Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebelas
Harry telah sampai di apartemennya, ia memutuskan untuk tidak pulang kerumah kakeknya sementara waktu. Karena gerah Harry langsung melepaskan pakaiannya satu persatu dan langsung mandi.
Ia memejamkan mata sembari berendam di dalam bathtub, saat ini ia sedang memikirkan Ana, teringat di pikirannya ketika ia dengan spontan mengajak Ana untuk tinggal bersamanya.
Harry membuka matanya "Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya?" ucapnya.
Harry terkekeh "mengajaknya tinggal bersama, aku pasti sudah gila".
Melihat Ana secara dekat di saat ia dalam gelisah membuat hatinya menjadi tenang. Terlebih lagi ketika Ana sedang bersama seorang laki-laki membuat perasaanya marah dan kesal.
"Tetapi kenapa dia menangis seperti tadi, apa yang terjadi? Ucap Harry penasaran.
***
Ana memilih untuk tidak berdiam diri, seusai bekerja dia berkeliling mencari John, beberapa tempat yang sering di kunjungi John tidak luput untuk dia tidak datangi. Dengan menunjukkan selembar foto John Ana mencoba bertanya ke beberapa orang. Namun hasilnya nihil.
Sampai waktu malam tiba Ana mencoba mengunjungi beberapa tempat club malam.
Ana menunjukan foto John kepada seorang laki-laki. Laki-laki itu mengambilnya dan melihat secara seksama ia pun melirik Ana "Aku tau dimana dia?"
"Benarkah?" tanya Ana antusias.
"Dimana dia sekarang, bisakah kau memberi tahuku?".
Laki-laki menyeringai "Aku akan memberi tahumu tapi dengan syarat temani aku minum"
Ana terkejut mendengarnya "Apa kau serius jika aku menemanimu minum kau akan memberi tau dimana John?".
Laki-laki itu menyeringai "Aku tau dimana dia saat ini".
"Baiklah!" Ana langsung mengiyakan tanpa memikirkan resiko yang akan ia dapatkan.
Laki-laki itu membawa Ana menuju meja Bartender. Ia memesan beberapa minuman alkohol. Ana langsung meminumnya dengan harapan sebuah informasi keberadaan kakaknya.
Kali ini ia pasrah menerima syarat itu, sebenarnya dia membenci John karena semua tindakannya selama ini tapi di sisi lain hanya John keluarga ia miliki saat ini.
Melihat Ana yang sudah mulai mabuk, laki-laki itu tersenyum keinginannya menipu wanita di hadapannya berhasil.
Ia pun memberikan gelas terakhir yang sudah di beri obat perangsang kepada Ana. "Ini yang terakhir maka aku akan mengatakan dimana kakakmu berada"
Ana langsung mengambil gelas tersebut dan langsung meminumnya sampai habis. Laki-laki itu menyeringai kesenangan karena dia akan mendapatkan kesenangan malam ini.
"Cepatlah beri tau aku?" ucap Ana sempoyongan.
"Aku akan memberi tau mu tapi kau harus ikut bersamaku dulu".
Ana mabuk berat ia tidak mampu lagi berjalan, laki-laki itu memapah Ana dan membawanya ke salah satu motel.
Sesampainya laki-laki itu langsung merebahkan Ana yang sudah tidak sadarkan diri di tempat tidur.
Matanya terbuka lebar melihat Ana, tatapannya yang penuh nafsu membuat gairahnya tak terbendung. Laki-laki itu mulai bergerak, tangannya mulai mengusap-usap kepala Ana.
Namun Tiba-tiba saja suara pintu di gedor-gedor dengan kencang dari luar.
Laki-laki itu berdecak kesal "Ahh, mengganggu saja" ia pun berjalan menuju pintu.
Brraaakkkk!! pintu di dobrak dengan kencangnya.
Aawwww!! Laki-laki itu kesakitan hidungnya mengeluarkan darah.
Harry masuk melihat Ana yang tidak sadarkan diri sedang terbaring di tempat tidur. "Kau Siapa?" ucap laki-laki itu sembari memegang hidungnya yang kesakitan.
Harry melihat laki-laki di hadapannya saat ini dengan penuh amarah napasnya berpacu dengan cepat, ia menarik kerah baju laki-laki itu "A aa aa apa yang ingin kau lakukan?" laki-laki itu mulai ketakutan.
"Apa yang sudah kau lakukan padanya?" tanya Harry.
Laki-laki itu menggeleng "Aku belum melakukan apa-apa" ucapnya.
Tanpa pikir panjang lagi Harry langsung melayangkan tinjunya ke arah wajah laki-laki itu, dengan sekali pukulan laki-laki itu langsung terkapar tidak sadarkan diri.
Harry menghampiri Ana, ia mencoba menyadarkan Ana "Ana, bangunlah!". Harry menutup mulutnya, Bau alkohol sangat menyengat di tubuh Ana, "Sudah berapa banyak minuman yang kau minum Ana?" ucapnya khawatir.
Harry langsung menggendong Ana dan membawanya ke dalam mobil. Dalam perjalanan Ana tersadar beberapa kali ia mengerjapkan mata "Ana kau sudah bangun?"
Ana memegang kepalanya "Kepala ku terasa pusing?"
Harry melihat Ana "Ana kau berkeringat"
Ana mulai gelisah tidak karuan "Panas! Kenapa rasanya tubuhku memanas"
"Panas! Maksudmu?"
"Ada apa denganku?" ucap Ana gelisah.
"Ana jangan khawatir saat ini kau sedang bersamaku" ucap Harry.
Ana tiba-tiba meremas tangan Harry dengan kencang, mobil menjadi sedikit hilang kendali "Apa yang kau lakukan" ucap Harry.
"Tolong aku, Aku sudah tidak kuat menahannya".
Harry memukul setirnya ia mulai menyadari sesuatu yang terjadi pada Ana "Sepertinya laki-laki itu memasukkan sesuatu ke dalam minumanmu".
"Sebentar lagi kita sampai Ana" Harry membawa Ana menuju Apartemennya.
Sesampainya mereka berdua langsung masuk, Harry mencoba menelpon seseorang. "Apa yang akan kau lakukan" ucap Ana.
"Aku akan memanggil dokter"
"Jangan! Jangan panggil dokter"
Harry kebingungan "kenapa..."
Cuuppsssss!
Kedua mata Harry melebar tiba-tiba Ana melumat bibir Harry.
Deghhh!
Jantung Harry berdegup kencang beberapa kali ia mengerjapkan mata. Tersadar Ana juga mulai melepaskan pakaiannya.
Melihat apa yang mulai di lakukan Ana, Harry menjauh melepaskan ciuman Ana seketika ia memegang tangan Ana "Apa yang kau lakukan"
"Aku tau apa yang aku lakukan, saat ini hanya kau yang aku butuhkan. Aku mohon tolonglah aku" ucap Ana gelisah apa yang ia rasakan saat ini adalah efek yang baru timbul dari obatnya yang diberikan oleh laki-laki tadi.
Harry memandang Ana dalam "Apa kau yakin saat ini hanya aku yang kau butuhkan?" tanya Harry meyakinkan.
Ana mengangguk menatap nanar Harry.
-
-
-
To be continued...