Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
"Aku bahagia bisa bekerja di rumah sakit karena gajinya yang cukup besar. Haiss... kenapa harus satu rumah sakit dengannya..." batin Allesia. Ia mengayun ayunkan kakinya ke depan.
"Kamu itu harusnya berterima kasih padaku, karena sudah mendaftarkanmu bekerja di sini. Bukan mengumpat dalam hati" ujar Alfano dengan santai lalu kembali dengan pekerjaannya.
"Siapa yang mengumpat.." elak Allesia.
Alfano menghentikan kegiatannya, menatap lekat wanita yang kini duduk dihadapannya.
"Caramu mengayunkan kaki terlihat kasar, ekpresi wajahmu sungguh tidak bersahabat. Dan.. kesimpulannya kamu sedang mengumpat" ujar Alfano.
"Hehehehe" Allesia tertawa lirih.
Alfano menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah istrinya. "Aku ingin kamu bahagia dan aku juga ingin mengerjaimu. Hahahaha" batin Alfano lalu kembali pada aktivitasnya.
"Alfano" panggil Allesia.
"Hmm" hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Alfano saat ia mulai fokus dengan apa yang ia kerjakan.
"Aku mau ke Apotek dulu. Mau ambil tasku" ujar Allesia.
Alfano yang tadinya kembali fokus justru menghentikan kegiatannya lagi. Menatap intens istrinya, membuat nyali Allesia menciut. "Tidak boleh. Kamu tetap duduk disitu dan nanti kita ke sana bersamaan"
"Baiklah..." jawab Allesia lesuh.
"Aku yakin dia pasti menggerutu dan ingin membunuhku. Yang benar saja dia mau ke sana sendirian. Banyak sekali Dokter pria di sini. Terlebih lagi di Apotek ada beberapa Apoteker tampan yang masih lajang" batin Alfano.
Tak terasa, sudah 1 jam Allesia menunggu hingga ia ketiduran. Alfano merenggangkan ototnya lalu menutup kembali buku albumnya. Buku yang di dalamnya ada alamat, nomor ponsel pasien serta nama lengkap pasiennya.
"Aku hanya takut kamu pergi. Pergi seperti yang lalu" batin Alfano.
"Lesia, ayo bangun. Kita ke Apotek ambil tasmu" ajak Alfano sembari membangunkan Allesia namun Allesia tak kunjung membuka mata.
Alfano menghela napas panjang, ia berjalan ke luar menuju Apotek. Sepanjang jalan, ia terus menyunggingkan senyum menyapa rekan kerja dan keluarga pasien yang berpapasan dengannya.
Apotek
"Reena.. kamu di mana?" panggil Alfano berdiri di depan pintu masuk Apotek.
"Ada apa Dokter?" tanya Reena menghampiri Alfano.
"Aku mau ambil tas istriku" kata Alfano tanpa rasa malu.
Semua pegawai rumah sakit yang bekerja di bagian Apotek umum saling tatap. Mereka merasa takjub dengan sikap Dokter Alfano yang selalu spontan kalau bicara.
"Masuk dan ambilah di dalam lemari yang sana" kata Reena sembari menunjuk lemari kecil tempat Allesia meletakan tasnya.
Alfano melangkah masuk lalu mengambil tas istrinya. "Apa isi di dalamnya" batin Alfano. Dengan penasaran, Alfano membuka resleting tas istrinya. Saat tas yang ia pegang sudah terbuka, ia menyunggingkan senyum lebar saat mendapati foto pernikahan mereka di dalamnya.
"Aku mencintaimu istriku" batin Alfano lalu membalikan badan berjalan menuju pintu.
"Reena dan yang lainnya, aku pamit pulang. Terimakasih sudah menjaga istriku di sini" kata Alfano dengan senyum.
"Sama-sama Dokter. Jika bisa, tolong jangan selalu tersenyum, aku takut jatuh cinta lalu melupakan suamiku di kantor. Hahahaha" kata salah seorang asisten Apoteker.
"Hahahaha" tawa semua orang yang ada di dalam bersamaan.
"Bye bye" Alfano melambaikan tangannya. Membalikan badan lalu berjalan menuju ruangannya.
Ceklek... Alfano membuka pintu ruangannya. "Kamu sudah bangun?" tanya Alfano saat mendapati istrinya sedang menggeliat.
"Ayo kita ke Apotek" ajak Allesia tanpa menatap suaminya.
"Aku sudah mengambilnya. Lihat ini" kata Alfano sembari memperlihatkan tas yang kini ia pakai.
"Hahahahaha" tawa Allesia pecah. Bagaimana tidak, Alfano memakai tas Allesia dari Apotek sampai keruangannya.
"Pantasan saja, orang-orang melihatku dengan tawa yang tak dapat aku artikan. Terlihat aneh ya?" tanya Alfano.
"Tidak aneh, sini aku ambil gambar dulu" kata Allesia menahan tawa lalu memotret suaminya.
Gambar hanya pemanis saja.
"Ayo kita pulang, kasihan anak-anak di rumah" kata Allesia lalu mengambil tasnya dari tangan suaminya.
"Ayo" balas Alfano lalu menggandeng tangan Allesia.
"Alfano, jangan seperti ini. Aku malu.." gerutu Allesia. Lagi-lagi Alfano menggenggam tangannya.
"Sudah aku katakan, aku tidak mau orang-orang mengira bahwa kamu masih lajang" kata Alfano.
Allesia dan Alfano keluar dari ruangan berlalu pergi menuju parkiran. Saat menelusuri lorong rumah sakit, mereka bertemu dengan Dokter Lucas dan istrinya.
"Lesia.." panggil Dokter Lucas.
Allesia dan Alfano menoleh. "Dokter" gumam Allesia lalu menatap wanita yang kini sedang bersama Dokter Lucas.
"Kamu" Elmi terlihat girang saat melihat Allesia. Elmi adalah wanita yang Allesia tolong waktu lalu dan Elmi adalah istri Dokter Lucas.
"Senang bisa bertemu denganmu, Lesia. Suamiku sudah menceritakan semua tentangmu. Dan.. siapa pria ini?" tanya Elmi saat melihat Alfano.
"Apa Dokter Lucas tidak memberitahu Nyonya Elmi kalau aku adalah suami Lesia" timpal Alfano yang merasa kesal dirinya tak diperkenalkan.
"Hahahaha" tawa Dokter Lucas bersamaan dengan Elmi.
"Aku hanya bercanda" kata Elmi. "Jangan menyia-nyiakan wanita sebaik dia" lanjutnya sembari menepuk bahu Alfano.
"Tentu saja" balas Alfano tersenyum. Usai berbincang-bincang. Alfano dan Allesia pamit pulang. Allesia menatap tangan mereka yang kini menyatu, seketika senyum terukir di wajahnya. Sesampainya di parkiran, Alfano membukakan pintu mobil untuk Allesia.
"Silahkan masuk wanita kesayanganku" kata Alfano.
Allesia hanya bisa tersenyum lalu masuk ke dalam mobil. Alfano menutup pintu mobil lalu berjalan menuju pintu mobil sebelahnya. Mobil perlahan bergerak meninggalkan area rumah sakit.
-------
Mansion
"Ayah.. Paman datang ke rumah kita" teriak Lusia saat melihat Alfano keluar dari mobil.
"Paman" gumam Allesia, dengan cepat ia keluar dari mobil.
"Hahahahaha. Kenapa wajahmu seperti itu" tawa Alfano lalu meledek Ansel yang kini babak belur.
"Ansel..." Allesia terlihat girang saat melihat Ansel.
"Awww..." jerit Allesia saat Alfano menjewer kupingnya.
"Sudah punya suami tapi masih mau bandel sama mantan" ujar Alfano tanpa melepaskan tangannya dari kuping Allesia.
Lusia, Afro dan Ansel tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Sevani hanya diam saja.
"Ampun ampun" ujar Allesia sembari memegang tangan Alfano.
Alfano menjauhkan tangannya dari kuping Allesia. "Ayo masuk dan jelaskan semuanya di dalam" kata Alfano. Mereka pun masuk ke dalam Mansion dan duduk di ruang keluarga.
"Katakan padaku, kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Alfano menatap Ansel.
Ansel menatap Sevani, sedangkan Sevani hanya menunduk takut. Ia takut Alfano akan memecatnya.
Maaf, tidak membalas komentar kalian satu persatu 🙏🙏
Jangan lupa Like, bagikan, vote dan bintang 5
👌👌
Salam manis dari Author : Asni J Kasim