"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Carlota, kau di tunggu di ruang kepala sekolah," ucap seorang guru yang baru memasuki kelas yang sedang berlangsung itu.
Semua murid di dalam kelas itu langsung memusatkan perhatian mereka pada Carlota yang tampak bingung.
"Kau membuat masalah?" tanya guru berkepala pelontos yang berdiri di depan white board sambil memegang buku materi pelajaran.
"Ti-tidak, Pak." Carlota menjawab sambil menggeleng, namun wajahnya panik dan pucat pasi.
"Bergegaslah temui kepala sekolah."
"Baik." Carlota beranjak dari duduknya, tapi gerakannya terhenti saat mendengar salah satu temannya mengatakan sesuatu kepadanya.
"Ini pasti ada hubungannya dengan Vitt. Kami sudah memperingatkanmu agar tidak membully si pincang, tapi kau keras kepala!"
"Oh, jadi maksudmu dia mengadu pada kepala sekolah?" tebak Carlota, jengkel mendengarnya, lalu segera keluar dari kelas tersebut menuju ruang kepala sekolah. "Lihat saja, aku akan memberikannya pelajaran yang lebih menyakitkan kalau benar dia melaporkanku kepada kepala sekolah!" geram Carlota.
Sampai di ruangan kepala sekolah. Nyali Carlota langsung ciut ketika melihat Daniel duduk berhadapan dengan kepala sekolah.
"Anda memanggil saya. Sir?" Carlota duduk di samping Daniel, padahal belum dipersilahkan pemilik ruangan.
Paolo duduk diam tanpa mempedulikan kehadiran Carlota.
"Carlota, aku sangat menyayangkan tindakanmu yang menyekap Vitt di dalam toilet. Apa kau tahu jika tindakanmu ini termasuk bullying. Kau tidak bisa mengelak lagi, karena aku sudah memeriksa sendiri CCTV di depan toilet murid wanita," ucap kepala sekolah langsung ke inti permasalahan, seolah tidak memberikan kesempatan pada Carlota untuk berbicara.
Wajah Carlota pucat pasi ketika rasa panik dan takut melanda hatinya. Bagaimana bisa dia melupakan CCTV yang terpasang di setiap sudut sekolah. Carlota merutuki kebodohannya.
"Sir, aku bisa jelaskan. Semua ini tidak seperti yang Anda lihat di CCTV. Aku hanya bercanda saja, tidak lebih." Carlota berusaha menjelaskan, kemudian memegang lengan Daniel. "Dan, kau percaya kepadaku 'kan?" Carlota mengguncang lengan Daniel berulang kali, berharap pemuda itu membantunya.
Paolo menatap tajam Carlota lalu beralih menatap tidak suka pada tangan Carlota yang menyentuhnya. "Singkirkan tanganmu! Perlu kau ketahui, kalau aku tidak pernah percaya kepadamu atau berpihak padamu!" tegasnya.
"Dan ..."
"Berhentilah membuat drama Carlota. Tindakanmu sangat tidak terpuji! Kau mengunci Vitt di dalam bilik toilet yang di penuhi puluhan kecoa! Aku tidak akan pernah memaafkanmu karena kau sudah menyakiti Vitt!" ucap Paolo penuh amarah, tidak lupa melayangkan tatapan mengerikan kepada Carlota.
"Sudah ... jangan berdebat di sini. Daniel, kau boleh keluar dari sini, terima kasih atas laporan bullying ini. Lalu untuk Carlota, kau harus di hukum membersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah ini setelah pulang sekolah nanti!" Kepala sekolah mengambil keputusan dengan tegas, dan mutlak.
"Tapi, Sir..."
"Silahkan keluar dari sini, saat menjalankan hukumanmu nanti renungkan semua kesalahanmu!" Kepala sekolah tidak mau mendengar penjelasan apa pun lagi dari Carlota.
Paolo sudah keluar dari ruangan tersebut menuju ruang kesehatan di mana Vitt masih berada di sana.
"Kau kembali lagi? Tidak mengikuti mata pelajaran?" Vitt menatap Daniel yang memasuki ruangan kesehatan.
"Tidak." Paolo menjawab singkat dan jelas, sembari mendudukkan diri di samping gadis tersebut.
"Bagaimana kondisimu?" tanya Paolo, menatap Vitt dengan intens.
"Aku baik-baik saja." Vitt menjawab sambil menipiskan bibirnya.
"Mau aku panggilkan psikolog? Karena aku dapat melihat kecemasan dari tatapanmu."
"Tidak perlu, aku baik-baik saja," jawab Vitt menolak tawaran Daniel.
"Apa kejadian tadi yang membuatmu cemas seperti ini?" tanya Paolo, serius dan penasaran.
"Tidak, hanya saja ... aku teringat kepada seseorang ... beberapa bulan yang lalu, aku di culik oleh mafia kejam, namanya Paolo Sorgia."
Deg!
Reinkarnasi, bukan transmigrasi.
Berubah 180 derajat, bukan 360 derajat