bisiknya dengan tenang namun mengerikan.

Erik dengan panik mencoba memanggil penjaga, "Tolong, penjaga.... penjaga!" Namun, setiap suara yang semestinya datang dihadangnya sudah lenyap—semua penjaga sudah menjadi bayang-bayang di tangan Dante.

Dengan tatapan dingin, Dante mengayunkan belatinya dan menusuk tepat ke dada Erik. "Maafkan aku, tapi ada urusan yang harus diselesaikan," ujarnya singkat sebelum tubuh Erik tersungkur dan tak lagi bergerak.

Dante berdiri sejenak, memastikan tugasnya telah selesai. Ia menarik napas dalam, mendengarkan keheningan yang kini menyelimuti ruangan itu. Dalam benaknya, ia kembali mengingat koper yang pernah dipegangnya—$100,000 sebagai imbalan yang membuktikan bahwa dalam dunia ini, kekuasaan uang bisa menghapus kehidupan seseorang.

Malam itu, dalam gelap dan dinginnya bayang-bayang, Dante menghilang kembali ke kegelapan. Tugasnya selesai, namanya semakin tercatat sebagai pembunuh bayaran yang tak kenal kompromi. Dan bagi Dante, setiap pembunuhan hanyalah langkah lain dalam perjalanan panjangnya di dunia yang penuh intrik dan dendam.

...****************...

Ruangan itu terasa begitu luas dan sunyi, hanya diisi suara napas lelah dari orang-orang yang baru saja melewati hari penuh ketegangan. Sofa-sofa kulit berwarna hitam berjejer rapi di ruang tamu besar itu, sementara lampu gantung kristal menggantung di atas kepala mereka, memberikan cahaya redup yang menenangkan.

Dante duduk di salah satu kursi dengan tangan bersilang di dada. Sejak perjalanan pulang, ia tidak banyak bicara, hanya mendengarkan sambil sesekali melirik Kael dan yang lainnya. Setelah semua orang duduk, akhirnya ia membuka suara.

"Jadi," Dante menghela napas pelan, suaranya tenang tapi penuh ketegasan, "bisakah seseorang menjelaskan kepadaku bagaimana kalian bisa tertangkap?"

Edgar menoleh ke arah Kael, Elira, dan Iris sebelum menjawab. "Sebelum itu, aku harus memperkenalkan mereka lebih dulu." Ia menoleh ke Dante. "Ini Zayne, Elira, dan Iris. Mereka yang membantuku dalam operasi ini."

Dante menatap mereka satu per satu dengan mata tajamnya. Kael duduk dengan tenang, meski tubuh kecilnya tampak kelelahan. Elira bersandar pada sofa dengan tangan terlipat, masih waspada. Iris duduk mengepal tangannya di atas paha, jelas terlihat kesal atas apa yang telah terjadi.

Edgar kemudian melanjutkan, "Dan ini Dante. Salah satu orang yang paling bisa kita andalkan dalam dunia ini."

Kael mengangguk kecil, begitu pula Elira dan Iris. Tidak ada sapaan yang berlebihan, hanya kesepahaman dalam tatapan mereka—bahwa mereka berada di tempat ini karena kondisi yang sama.

Setelah jeda sejenak, Edgar akhirnya mulai menceritakan semuanya.

"Sejujurnya, rencana kami sudah sempurna. Kami sudah mempersiapkan segalanya untuk menyusup ke pabrik dan mencuri data proyek Nexus Core. Tidak ada satu pun celah yang kami abaikan," Edgar menjelaskan, ekspresinya menunjukkan betapa ia masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi.

Dante tetap diam, menunggu kelanjutan cerita.

"Tapi ternyata..." Edgar mengepalkan tangannya, suaranya sedikit bergetar menahan amarah. "Orang yang kami anggap teman, yang selama ini ada bersama kami dalam perencanaan, adalah bagian dari Cobra Zone."

Elira menggertakkan giginya. "Kami tidak pernah menyangka dia akan berkhianat..."

Iris menundukkan kepalanya, menyembunyikan ekspresi marahnya.

Edgar melanjutkan, "Awalnya aku percaya pada orang itu. Dia masuk ke dalam kelompok kami, membantu kami merancang strategi, memberi saran, bahkan menyusup bersama kami. Tapi begitu waktunya tiba, dia membocorkan semua rencana kami ke Cobra Zone."

Dante menghela napas, tidak terkejut. "Pengkhianatan bukan hal yang baru dalam dunia ini," katanya datar.

Ruangan itu kembali hening sesaat sebelum akhirnya Kael berbicara. Suaranya terdengar rendah, penuh dengan penyesalan. "Semua ini terjadi karena aku... Aku yang membawanya ke dalam rencana kita. Aku yang percaya padanya."

Elira menoleh ke arah Kael. "Zayne, ini bukan salahmu sepenuhnya."

"Tetap saja," Kael menunduk, mengepalkan tangannya. "Seandainya aku lebih waspada, kita tidak akan sampai tertangkap seperti tadi."

Dante memperhatikan Kael dengan lebih saksama. Matanya menyipit, memeriksa sosok anak laki-laki berusia 12 tahun yang kurus dan tampak kelelahan, namun memiliki sorot mata yang berbeda dari anak-anak biasa.

Akhirnya, Dante membuka mulutnya dengan nada skeptis. "Edgar, apakah kau bodoh? Kenapa kau membawa anak kecil dalam operasi ini?"

Kael menegakkan tubuhnya, menatap Dante dengan tatapan tajam. Namun, sebelum ia bisa berbicara, Edgar sudah menjawab dengan tenang.

"Tubuhnya memang kecil, tapi dia sangat hebat. Bahkan dalam duel, dia sebanding denganku."

Dante mengangkat alisnya, sedikit terkejut.

"Benarkah?"

Ia kembali menatap Kael dengan lebih serius.

Kael yang merasa risih dengan tatapan itu langsung menantangnya. "Kalau kau penasaran denganku, kita bisa bertarung untuk membuktikannya."

Dante terdiam sejenak, lalu tiba-tiba tersenyum tipis. "Dengan tubuh yang kelelahan seperti itu, kau masih berani? Aku akui semangatmu, tapi sekarang waktunya beristirahat."

Kael ingin membalas, tapi tubuhnya memang terasa berat. Ia tahu Dante benar.

Dante pun berdiri dan mengarahkan mereka ke kamar masing-masing. "Elira dan Iris, kalian bisa tidur di kamar sebelah kanan. Edgar dan Zayne, di kamar sebelah kiri."

Elira menarik napas lega. "Akhirnya, tempat tidur yang layak."

Iris hanya mengangguk, masih tampak murung.

Edgar menepuk bahu Kael. "Ayo, kita butuh istirahat untuk merancang langkah berikutnya."

Mereka semua pun beranjak menuju kamar masing-masing. Setelah semua yang terjadi hari ini—kejar-kejaran, pengkhianatan, dan pertempuran yang melelahkan. Akhirnya mereka bisa beristirahat dengan tenang.

Di luar, malam semakin larut. Mansion Dante kini menjadi tempat perlindungan sementara bagi mereka yang sedang dalam pelarian.

1
Mia Sagitarius
penghianatan!!
Song Min: makasih, udh mampir kak
total 1 replies
Gamaken
Semangat kak upnya!
Song Min: thank u lek
total 1 replies
Chị google là em
Keren banget sih!
Song Min: thanks kak, pantengin kelanjutannya ya/Smirk/
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!