Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Bersalah Itu
Pagi ini nampaknya akan jadi pagi terbaik bagi sepasang suami istri yang baru saja melangsungkan malam pertama mereka setelah menunggu lebih dari tiga bulan.
Daniel begitu bersemangat bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan pagi serta segelas coklat hangat untuk istrinya. Sementara Bianca, terlihat bermalas-malasan turun dari atas tempat tidur karena merasa tubuhnya sangat lelah.
Saat Daniel sudah sibuk berada di dapur, Bianca masih berbaring di atas tempat tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.
"Aku sudah pernah melakukannya, tapi Daniel sangat berbeda," batin Bianca.
Meskipun melakukan kegiatan bercinta bukan lagi pengalaman pertama baginya, namun Bianca merasakan sensasi yang benar-benar berbeda.
Lagi-lagi Bianca berpikir, Daniel sangat berbahaya saat di atas ranjang. Bahkan usia tidak menjamin seseorang tak berpengalaman menjadi jago dalam semalam.
Bianca tersenyum sendirian tatkala mengingat setiap sentuhan dan belaian yang masih bisa ia bayangkan. Meskipun Daniel bukan orang pertama yang mencumbu dirinya, namun Daniel bisa membuat Bianca merasakan sensasi yang tidak diberikan oleh Darren.
Kini, Bianca hanya merasa khawatir. Sejak menyelesaikan ritual malam mereka, Daniel tidak menanyakan apapun atau mengatakan apapun. Bianca khawatir suaminya kecewa, karena bukan dirinya orang pertama yang membuka gerbang surga.
"Kau sudah bangun?" tanya Daniel yang tiba-tiba berdiri di samping tempat tidur.
Bianca terkejut, ia kembali merapatkan selimut untuk menutupi bagian dadanya.
"Hmm." Bianca mengangguk.
"Ayo sarapan, aku sudah membuat makanan untukmu," ajak Daniel. Bocah laki-laki itu mendekati Bianca dan mencium keningnya dengan lembut.
"Baik, pergilah," pinta Bianca.
"Kenapa?"
"Aku malu, aku belum memakai bajuku."
"Kenapa harus malu? Aku bahkan sudah melihat semuanya, semuanya!" seru Daniel sambil tersenyum gemas.
"Ah, jangan bahas itu. Cepat keluar, aku malu," pinta Bianca.
"Baiklah, cepat berpakaian." Daniel pun mengalah dan meninggalkan wanita itu sendirian.
Setelah pintu kamar kembali tertutup, Bianca bergegas memakai pakaiannya yang sudah diletakkan Daniel di sofa. Ia ingat, semalam pakaian itu berceceran di lantai, bahkan Daniel membereskan semuanya saat ia terlelap dengan nyenyak.
Setelah berpakaian lengkap, Bianca masuk ke dalam kamar mandi. Ia menggosok gigi, menyisir rambut, mencuci wajah dan memakai pelembab bibir agar tidak terlihat pucat. Bianca memastikan wajahnya terlihat segar dan nyaman dilihat oleh suaminya.
Setelah sampai di dapur, Bianca duduk berhadapan dengan Daniel dengan meja makan di antara mereka. Sebuah pancake berlapis dengan siraman madu itu nampak sangat lezat.
"Ayo makan, hampir dingin," ucap Daniel. Ia tersenyum sambil menunduk saat melihat Bianca yang tampak sangat cantik pagi ini.
"Hmm." Bianca mengangguk.
Beberapa menit kemudian, mereka menghabiskan makanan masing-masing. Bianca bertugas membersihkan meja makan dan mencuci piring, sementara Daniel hanya duduk dan mengamatinya dalam diam.
"Jangan melihatku seperti itu," ucap Bianca dengan bibir mencebik. Ia merasa gugup jika Daniel menatapnya tanpa berkedip.
"Kenapa? Aku melihat istriku," jawab Daniel. Tak luput senyum mengembang di bibirnya.
Bianca menghembuskan napas panjang. Ia segera membereskan semuanya lalu berpindah duduk di depan televisi.
"Kau terlihat sangat cantik pagi ini," puji Daniel. Ia pun menyusul Bianca dan duduk di samping wanita itu.
"Benarkah? Apa kemarin aku tidak cantik?"
"Cantik, tapi hari ini lebih cantik." Daniel mencubit pipi Bianca dengan gemas. Keduanya saling bertatapan seperti dua remaja jatuh cinta yang tengah dimabuk asmara.
Saat menatap mata Daniel, ada perasaan bersalah dalam hati Bianca. Wanita itu benar-benar merasa kesal pada dirinya sendiri, karena Daniel tidak benar-benar mendapatkan dirinya dalam keadaan utuh.
"Maafkan aku," gumam Bianca. Daniel mengernyit.
***