Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Ajakan Dadakan
Renata yang sangat jenius dimudahkan oleh Allah untuk mempelajari setiap huruf Hijaiyah dengan cepat. Selama berada di pondok hampir dua bulan itu ia selalu mengulang-ulang bacaannya hingga akhirnya ia bisa membaca Alqur'an dengan lancar. Tidak lupa ia selalu menghafal surah-surah pendek untuk memperbanyak hafalannya jika ia sedang menjalani sholat lima waktu.
"Renata. Perkembangan belajarmu sangat pesat. Insya Allah dengan kamu terus menerus mendalami Al-Qur'an, maka Allah akan memberikan petunjuk disetiap permasalahan yang kamu hadapi. Minta sebanyak-banyaknya pada Allah karena Allah maha kaya dan maha pemberi solusi," ucap ummi Dilla usai Renata menyelesaikan bacaan Al-Qur'an nya.
"Benarkah itu ummi? Apakah Allah akan memberikan sesuatu yang tidak mungkin bagi kita?" tanya Renata antusias.
"Insya Allah. Jika itu tidak bertentangan dengan hukum Allah, pasti Allah akan mengabulkan permintaanmu," ucap ummi Dilla.
"Bagaimana kalau yang aku minta adalah milik orang lain ummi?" desis Renata lirih.
"Maksud kamu apa nak? Jangan bilang kalau kamu seorang pelakor nak. Itu tidak baik," ucap wanita yang tidak memiliki keturunan itu.
"Bukan begitu ummi, dia belum resmi atau lebih tepatnya mereka belum menikah. Apakah aku boleh meminta dia menjadi milikku?" tanya Renata.
"Kalau begitu mintalah yang terbaik untukmu karena Allah lebih tahu apa yang kamu butuhkan," balas ummi Dilla penuh bijak.
"Terimakasih ummi atas penjelasannya. Insya Allah, aku akan melakukannya dengan baik dalam setiap munajatku pada Allah. Aku pamit kembali ke kamarku, ummi," ucap Renata lalu salim kepada ummi Dilla.
"Ya Allah. Jangan hadirkan cinta di hatiku jika aku hadir diantara mereka hanya menjadi menjadi seorang pelakor," batin Renata menggantikan pakaiannya dengan baju tidur.
Drettt....
Ponsel Renata berdering. Renata tersenyum melihat wajah tampannya Bryan dilayar ponselnya. Ia buru-buru menjawab panggilan itu. Keduanya saling menyapa dengan salam.
"Apakah kamu sudah mau tidur, sayang?" tanya Bryan.
"Belum. Mungkin sebentar lagi," ucap Renata.
"Apakah boleh aku ajak kamu keluar sebentar? Aku ingin mengajakmu makan nasi goreng atau apa saja yang kamu inginkan, Rania," pinta Bryan.
"Berarti aku harus menjemputmu, dulu?" tanya Renata.
"Aku yang akan menjemputmu. Aku di depan pesantren sekarang ini," ucap Bryan dengan santai.
"What...? Kamu nyetir sendiri ke sini? Bagaimana bisa?" gugup Renata.
"Bukankah kacamata pintar ini lebih ahli menjadi navigasi ku. Bahkan dia lebih pintar dari google map sekalipun," puji Bryan membuat Renata buru-buru mengenakan lagi baju syar'i lengkap dengan cadarnya.
"Astaghfirullah. Baik. Tunggu aku disitu dan jangan ke mana-mana. Awas saja terjadi sesuatu padamu aku bisa ikut mati bersamamu," ucap Renata berlari keluar mencari mobil Bryan yang terparkir sedikit lebih jauh dari pesantren.
Bryan sudah berdiri di samping mobilnya. Ia melambaikan tangannya ketika melihat Renata menghampirinya.
"Cih...! Ia bersikap seolah-olah sudah bisa melihat saja." Renata tersenyum lalu buru-buru masuk ke mobil karena tidak ingin ada yang melihatnya kabur.
Mobil kembali melaju dengan stabil. Renata menarik nafas berat melihat Bryan mengendarai mobil dengan normal. Kacamata itu memberikan petunjuk jalan menuju tempat tujuan.
"Kita mau makan nasi goreng di mana, Bryan?" tanya Renata bingung karena Bryan melewati semua kedai makanan yang ada di beberapa yang mangkal di pinggir jalan tersebut.
"Di restoran di salah satu hotel," ucap Bryan dan Renata hanya menarik nafas lebih dalam.
"Ya Allah. Orang kaya mah enak. Mau makan tinggal ke restoran," batin Renata.
Tiba di hotel, beberapa room boy menyambut mereka. Bahkan Bryan terlihat mengenakan jas rapi malam itu." Tolong antarkan koper saya ke kamar saya...!" titah Bryan yang merupakan pemilik hotel itu.
Renata hanya terbeliak mendengar ucapan Bryan." Untuk apa dia mengajak aku ke kamar hotel? Apakah dia sudah tidak waras?" batin Renata bergidik ngeri.
Pintu lift berhenti di mana ada dua orang wanita yang menyambut mereka dengan ramah." Silahkan tuan...! Sebentar lagi pak Abdul Karim datang," ucap salah satu wanita itu.
"Tolong dandan wanitaku...! Lakukan seperti apa yang aku minta pada kalian sebelumnya. Kamu mengerti!" Bryan membisikkan sesuatu pada Renata lalu melangkah begitu saja meninggalkan Renata yang hanya bisa terpaku diam.
"Mengerti tuan...! Nona... tolong ikut dengan saya...!" pinta wanita muda bernama Wulan.
"Emangnya ada acara apa mbak? Kenapa saya di suruh dandan?" tanya Renata tidak mengerti.
"Anda akan mengetahuinya nanti, nona. Ini adalah suprise dari tuan Bryan. Kami diminta untuk merahasiakannya dari anda," ucap Wulan lalu membuka pintu kamar di mana ada seorang wanita berperan sebagai MUA yang siap mendadani Renata.
"Nona. Silahkan mandi terlebih dahulu sebelum saya merias anda," ucap MUA itu.
Renata mengikuti saran MUA karena atas permintaan Bryan pastinya. Ia sudah enggan untuk bertanya lagi pada wanita-wanita yang ada di depannya karena mereka akan menjawab dengan kata rahasia.
Dalam satu jam lebih, Renata terlihat sangat anggun dan cantik saat mengenakan gaun pengantin syar'i yang tetap menggunakan cadar putih. Renata tidak bodoh. Ia bisa menebak apa yang diinginkan oleh Bryan padanya malam ini.
"Apakah aku akan menikah dengan Bryan?" jantung Renata makin terpompa dengan kencang.
Kedua wanita tadi mengantarkan Renata ke kamar Bryan di mana sudah ada penghulu dan juga saksi. Pintu kamar itu dibuka sendiri oleh Bryan yang langsung tersenyum saat kacamata pintar itu memberitahunya kalau Renata sangat cantik malam ini.
"Silahkan masuk calon istriku...!" ucap Bryan makin membuat Renata syok.
"Bryan...! Ini tidak benar. Kamu sudah melanggar aturan kakek yang melarang kita menikah sebelum masuk bulan ke tiga," ucap Renata yang begitu takut zinah karena Bryan masih menganggapnya sebagai Rania.
"Itu urusan aku dengan kakek, sayang. Yang penting malam ini aku akan menghalalkan kamu," ucap Bryan santai.
"Tapi aku...-"
"Bryan. Apakah kita bisa mulai ijab-kabul nya? Tegur pak Abdul Karim selaku penghulu.
"Iya pak. Kami sudah siap untuk menikah...!" Bryan menuntun Renata untuk duduk disampingnya.
Setelah semuanya siap dengan dihadiri beberapa tamu undangan dari pihak Bryan yang tidak lain adalah para sahabatnya Bryan yang akan menjadi saksi pernikahan Bryan dan Renata malam ini.
"Bryan Adam Binti Muhammad Syahrir Firza saya nikahkan dan kawinkan anda dengan saudara Renata Claudia putri binti Iskandar Winata dengan mas kawin satu set perhiasan berlian dengan uang dua juta euro dibayar tunai," ucap pak penghulu sambil menjabat tangan Bryan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Renata Claudia Putri binti Iskandar Winata dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucap Bryan dengan lantang yang langsung disambut oleh dua orang saksi dengan kata sah.
Renata terpaku ditempatnya merasa tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Bryan mengetahui identitas aslinya. Itu berarti ia tidak perlu lagi berpura-pura lagi menjadi seorang Rania. Belum saja Renata menghilangkan syoknya Bryan sudah mengajaknya berdiri untuk menyematkan cincin kawin pada jari manisnya.
Bryan lalu mengecup kening Renata lalu mengucapkan sebaris doa di ubun-ubun Renata dan air mata Renata luruh bersama dengan itu karena tidak kuat menahan haru.
Bryan menyerahkan mahar untuk Renata. Keduanya lalu bersalaman dengan pak penghulu dan lainnya. Walaupun pernikahan ini masih siri, namun setidaknya Bryan sudah bisa menyentuh Renata dengan izin Allah SWT.
next Thor
ditunggu selanjutnya...