Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Sekarang kau bisa menceritakan semuanya. Jadi, ada apa sebenarnya?" Tanya Ervan.
Dengan berat hati Nico menyampaikan apa yang dia tahu tentang Sabila. "Wanita itu Sabila dan dia sudah menikah, Bos." Kata Nico.
Ervan yang mendengarnya, seketika membulat kan matanya. Tidak mungkin, wanita yang baru saja menghabiskan malam dengannya adalah wanita bersuami.
Ervan mengepalkan tangannya, dia berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Dia merasa kalau dia menyukai wanita ini, tapi kenyataan apa yang sedang dia hadapi? "Sudah menikah!" Ervan tidak bisa percaya begitu saja. "Tidak mungkin, Nic. Saat pertama melakukan penyatuan, dia sangat .... Akh, begitulah." Sulit bagi Ervan menceritakannya.
Nico tahu maksud Ervan, secara terang-terangan Nico menyampaikan. "Dia memang masih perawan, suaminya tidak pernah menggaulinya. Anda yang pertama." Ucap Nico lirih.
Kembali Ervan membulatkan matanya. Apa lagi ini? Untuk apa menikah kalau hanya untuk jadi pajangan. "Kau tau darimana?" Kata Ervan penasaran.
"Aku yang mengantarkannya pulang, Bos! Saat aku bertanya keadaannya, tiba-tiba dia mengatakan tentang statusnya " Kata Nico.
Ervan semakin kalut. Satu-satunya wanita yang bisa membuat dia menjadi lelaki sempurna, justru telah menjadi istri orang. Bahkan dia telah menjadi perusak rumah tangga, pemerkosa.
Kembali Ervan mengingat apa yang terus-menerus dikatakan Sabila malam itu. "Jadi dia benar-benar datang untuk mencari adiknya!" Kata Ervan lirih yang masih bisa didengar Nico.
"Bagaimana kalau dia melapor pada polisi? Aku bisa dituduh melakukan pelecehan. Ini semua karena obat sialan itu." Kata Ervan yang kalut.
Nico merasakan kegalauan bosnya, ini lah yang di tunggu oleh mereka yang sudah menjebak atasannya itu. Di laporkan ke polisi karena pelecehan atau merelakan sedikit saham. "Bos! Nona Sabila adalah orang yang sangat baik, lebih baik kalau kita menemuinya dan meminta maaf." Saran Nico.
"Tadi orang ku melaporkan, bahwa dia baru saja di talak oleh suaminya. Bahkan dia harus menginap di rumah tetangga, untuk malam ini." Kata Nico.
Ervan semakin merasa bersalah, menyebabkan seorang wanita baik-baik harus diceraikan oleh suaminya.
Nico yang melihat Ervan merasa bersalah, kembali menjelaskan.
"Nona Sabila, dituduh yang tidak-tidak oleh keluarga suaminya. Sedangkan, masalah dia dilecehkan tidak dia bahas." Kata Nico.
Ervan masih dilema, haruskah dia menemui Sabila sekarang? Bagaiman kalau dia ditolak, dan membuat keributan?
"Nico! Tadi kau bilang dia sudah ditalak, kan? Kalau semuanya sudah pasti, maka bawa dia padaku. Aku akan bertanggung jawab atas dirinya." Kata Ervan.
Nico tersenyum mendengar perkataan Ervan. Bosnya ini adalah orang yang sangat bertanggung jawab, tidak mungkin membiarkan wanita lemah seperti Sabila berjuang sendiri. Apalagi kalau sampai Sabila hamil!
"Bos! Sekedar info, Suami dan ipar Sabila bekerja di perusahaan kita. Apakah anda ingin bermain dengan mereka?" Kata Nico.
Mengerjai mereka memang ide bagus, tapi Ervan ingin memastikan latar belakang Sabila terlebih dahulu.
"Apa kau sudah menyelidiki latar belakang, Sabila?" Tanya Ervan.
"Sudah! Dia anak yatim piatu, ibunya baru saja meninggal. Sebelumnya dia pernah bekerja di Perusahaan J, sebagai sekretaris. Terpaksa berhenti karena perintah suaminya." Terang Nico.
"Apa jabatan suaminya ditempat kita?" Tanya Ervan.
"Suaminya baru saja diangkat sebagai Manager Pemasaran, sedangkan iparnya sebagai Manager Personalia." Kata Nico.
Ervan tersenyum licik saat mendengar itu. Dia mempunyai banyak ide cemerlang di otaknya.
"Aku punya ide, tapi semua tergantung dari Sabila." Kata Ervan.
"Dasar laki-laki banci, bisa-bisanya membuat hidup Sabila menderita. Aku akan membalas perbuatan mu." Gumam Ervan dalam hati.
Nico tidak lagi berbicara, dia kembali fokus dengan kendaraan yang dia kendarai.
...****************...
Rumah Bu Wati
Hendra kembali ke rumah Ibunya. Dia ingin memberi pelajaran pada Risma yang sudah membohonginya dan berakibat fatal.
"Assalamualaikum! Risma...!" Panggil Hendra dengan keadaan marah.
Suasana hati Hendra benar-benar kacau. Dia telah menceraikan istrinya, hanya karena tipu muslihat adiknya.
"Wa'alaikumussalam. Hendra! Kok kamu balik lagi." Kata Bu Wati yang terkejut.
Saat itu Bu Wati dan anak-anaknya tengah bercengkrama di ruang tamu. Membahas tentang Sabila dan Risma.
Hendra menatap tajam keluarganya. "Bukannya ini yang ibu harapkan, aku kembali lagi." Kata Hendra.
Riska yang melihat ibunya dimaki segera pasang badan. "Hendra! Ibu hanya bertanya, kamu kok malah bentak Ibu." Kata Riska.
Hendra tidak peduli dengan ucapan Mbaknya. "Risma mana, Mbak? Panggil dia kesini, aku mau bicara." Kata Hendra sembari duduk di sofa.
Risma yang baru saja keluar dari dapur, segera mendekat ke arah kakaknya.
"Ada apa, Mas?" Tanya Risma.
"Plak Plak!" Tamparan mendarat di pipi mulus Risma.
"Aahh.. Hiks.. Hiks!"
"Hendra! Apa-apaan kamu. Bisa-bisanya nampar adik sendiri." Kata Bu Wati.
Hendra mulai jengah dengan sikap keluarganya. Saatnya dia melawan.
"Ibu gak usah bela, Risma. Kalau Ibu dan Mbak Riska bahkan kalian semua membela Risma, artinya kalian terlibat dalam masalah yang diciptakan anak kurang ajar ini." Geram Hendra.
Bu Wati tidak terima, Hendra mengatai Risma. "Kamu ini bicara apa, Hendra?" Kata Bu Wati.
"Tanya saja pada anak ibu yang tak tau diri ini." Geram Hendra.
"Risma. Beraninya kamu bohong ke Mas, memfitnah Sabila. Siapa yang ngajarin kamu?" Hendra sangat marah pada Risma.
"Apa yang kamu sampaikan, gak ada yang benar. Dilecehkan apa kamu? kamu sengaja memberikan kesucian mu ke orang, hah!"
Bu Wati tidak terima dengan perkataan Hendra, yang menyudutkan Risma. Semua yang dilakukan Risma atas perintahnya, jadi dia harus membela Risma. "Hendra, Cukup. Jaga bicara kamu, anak ibu gak ada yang seperti itu." Bela Bu Wati.
Hendra baru tau wajah asli keluarganya. "Ga ada apanya, Bu. Nih si Risma buktinya, rela menjual harga diri demi menjatuhkan Kakak iparnya. Atau jangan-jangan semua ini dipelajari dari Ibu.
"Plak! Lancang kamu, Hendra." Kata Bu Wati yang tanpa sadar tangannya sudah mendarat di wajah Hendra.
Hendra menganggu. "Terlihat dari bagaimana ibu, membiarkan Maya tidur di kamarku. Bahkan ibu dan Mbak Siska, tertawa puas saat tahu aku terjebak di dalamnya. Iya kan, Bu?!" Kata Hendra penuh penekanan.
Deg...
"Darimana Hendra tahu?" Gumam Bu Wati.
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.