Mia Pranata, seorang gadis yang sangat mencintai seorang pria bernama Azka Abraham Williams.
"Aku tulus mencintainya, hingga aku terus bertahan. Namun, kamu telah melempar kotoran ke wajahku, maka di titik itu aku menyerah," Mia Pranata.
Mia adalah gadis ceria yang selalu ada di sisi Azka setiap hari, hingga membuat Azka menjadi jengah dengan apa yang Mia lakukan. Makian dari Azka pada akhirnya membuat Mia pun menjauh.
Azka kini merasa kehilangan perhatian Mia, sehingga membuat dirinyalah yang mendekati Mia. Apakah Mia akan menerimanya kembali setelah semua yang terjadi? ataukah Mia akan menjauh dari Azka selama-lamanya?
Disini juga akan dilanjutkan cerita David Asher dan Alvin Frederick yang berawal dari novel "Amelie Sang Penjaga Jodoh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENIKAHLAH DENGANKU
"Ahhh!!" David meringis kesakitan saat wanita itu menekan lebam di pipinya dengan keras.
"Makanya jangan sok jagoan. Melawan orang mabuk saja tidak bisa, malah sok gaya."
"Aku kan ingin menolongmu," ujar David.
"Untuk itu, terima kasih banyak. Tapi aku tidak memerlukan pertolonganmu. Aku bisa mengatasi semuanya sendiri."
David menghela nafasnya pelan. Wanita di depannya ini memang terlihat mandiri dan sepertinya ... sulit untuk didekati.
"Boleh aku tahu siapa namamu? Aku David," tanya David, "Ahhh!!" teriaknya lagi ketika wanita itu menekan lebam David dengan obat memar.
"Angel," jawabnya singkat.
"Apa kamu tidak ingin bekerja di tempat lain?" tanya David.
"Ntahlah. Saat ini bagiku mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Jadi aku akan tetap bertahan di sana."
"Tidak, terima kasih. Aku tidak pernah bekerja di kantor dan ku rasa tidak akan cocok dengan kualifikasiku."
"Bukankah kamu mau membalas kebaikanku karena pernah menolongmu waktu di bandara?" tanya David.
"Ya, katakan apa maumu. Aku akan melakukan apapun jika aku bisa," jawab Angel. Ia tak pernah ingin berhutang pada siapapun.
"Jadilah asisten pribadiku."
"Sudah kukatakan aku tak bisa bekerja di kantor. Nanti semua pekerjaanmu akan berantakan karena aku. Yang lain saja."
"Bukan asisten di kantor, tapi di rumah," Angel menoleh ke arah David, seakan tak mempercayainya.
*****
"Maukah sekali ini kamu mendengarkanku?" tanya Azka pada Mia. Untuk kesekian kalinya Azka terbang dari London menuju Munich hanya untuk menemani Mia.
"Hmm ... katakanlah," jawab Mia. Ia sangat berterima kasih pada Azka karena telah membawanya ke New York. Awalnya Mia ingin pergi sendiri ke sini setelah mendapatkan kartu nama dari salah satu dosennya.
"Menikahlah denganku," ucap Azka dengan tatapan serius ke arah manik mata Mia.
"Az ..."
"Jangan menolakku."
"Aku hanya tak ingin kamu menyesal," ucap Mia sambil menunduk.
"Kalau kamu menolakku, maka akan aku pastikan kamulah yang akan menyesal," balas Azka.
"Kamu selalu mengancamku. Apa kamu tidak tahu kalau aku tidak takut dengan ancamanmu," ucap Mia lagi.
"Aku akan tetap menjadikanmu milikku, meskipun kamu tidak mau menikah denganku," ucapan Azka sukses membuat Mia membulatkan matanya. Ia tak percaya Azka akan mengatakan hal seperti itu, menakutkan baginya.
"Aku sakit, Az. Kamu seharusnya mendapatkan wanita yang jauh lebih sempurna dibandingkan aku, apalagi kamu adalah penerus keluarga Williams."
"Kamu sehat, dan akan terus sehat. Berpikirlah positif karena itu akan baik untuk pemulihanmu. Setelah kamu keluar dari sini, kita akan langsung menikah. Aku akan mempersiapkan semuanya."
"Terima kasih, Az. Terima kasih," Mia memegang tangan Azka. Azka langsung mencium kening Mia, "Untuk apa berterima kasih padaku? Aku yang menginginkanmu."
Wajah Mia langsung memerah. Ia ingin menyembunyikannya di bawah bantal kalau bisa. Untung saja kedua orang tuanya segera datang, sehingga ia bisa menetralisir suasana canggung yang ia rasakan.
"Papi, Mami."
"Uncle, Aunty, " Azka tersenyum menyanbut kedatangan Ronald dan Rosa, "Mia sudah bersedia untuk menikah denganku. Aku akan mempersiapkan semuanya, jadi setelah ia keluar dari rumah sakit, kami akan segera melangsungkan pernikahan."
Bagaimana bisa ia mengatakan aku bersedia, padahal sedari tadi ia yang melakukan pemaksaan dan ancaman. - batin Mia sambil mencebik kesal. Namun, di dalam hati ada rasa berbunga bunga dan kupu kupu yang berterbangan.
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan kuliah kalian?" tanya Ronald.
"Kuliahku sebentar lagi akan selesai, dan saat itu aku akan membawa Mia kembali ke Indonesia. Biarlah ia meneruskan kuliahnya di sana, bukankah begitu lebih baik?" Azka menoleh ke arah Mia, seakan memberi tanda agar mengiyakan semua perkataannya. Namun, Mia hanya bisa menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya.
Ronald dan Rosa tersenyum melihat tingkah Mia yang malu malu. Mereka turut senang dengan berita tersebut. Mereka pun menyerahkan semuanya pada mereka dan akan membantu jika mereka memerlukan bantuan.
Aahh tapi menurut ku percuma juga tuh cewek pergi jauh-jauh kalo hujung2 nya pasti akan bersatu lagi,Dengan sedikit kata2 maaf dan penyesalan Azka,Pasti tuh cewek bakalan cepet luluh,Udah bisa ketebak Alurnya..