Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDATANGAN TAMU
"Cepat katakan pada Mom, kamu masih pergi ke tempat lakknat itu, hah?!" tanya Mom Gemma dengan suara yang sudah meninggi karena emosinya yang sudah sampai di ubun ubun.
"Ya, aku masih pergi. Aku perlu bersenang senang, Mom. Aku bosan jika harus terus berada di dalam rumah, mengurus anak, memangnya aku ini baby sitter apa?!" jawab Jesslyn yang justru kembali membuat Mom Gemma meradang.
"Kamu adalah seorang ibu dan sudah seharusnya kamu menjaga anakmu," kata Mom Gemma.
Jesslyn tertawa, "Lalu apa bedanya aku dengan Mom. Bukankah Mom juga jarang di rumah dan lebih mementingkan pasien pasien di rumah sakit."
"Mom bekerja, sayang. Kakakmu saja mengerti keadaan Mom," tanpa sadar Mom Gemma mulai mengaitkan Jeanette kembali ke dalam pembicaraan mereka.
"Kakak? Ouuu jadi sekarang Mom sudah mengakuinya sebagai kakakku? dia memang harus mengerti dan tahu diri, bukankah ia hanya anak angkat di keluarga ini?!" teriak Jesslyn untuk membalas perkataan Mom Gemma.
"Jaga bicaramu, Jesslyn!" kini Dad Marcello yang berteriak.
"Apa Dad juga akan membela anak angkat itu?!"
"Jesslyn!"
Nafas Jesslyn memburu. Sejak dulu, ia merasa kedua orang tuanya tak pernah memperhatikannya. Mereka selalu sibuk sendiri dengan pekerjaan. Hingga akhirnya ia mencari pelarian dengan berkumpul bersama teman temannya yang akhirnya menjadi jerat yang sulit sekali untuk dilepaskan.
Jeanette, kakaknya itu selalu diperintah oleh kedua orang tuanya untuk mengawasinya. Mereka hanya menghubungi Jeanette tapi tidak menghubunginya secara langsung untuk bertanya ini dan itu, membuat Jesslyn merasa kalau kedua orang tuanya lebih memperhatikan kakaknya itu.
"Kalian jahattt!!" Jesslyn kemudian langsung keluar dari kamar tidurnya yang dijadikan tempat berdebat sejak tadi. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi teman temannya. Pikirannya kacau dan ia butuh tempat untuk melepaskan semua kepenatannya.
*****
Zero mengirimkan One untuk mengantarkan pakaian milik atasannya itu. Ia sendiri saat ini sedang sibuk mengurus perusahaan Williams, menggantikan Axton. Dulu, tak pernah sekalipun Axton melimpahkan pekerjaan itu jika hanya untuk bertemu dengan seseorang.
One kini telah sampai di depan rumah Jeanette. Ia menghubungi Axton dan Axton pun keluar untuk mengambil pakaiannya.
"Pergilah," ucap Axton setelah menerima kiriman pakaian dan juga mobil. One yang melihat tuannya itu tinggal di sebuah rumah sederhana, sempat berpikir ke mana mana.
Axton kemudian masuk ke dalam rumah sambil membawa sebuah tas di tangannya. Jeanette yang keluar dari kamar dan melihat itu, hanya bisa menghela nafasnya pelan. Ia ingin menjauh dari pria itu, tapi mengapa semakin lama ia malah semakin dekat.
Ketika sudah waktunya menjemput Alex, Jeanette mengganti celananya. Meskipun jarak antara rumahnya dengan sekolah cukup dekat, tapi ia tak pernah menjemput Alex hanya dengan mengenakan celana pendek.
"Kamu mau ke mana?" tanya Axton.
"Menjemput Alex."
"Biar aku saja."
"Tidak perlu. Aku yang akan menjemputnya. Sebaiknya kamu tunggu di sini," ujar Jeanette.
Jeanette tak ingin semua rutinitasnya diambil alih oleh Axton. Jika itu terjadi, maka Alex akan terus bergantung pada pria itu dan Jean akan tersingkirkan dan terlupakan.
Saat Jean pergi, Axton masuk ke dalam kamar tidur. Ia menyalakan komputer milik Alex dan memeriksa software yang digunakan oleh anak kecil itu untuk mengirimkan pesan. Setelah berhasil, ia pun mematikannya lagi.
Axton berdiri dan memperhatikan sekeliling kamar. Di dinding kamar itu, terdapat beberapa pigura yang menampakkan foto Jeanette dan Alex. Keduanya selalu tersenyum dalam setiap foto, mulai dari usia Alex bayi sampai saat ini.
Ada apa denganku? - batin Axton.
Ia mengelus setiap foto yang ia lihat. Tangannya seakan tak bisa berhenti. Ia terus memandangi setiap foto seakan tak ingin kehilangan setiap momen yang ada di sana.
"Dad!" Alex langsung berlari ke arah Axton dan Axton dengan tangan terbuka langsung menyambut dan menggendongnya.
"Dad, maukah Dad menemaniku ke acala olang tua? Daddyku belum datang," ucap Alex.
"Kapan?"
"Sabtu ini," jawab Alex.
"Sabtu? Itu berarti lusa. Tidak masalah, Dad akan menemanimu."
"Yeay!!" Alex bersorak bahagia.
"Mom! Dad akan menemaniku," ucap Alex yang merasa sangat senang.
Jeanette menatap tajam ke arah Axton. Baginya pria itu sudah terlewat jauh untuk memberikan perhatian pada Alex.
"Biarkan Om Axton pulang, sayang. Mom akan menghubungi Daddy," ucap Jeanette.
Tiba tiba saja Alex meminta turun dari gendongan Axton dan mendekati Jeanette.
"Mom akan telepon Dad? Dad akan pulang?" kini mata Alex kembali berbinar karena ia akan segera bertemu dengan Daddynya. Sementara Axton mulai panas, tangannya mengepal karena tak suka dengan apa yang ada di depannya.
"Aku yang akan menemaninya!" ucap Axton.
"Daddy akan datang, aku senang!" Alex menoleh ke arah Axton dan kebahagiaan Alex justru membuat hati Axton kesal. Bahkan Alex terus mendekati Jeanette dan berharap Mommynya itu menghubungi Daddynya segera.
Axton yang awalnya ingin menginap di sana, akhirnya mengambil tas miliknya dan pergi. Hatinya panas karena kehadirannya di sana akan tergantikan. Ia tak suka. Ia ingin Alex menjadi miliknya, hanya miliknya. Gila? Ya, Axton mulai merasa gila. Ia menginginkan seorang anak.
Jeanette yang menyadari kemarahan Axton hanya bisa memejamkan matanya.
Maaf. Aku harus menjauhkan kalian berdua. Aku tak ingin kamu mengambilnya dariku dan mengalihkan dunianya. - batin Jeanette.
*****
Axton merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia kembali ke Hotel Williams, milik keluarganya. Apa yang baru saja terjadi terasa meremas hatinya.
Ia menatap ke arah ponselnya, Alex tak mencarinya, tak memgirimkan pesan padanya. Apa anak kecil itu sudah tak menginginkannya lagi?
Sialll!!! - jerit Axton dalam hati.
Ia membuka laptop miliknya yang dibawakan oleh One tadi. Ia mulai mencari kembali semua informasi tentang mantan suami Jeanette.
Baru sebentar ia berselancar di dunia maya dengan laptopnya, ponselnya berbunyi. Axton yang berharap itu adalah panggilan dari Alex, langsung kembali kevewa karena justru Mom Mia yang menghubunginya.
"Halo, Mom."
"Pulang sekarang, Ax. Kita akan kedatangan tamu dan kamu harus berada di sini untuk bertemu dengan mereka."
"Memang siapa tamunya, Mom?" Axton tak pernah diminta pulang meskipun ada tamu. Ia mulai mencium sesuatu yang tidak beres.
"Pulang dulu saja."
"Katakan siapa yang akan datang, Mom. Aku tidak akan pulang jika aku tak mengetahui siapa yang akan aku temui," ucap Axton.
"Uncle Marcello," jawab Mom Mia.
🧡 🧡 🧡
juga asal usul tokoh2nya...
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus berkarya dan sehat selalu 😘😘