Elara, seorang gadis periang. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan, dia hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang yang melimpah. Baginya tidak ada kesedihan yang akan berkepanjangan, namun semua menjadi sirna ketika dia beranjak remaja. Ayah dan Ibu yang selalu perhatian terhadapnya, kini telah acuh. Bahkan Ayah yang dulu ia anggap sebagai seorang pangeran, kini berubah menjadi seorang iblis. Cinta merupakan hal yang paling ia hindari, tapi seorang pria bernama Estele malah tertarik pada Elara, wanita yang jarang tersenyum, selalu jutek dan keras kepala. Akankah Elara jatuh cinta kepada Estele? atau Estele akan menyerah pada Elara yang cukup sulit di buat luluh?
Please follow dan like postingan IG Author :
@Zahra_Arara07
Please follow dan like postingan Tiktok Author :
@rara_01075
Dukungan anda, teramat berarti untuk saya❤️🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memikirkan Nasihat Mama{17}
Estele duduk sambil menopang dagu, dia menatap jalan raya yang ramai. Sesekali dia menyeruput mie dalam cup dan juga meneguk minuman botol rasa teh. Dia masih memikirkan nasihat dari mamanya mengenai seribu satu cara untuk mendapatkan maaf dari seorang wanita. Estele menghela nafas, apakah bisa dia melakukan misi itu dengan baik?
"Kata Mama dalam seminggu saja pasti seorang wanita akan memaafkan."gumam Estele.
Tring!
...----------------...
......................
Orang tidak di kenal : {Estele, mari kita bertemu. Aku ingin berbicara dengan mu.}
Estele menautkan kedua alisnya, dia bingung dengan nomor asing yang mengirimkan dirinya pesan. Tapi, pria itu masih membalas pesan dari nomor asing yang masuk dalam ponselnya.
Estele : { Lo siapa? }
Orang tidak di kenal : {Ini aku, aku Nikita. Aku ingin bicara denganmu, aku rindu❤️}
Estele : {Sorry! Gue sibuk!}
...----------------...
......................
Estele mengabaikan pesan dari Nikita, baginya saat ini bukanlah hal yang penting. Yang terpenting saat ini adalah melakukan misi untuk menerima maaf dari Elara. Pria itu kembali melanjutkan makannya sambil sesekali menghela nafas. Nikita membanting ponsel nya ke atas kasur, dia menggeram kesal saat pesannya di abaikan oleh Estele. Pria itu benar-benar sudah berubah, dulu saat mereka masih menjalin hubungan. Estele tetap bersikap baik dan ramah. Tapi, sekarang pria itu bersikap dingin. Padahal dulu mereka adalah teman kecil, bahkan selalu bersama-sama sejak dulu.
"Apakah benar Estele telah move on dari aku!?"
Nikita merasa kesal, dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Dia tak terima jika Estele bersama dengan wanita lain. Dia memang telah membuat kesalahan, yaitu berselingkuh dengan Dion. Tapi, pesona Estele masih melekat dalam hatinya. Nikita menyesal karena terbuai oleh rayuan Dion. Pria itu bukanlah lelaki baik, dia akan bersikap kasar bahkan memukul Nikita jika wanita itu tidak mau mengikuti keinginannya. Berbeda sekali dengan Estele, walupun pria itu terlihat cuek dan dingin kepadanya. Tapi, Nikita merasa dihargai dan di sayangi sebagai seorang wanita.
"Tidak-tidak! Estele hanya milik ku!! Milikku!!"ujar Nikita dengan tegas.
Mobil hitam Estele baru saja terparkir di parkiran kampus. Dia keluar dengan gaya pakaiannya yang simple namun begitu mempesona. Hari ini dia menggunakan celana dasar panjang berwarna hitam dan jaket hoodie berwarna cream. Semua mata terkesima padanya, tapi pris itu sama sekali tidak menyadari. Dia terus saja berjalan sambil tersenyum karena memikirkan bahwa mungkin misinya akan berhasil. Nasihat mama biasanya selalu benar. Aira berlari dengan nafas yang tersengal-sengal, seperti sedang di kejar-kejar orang jahat.
"Elara!! Lo beneran keluar dari UKM bela diri? Seriusan lo!?"ujar Aira dengan nafas yang tak beraturan.
"Astaga! Lo tuh ngagetin terus deh!"jawab Elara sambil mengelus dada.
"Hehe, maaf. Habisnya gue kaget pas tahu lo memundurkan diri dari UKM bela diri. Jadi? Lo gak ikut organisasi apapun dong?"ujar Aira.
Elara menggeleng, "gue ikut UKM seni."
"What!? Seriusan lo? Masuk divisi apa lo?"tanya Aira dengan antusias.
"Belum tahu, nanti gue mikir."balas Elara.
Elara kembali melanjutkan langkahnya, sementara Aira, wanita itu ikut berjalan berbarengan di samping Elara. Di saat mereka sedang asik berbincang dan berjalan santai. Tiba-tiba saja kedua mata Elara melotot. Dia terkejut melihat dari jauh sosok orang yang tak mau ia lihat.
"Lo kenapa berhenti jalan?"tanya Aira sambil menoleh.
"Jangan bilang-bilang kalau lo tadi lihat gue!"ujar Elara yang langsung lari.
"Hah? Eh!?" Aira menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, "ngapa tuh bocah?"gumamnya.
Aira membalikkan badan, "astaga!! Anak ayam!"
Wanita itu mengelus dada, dia terkejut sampai hampir melompat. Estele, pria itu memicingkan mata menatap aneh teman dari Elara itu. Aira melotot, dia terkejut melihat kehadiran Estele. Tanpa sadar dia langsung terkekeh untuk memudarkan rasa gugup yang tengah ia rasakan.
"Hehe, Kaka Estele. Ada apa Kak? Nanti saya janji gak telat kok ke tempat latihannya! Suwer deh!"ujar Aira sambil berpose dua jari.
"Bagus, tapi saya lagi gak nanyain itu!"balas Estele dengan wajah datar.
"Eh? Terus apa dong Kak?"sahut Aira, merasa penasaran.
Estele menatap dingin Aira, "dimana Elara?"tanyanya dengan serius.
"Ha? Itu, anu .... ,El, dia...."
"Oy Aira!!! Lo di panggil sama Bu Nia!!"
Aira menghela nafas lega, sepertinya keberuntungan sedang berada di pihaknya. Untunglah ada teman kelasnya yang dengan baik untuk memanggilnya, Aira sekarang ini seperti sedang melihat cahaya surga. Namun, sesaat dia merasa tengkuk nya terasa merinding. Ketika menoleh, dia terkejut karena ketika menatap Estele. Seperti melihat cahaya neraka, dan Estele adalah penjaga neraka itu.
"Hehe anu Kak, maaf saya harus pamit."tutur Aira sambil terkekeh gugup.
"Oh gitu, pergilah!"ujar Estele.
"Ah serius!" Aira tanpa sadar berseru riang, namun sesaat di teringat kalau di hadapannya adalah Estele. "Ah maksud ku, serius? Jadi, saya gak perlu nolong Kak Estele buat nyari Elara kan?"ucap Aira dengan hati-hati.
Estele menggeleng, "gak perlu."
"Huf ..., syukurlah."
Aira menghela nafas lega, akhirnya kali ini dia bebas dari Estele. Waktu itu dia sudah cukup tertekan karena telah menolong Estele. Bahkan setelah melakukan niat baik dengan menolong orang, dia harus kembali tertekan karena Elara yang waktu itu terus mengomel dari A sampai Z. Aira pun di buat bingung karena Elara ternyata secerewet itu. Padahal wanita itu selalu bersikap tenang, dingin dan jutek.
"Tapi ...."
Aira kembali menoleh, lamunannya menjadi buyar setelah mendengar suara Estele. Dia menatap bingung, apalagi yang kali ini akan di katakan oleh pria itu.
"T-tapi apa Kak?"ujar Aira tergagap.
"Kalau kau berniat untuk menyembunyikan Elara dan membantu agar kami tidak saling bertemu. Maka ...." Estele memperagakan pose seperti orang yang akan memotong leher. "Mati!"
Aira tertegun, dia mengangguk paham sambil menatap takut ke arah Estele. Wanita itu merasa kesusahan untuk menelan ludahnya sendiri. Estele tersenyum puas, dia berjalan melewati Aira yang masih diam mematung di tempat. Padahal dia hanya bercanda, tapi wanita itu seperti bongkahan batu. Bahkan wajahnya saja terlihat mulai pucat pasi. Mungkin saja akan pingsan jika dia mengerjai Aira lebih jauh. Setelah memastikan Estele pergi jauh, Aira baru bisa menggerakkan tubuhnya dan bernafas dengan lega.
"Arggh! Mereka itu sebenarnya pacaran apa gak sih!? Kenapa seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar!!? Aku juga kan yang harus kena imbas tekanan dari Estele nya!!"keluh Aira sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
Elara menyandarkan belakang kepalanya di dinding. Dia duduk di dekat majalah dinding. Dia menghela nafas, kenapa pria menyebalkan itu tidak bisa jauh-jauh dari hidupnya? Dia hanya ingin hidup dengan tenang, kekosongan yang sudah hampir setahun yang ia rasakan. Biarkan dia tetap memilikinya, ragam emosi berusaha ia elak. Tapi, saat berdekatan dengan kakak tingkatnya itu, entah mengapa Elara mulai merasa beragam emosi. Mulai dari marah, kesal, benci, bahagia dan sedih. Padahal selama ini perasaan yang ia punya hanya kehampaan.
"Aku harus menjauh dari pria itu! Aku tidak mau mendapatkan warna perasaan yang beragam!"guman Elara.
Sret!
"Hai, warna perasaan mu ada disini!"seru Estele.
Deg!
Elara melotot ketika melihat keberadaan Estele yang telah berdiri di depannya. Elara dapat melihat dengan jelas wajah tampan pria itu. Pria itu tersenyum, dia memandangi wajah cantik Elara yang tengah duduk, sementara dirinya berdiri dan sedikit membungkukkan badan.
"Aku menemukan mu, Ela."tutur Estele sambil tersenyum.
Deg ....
Deg ....
Jantung Elara tiba-tiba saja berdebar dengan kencang, nafasnya tertahan saat melihat wajah Estele yang cukup dekat dihadapannya. Sementara Estele, pria itu malah tersenyum. Dia akhirnya berhasil bertemu dengan wanita yang terus ia cari. Ia tidak bisa menggambarkan betapa bahagianya saat ini, setelah mendapatkan nasihat dari mamanya. Dia yakin Elara pasti akan sesegera mungkin memaafkan nya. Setelah itu dia bisa mendekati Elara, dan menuntaskan rasa penasarannya. Namun, Estele yang sedang tersenyum tiba-tiba berhenti mengukir garis simpul di bibirnya. Dis terpanah saat melihat kedua manik indah milik Elara. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar, dia memegang dadanya. Jantungnya terasa akan keluar dari tempatnya saat berhadapan dengan Elara dengan jarak yang cukup dekat.