21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 35
caera datang membawa dua bungkus plastik berisi penuh makanan dan minuman. ia terpaku kaget melihat anak-anak bermain bola dengan seseorang yang ia kenal. Deva. dan melihat pria satunya lagi mengawasi sekeliling dengan waspada. itu Jacko.
kenapa mereka bisa ada di sini sih?
caera masih tak habis pikir ketika Dinda memanggilnya untuk mendekat dan duduk di dekatnya.
tapi caera tak menghiraukan panggilan Dinda. dia malah mendekati Deva dan anak-anak yang sedang asik main mengoper bola ke sana kemari.
"tuan Deva? kenapa bisa di sini?"
sapa caera.
Deva berhenti melempar bola dan menoleh pada caera. menyunggingkan senyum dan memandang caera penuh keteduhan. mata itu seperti menyebarkan aura kelegaan yang tak terkira. kerinduan yang lama terpendam. seperti mengatakan "akhirnya kita bertemu lagi setelah sekian lama"
"tuan?"
sekali lagi caera menyapa untuk menyadarkan Deva dari tatapan seorang kekasih yang merindukan pasangannya.
"oh maaf, hanya kebetulan aku juga lagi ada di sini dan bertemu anak-anak ini"
jawab Deva seraya menunjuk ketiga bocah yang berlarian itu.
"tapi..."
kata-kata caera menggantung. tak enak hati meneruskan pertanyaannya.
dia berpikir, seorang Deva datang ke taman kota? tapi untuk apa? apa orang sekaya Deva masih punya waktu datang ke tempat seperti ini?
"kalian saling kenal?"
Dinda memandang takjub mereka berdua. tak menyangka caera sudah mengenal Deva.
"ya, begitulah"
jawab Deva.
"waahh... tidak di sangka rupanya kamu kenal tuan Deva, Ra?"
Dinda mengguncang tubuh caera. mengekspresikan rasa tak percayanya.
caera tidak menanggapi Dinda. membiarkan Dinda dengan raut wajah berbinar-binar.
"tapi tuan... Anda di sini?"
caera masih bingung kenapa Deva ada di sini juga. apakah benar hanya kebetulan semata?
"ya, kebetulan aku sedang olahraga"
jawab Deva asal saja.
caera tak percaya begitu saja. melihat penampilan Deva dari kepala sampai kaki. memang Deva pakai pakaian kasual saja. tapi, caera terpaku melihat sepatu Deva.
astaga! olahraga pakai sepatu pantofel???
Dinda juga ikut melihat ke arah kaki Deva. Dinda menutup mulutnya, terkejut melihat sepatu Deva.
dasar Dinda ya. sedari tadi matanya hanya fokus pada wajah Deva. dia tidak menghiraukan yang lainnya. sampai dia tidak sadar kalau penampilan Deva agak sedikit tidak nyambung.
dengan wajah memerah Deva ikut melirik sepatunya. hatinya mencelos. saking terburu-buru, tadi dia lupa menyuruh Jacko untuk membeli sepatu juga agar penampilannya sempurna.
Deva melirik Jacko yang menepuk jidatnya karena Deva tidak melepas sepatu pantofelnya. cepat-cepat Jacko membuang pandangannya ke arah lain. berpura-pura tidak melihat lirikan membunuh yang memancar dari mata Deva.
"ah ya, aku lupa tidak menggantinya karena terlalu bersemangat"
ujar Deva menahan malu.
"tidak apa-apa tuan Deva. kau malah terlihat lebih tampan dengan sepatu itu"
Dinda tersenyum-senyum menatap Deva.
tidak peduli pakai sepatu apapun. di mata Dinda, pria tampan itu cocok cocok saja memakai apapun. tidak akan mengurangi kadar ketampanan Deva.
untung saja orang-orang tidak terlalu ambil pusing dengan itu. mereka tidak mempedukan gaya dan tingkah orang lain.
****
FLASHBACK
30 menit sebelum sampai di taman.
"Jack, kita ke taman kota"
ujar Deva setelah menerima telepon dari Ari, orang yang di tugaskan menjadi bodyguard bayangan untuk caera.
"untuk apa?"
Jacko menatap Deva dan mengerutkan keningnya.
mereka sudah di dalam mobil dan akan berangkat ke kantor cabang.
"caera di sana bersama Gino"
"lalu?"
"ah, ini kesempatan ku mengenal Gino, Jack"
"tapi kita ada pertemuan di kantor cabang Dev"
Jacko berusaha mengingatkan Deva bahwa masih banyak pekerjaan yang tertunda.
"kita akan selesai dalam tiga puluh menit"
Deva meyakinkan Jacko.
"Dev, berpikirlah. orang-orang akan melihat mu di sana. itu akan jadi kehebohan"
"ck.. cepatlah"
Deva tidak menghiraukan. dia sudah sangat rindu pada caera. dan ini kesempatan dia bertemu Gino untuk pertama kalinya.
Jacko hanya menuruti kemauan Deva saja. menjalankan mobil menuju taman kota.
hanya mendengar laporan dari Ari, tidak membuat Deva puas. ia ingin memandang caera langsung dari dekat. karena permintaan caera yang tidak ingin bertemu lagi yang membuat Deva mengurungkan niatnya untuk tetap di samping caera.
sesampainya di taman kota, Jacko harus tetap menahan Deva di dalam mobil. orang-orang banyak mengunjungi taman kota hari ini. pasti akan membahayakan Deva.
"Jack, bagaimana aku bisa bertemu Gino jika aku hanya di sini"
Deva protes ingin keluar mobil.
"sabarlah Dev. situasi tidak memungkinkan"
"ck.. kau ini tidak becus"
Deva menendang belakang jok tempat Jacko duduk.
"ayolah Dev, apa kau mau jadi perhatian orang dengan berjas lengkap masuk ke taman kota? mereka akan dengan mudah mengenali mu"
benar kata Jacko. taman ini umumnya di kunjungi kalangan menengah ke bawah. tentu akan terasa aneh jika melihat penampilan mereka berdua. jika mereka masuk ke sana dengan jas lengkap, itu akan menarik perhatian orang banyak. dan itu pasti akan membuat pengunjung menyadari siapa Deva. itu akan membahayakan Deva sendiri.
"hmm"
Deva terlihat kesal.
"tunggu di sini. aku akan meminta mereka membawakan pakaian untuk mu"
ujar Jacko seraya menghubungi seseorang untuk membawakan pakaian untuk Deva.
"hey, itu terlalu lama Jack. kita tidak punya banyak waktu"
Deva menarik tangan Jacko yang memegang ponsel. menjauhkannya dari telinga Jacko.
"itu lihat. ada stan penjual pakaian. kau pergilah ke sana dan belikan aku pakaian"
Deva menunjuk stan penjual pakaian di pinggir taman.
dengan sigap, Jacko menjalankan mobil menuju stan penjual pakaian. tidak turun dri mobil, hanya menunjuk dua kaos dan satu celana jeans selutut. menjalankan mobil lagi dan membeli dua topi hitam.
setelah membayar, Jacko menjalankan mobil lagi menuju parkiran. dan menyerahkan bungkusan pakaian yang baru di belinya.
dengan bersemangat, Deva mengganti jasnya dengan baju yang baru di beli Jacko, dan memakai topi untuk menutupi wajahnya. tak menghiraukan bahwa penampilannya belum lengkap tanpa sepatu.
segera turun dari mobil dan mengikuti arahan Ari dari ponselnya. Jacko hanya mengikuti. dan tersadar Deva masih memakai sepatu pantofel ketika melihat Deva berjalan lebih dulu di depannya.
"astaga Dev"
"apa?"
Deva berbalik.
"ah sudah lah. tidak apa-apa"
Jacko tidak mau membuat Deva marah. karena sudah terlanjur berjalan memasuki taman.
FLASHBACK OFF
****
Dinda mengajak Deva duduk di bangku taman. dengan jengah caera mengikuti mereka berdua. memanggil Gino, Azam, dan prila untuk bergabung bersama.
caera membuka bungkusan yang ia bawa tadi. membagi satu persatu makanan yang ia beli. Deva tidak kebagian karena caera membeli pas untuk berlima. tidak tahu kalau Deva dan Jacko ada bersama mereka.
"paman Superman, tidak di kasih ma?"
Gino bertanya pada caera.
di tanya begitu, caera jadi tidak enak hati. menatap Deva memohon maaf.
"tidak apa Gino. kau makan lah"
Deva mengunyar kepala Gino yang duduk di sampingnya dengan sayang.
"paman makan bersama ku saja"
kata Gino lagi, dan menggeser makanannya ke depan Deva.
"ya, makan lah. kau harus makan yang banyak"
"tuan Deva, makan dengan ku saja"
kata Dinda sambil menepuk tempat duduk di sampingnya. dan...
Tiiing..
Dinda mengedipkan mata pada Deva menggodanya.
"terima kasih"
Deva tersenyum lebar. lucu melihat tingkah Dinda.
Jacko datang dengan beberapa kantong plastik berisi makanan. dan menaruhnya di meja bundar di depan mereka.
"waaahh.. banyak sekali"
ketiga anak-anak itu kompak bersorak riuh karena Jacko membawa banyak cemilan dan es krim.
"anak-anak, jangan berebutan begitu"
Dinda melerai bocah-bocah itu berebut es krim. Deva hanya tertawa-tawa senang melihat anak-anak itu berebutan es krim.
Jacko kembali tegak di belakang Dinda. menatap Deva berharap Deva mengerti dan melihat padanya. tapi Deva masih sibuk membagikan es krim pada Gino, Azam dan prila.
di saat anak-anak sedang asik makan es krim, Deva malah sibuk menatap caera dengan penuh cinta.
Dinda menyadari itu. dia dapat merasakan tatapan Deva pada caera penuh kerinduan. Dinda menyenggol caera.
"apa?"
caera menatap Dinda dengan bingung.
Dinda tersenyum dan memonyongkan-monyongkan bibirnya mengarah pada Deva. pelan-pelan caera menoleh pada Deva.
astaga! mata itu! sangat terpesona!
langsung saja caera menunduk. wajahnya bersemu merah. sangat jengah di tatap Deva dengan begitu mesranya.
"ehem.. tuan Deva, es krimnya sudah cair itu"
celetuk Dinda.
kaget Deva menoleh pada Dinda dan melihat es krimnya baik-baik saja. Dinda hanya menggodanya.
"sepertinya manis es krim ini masih kalah dengan manisnya caera, hihiihii"
Dinda terkikik geli. menggoda Deva Yang tak lepas menatap caera. dan caera jadi salah tingkah.
untuk mengalihkan candaan Dinda, caera mencari Jacko untuk memberinya es krim. tapi tak di sangka Jacko sudah tak terlihat. dia mencari sekeliling mereka. tapi Jacko tetap tidak ada.
"tuan Jacko kemana?"
tanya caera.
Dinda dan Deva ikut mencari Jacko. tapi tidak ada. Deva menyadari ada sesuatu yang terjadi sehingga Jacko menghilang.
Deva memutar pandangannya ke sekeliling. dan ia menemukan Ari berdiri mengawasinya agak jauh. Ari memberi kode agar Deva segera pergi meninggalkan taman sesegera mungkin.
Deva memegang tangan caera. caera kaget dan menoleh melihat tangan Deva yang memegang tangannya.
"caera, aku harus pergi dulu. ada yang harus aku kerjakan. jangan pulang terlalu sore"
ujar Deva.
"eh, iya tuan. tapi ada apa?"
"tidak ada apa-apa"
Deva tersenyum hangat pada caera. meremas tangannya lembut. seakan enggan berpisah.
Deva melepaskan pegangan tangannya. dan permisi pada Dinda dan juga ketiga anak-anak itu.
"Gino, paman pergi dulu"
"paman mau kemana?"
"ada yang harus paman kerjakan. Gino jangan nakal oke. kita akan bertemu lagi"
"baiklah paman. janji ya"
Deva mengangguk lalu bergerak pergi menjauh. menghilang di kerumunan pengunjung yang lalu lalang.
"ada apa Ra? kenapa tuan Deva pergi terburu-buru begitu?"
tanya Dinda.
caera hanya mengedikkan bahu. dia juga bingung kenapa Deva tiba-tiba pergi begitu saja.
Daan sayang bngt aku ga punya Deva hhhh