Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuka Hati
🌺🌺🌺
Fajar di ufuk timur telah menyingsing, ketika Surya mulai menyapa dunia dengan hangat sinarnya. Seulas senyum manis tersungging di kalah melihat bunga-bunga yang dia tanam bermekaran seolah menyapa. Kumbang pun tak mau kalah dengan kupu-kupu mereka seolah berlomba untuk hinggap di atas kuntum.
Begitu juga dalam perjalanan hidup ini yang terus bergulir, masa lalu biarlah berlalu, tapi jadikan lah sebagai pembelajaran untuk menyambut masa depan yang lebih baik. Kenangan biarlah dia tersimpan dalam kalbu. Penantian adalah sebuah hal yang tak pasti dengan sebuah harapan yang kadang sia-sia kadang pula singgah.
Lamunan ku dan angan ku kadang masih mengharap dia akan kembali. Tapi di setiap kali tersadar itu jauh dari kata mungkin. Siapa lah aku, mungkin aku hanyalah kerikil kecil yang hanya dia tapaki. Menarik nafas dalam dan perlahan ku hembuskan mengurangi sedikit beban setidaknya untuk menyambut hari dengan mencoba bahagia.
Setiap hari seperti rutinitas biasa, saat pagi aku selalu singgah di sebuah gazebo yang ada di taman, disana sudah berjejer rapi anak-anak yang menanti. Mereka adalah anak-anak yang kurang beruntung, untuk sekolah saja orang tuanya tidak mampu membiayai, tapi semangat mereka untuk belajar tidak lah pudar setiap pagi aku mencoba membantu mereka untuk belajar membaca dan menulis. Meski pendidikan ku tidaklah tinggi tapi setidaknya untuk mengajari membaca dan menulis saja aku masih sanggup. Dan semua ini sudah berjalan selama enam bulan, dan hasilnya mereka sudah mengenal huruf dan bisa membaca meski ada yang belum lancar, menghitung pun mereka sudah bisa antara penjumlahan, pengurangan dan perkalian. Dan setiap pukul delapan mereka kembali ke rutinitas mereka dan aku pun harus bekerja.
Kebetulan hari ini banyak orderan kue, sedangkan Tante Nura berkunjung ke Turki bersama keluarga. Tante menyerahkan semua urusan toko padaku. Aku pun di bantu para rekan. Satu persatu pesanan sudah di ambil, toko pun sangat ramai, sampai kue nya sudah habis. Semua pekerja sudah pulang terlebih dahulu sedangkan aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dan laporan akhir bulan. Tak terasa sudah pukul delapan malam, aku pun memutuskan untuk pulang setelah menyelesaikan semua pembukuan.
Ketika menutup pintu ternyata sebuah mobil terparkir di depan tokoh. Seorang pemuda menghampiri dengan senyuman yang tersungging dari bibir nya.
"Selamat malam nona.." sapa pemuda itu. Aku menghela nafas panjang sebelum membalas sapaan nya.
"Malam,, ada apa lagi Yosi?" tanya ku pada pemuda itu yang kini sudah masuk salah satu universitas ternama di kota ini.
"Seperti biasa nyonya menyuruh saya menjemput anda nona, katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan" jawab Yosi. Ayahnya masih setia menjadi kaki tangan ibu ku, begitu pun Yosi kini dia menjadi sopir pribadi ibu ku. Dia sudah tak lagi bekerja sebagai bar tender, karena ibu ku menjual klub itu satu tahun yang lalu dan kini ibu memilih membuka sebuah butik dan salon kecantikan.
"Help me,, jika nona menolak maka nyonya pun akan selalu memintaku membujuk anda nona" lanjut Yosi merasa frustasi, memang ini bukan yang pertama kali bagi Yosi untuk membujuk ku, tapi mungkin sudah yang ke sepuluh kali. Aku menarik nafas dalam lalu mengangguk.
"Yes, terima kasih nona" seru Yosi begitu semangat, dia membukakan pintu mobil untuk ku.
"Silahkan nona ku yang cantik" serunya riang. Aku hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah Yosi.
Kami pun sampai di depan mension yang sudah lama tak ku singgahi.
"Nona silahkan!" ujar Yosi membukakan pintu mobil untuk ku.
"Thanks.." jawab ku seraya keluar dari dalam mobil. Menarik nafas dalam sejenak, baru kaki ku melangkah menapaki undakan anak tangga, pintu pun terbuka dan sebuah sambutan hangat dari ART menyapa.
"Selamat malam nona" sapa nya.
"Malam, ibu dimana?" tanya ku to the point.
"Ada di ruang tengah nona, silahkan!" jawab ART mempersilahkan masuk, ku langkahkan kaki ini menyusuri lorong ruang tamu, rumah ini tidak ada yang berubah masih sama seperti dulu. Dan terlihat seorang wanita paruh baya duduk di sebuah sofa memunggungi ku dia berkutat dengan ponsel nya.
"Assalamu'alaikum" salam ku.
"Kamu sudah datang" balas nya menatap ku.
"Jawab salam itu hukumnya wajib Bu" kata ku seraya duduk di depan ibu.
"Maaf! Wa'alaikum salam" ibu meletakkan ponselnya di atas meja.
"Yosi bilang ada hal penting yang ibu ingin katakan" tanya ku. Ibu melirik ku sekilas, tak lama dia terlihat menghela nafas, terlihat semburat wajah nya seolah mamang. Tak lama ART datang menyajikan teh hangat untuk ku.
"Silahkan nona!" ujar ART menaruh teh di depan ku.
"Terimakasih" jawab ku. ART itu pun undur diri. Aku mengambil teh itu dan meminumnya.
"Om Carlos mengajak ibu ke Itali" aduh nya seraya menatap ku. Aku mengernyit seraya meletak kan kembali cangkir ke atas meja.
"Dia ingin memperkenalkan ibu pada keluarganya" lanjut ibu. Ternyata om Carlos membuktikan perkataan nya pada ku, tapi sepertinya ibu ku masih ragu.
"Kenapa, apa ibu masih ragu?" tebak ku, dan sepertinya tebakan ku benar dengan diam nya ibu.
"Hem,, aku masih trauma" jawab nya lirih. Aku menarik nafas panjang.
"Trauma itu tidak akan bisa sembuh jika ibu masih menyimpan nya. Mungkin ini adalah jalan dari Tuhan untuk menyembuhkan trauma itu lewat om Carlos, cobalah buka hati dan diri ibu, biarlah masa lalu usai ada masa depan yang lebih baik untuk ibu"
"Aku tahu rasa cinta ibu pada ayah tak bisa terhapus meski ibu benci pada ayah, tapi cobalah Bu membuka hati ibu untuk orang yang tulus mencintai ibu dan rela berkorban untuk ibu" lanjut ku. Ibu terdiam dia menunduk.
"Aku takut keluarga nya tidak menerima ku" lirih nya.
"Bagaimana ibu bisa menilai sedangkan ibu saja belum bertemu mereka" timpal ku.
"Berdamai lah Bu dengan masa lalu, agar ibu bisa menyongsong masa depan ibu" lanjut ku.
"Ibu berhak bahagia" kata ku sebelum beranjak.
"Apa kau tak menginap?" tanya nya saat melihat ku beranjak dari duduk ku. Aku menggeleng.
"Aku ingin pulang" jawab ku. Ibu pun mengangguk.
"Assalamu'alaikum" pamit ku.
"Wa'alaikum salam, hati-hati dan terima kasih nak, akan ibu pikirkan saran mu".
Bukan nya aku tak ingin menginap di rumah ibu, tapi sepertinya ibu perlu waktu untuk berfikir. Ya muqollibal qulub, buka dan lembutkanlah hati ibu agar bisa menerima om Carlos jika memang dia yang terbaik untuk ibuku.