Touch Me!

Setelah menandatangi kontrak kerja, Vanya diantar oleh Manager desain Yaitu Nimi. Sesampainya disana, semua orang menyambut hangat kedatangan Vanya. Tiba waktunya untuk Vanya memperkenalkan diri. Belum sempat dia mengatakan sepatah katapun, semua pegawai yang ada disebuah ruangan khusus untuk desain itu, berhamburan ke dinding kaca yang digunakan perusahaan itu untuk membatasi ruangan. Vanya mengikuti arah pandangan mereka yang tertuju pada sosok yang terlihat gagah dengan setelan jas berwarna hitam.

" Itu, tidak mungkin. " Vanya menutup bibirnya yang terperangah tak percaya. Matanya mulai memerah. Seluruh tubuhnya menjadi lemas dan gemetar. Seakan, tubuh dan raganya saling menjauhi satu sama lain.

' Bruk!

Vanya jatuh duduk dilantai dengan perasaan kaget yang luar biasa. Bagaimana bisa? Orang yang selama ini dia anggap mati dan ia doakan untuk selalu bahagia di surga, ternyata dia masih terlihat sehat bugar tanpa terlihat sakit sama sekali.

Tidak. Aku pasti salah lihat. Itu tidak mungkin. Ya Tuhan, tolong bantu aku.

Vanya mencengkram rok yang ia kenakan. Perasaan takut lah yang kini menghantui Vanya. Takut jika suatu hari rahasianya terbongkar, lalu dia akan kehilangan Nathan kecilnya.

Semua pegawai berbisik mengagumi Presdir barunya.

" Dia benar-benar berkharisma. " Ucap Manager Nimi sembari mengalihkan pandangan untuk menatap Vanya yang tadi berada disebelahnya. Manager Nimi mengerutkan dahinya. Kemana perginya Vanya batinnya. pandangannya turun kebawah saat tak sengaja menyentuh kaki Vanya saat akan merubah posisi.

" Vanya?! ada apa? " Manager Nimi membantu Vanya untuk bangkit dan membawanya kesebuah kursi lalu membantu Vanya untuk duduk. Pegawai yang sudah tidak lagi memperhatikan presdir barunya, mulai menyadari apa yang terjadi dengan Vanya. Ada yang memberikan air hangat dan ada yang mengelus punggung Vanya.

" Apa kau begitu terpesona oleh Presdir Nath? " Ujar salah satu pegawai lain sembari tertawa meledek.

" Manager Nimi? "

" Iya. Katakan."

" Bolehkah aku membatalkan kontrak kerja?"

Manager Nimi menatap Vanya bingung. Baru kali ini, ada karyawan yang mau mengundurkan diri secepat ini. Selain gaji yang sangat memuaskan, perusahaan ini juga selalu memberikan bonus tinggi dan fasilitas yang sangat memadai. Jadi apa alasannya? batin Manager Nimi.

" Apa alasannya? "

Vanya mengepal kuat. Alasan? sampai matipun tidak akan memberitahu alasan yang sesungguhnya.

" Aku merasa, tempat ini kurang cocok untukku. "

Manager Nimi tersenyum.

" Alasan yang bodoh! dengar, saat kau menandatangi kontrak, kau sendiri sangat antusias kan? kau begitu tergoda dengan keuntungan yang akan kau dapat. Apa kau tahu? dari tiga ribu orang, hanya sepuluh orang yang berhasil bergabung di perusahaan ini. Kau akan menyesal nantinya."

Vanya menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia meraih tangan Manager Nimi dan menggenggamnya. " Tolong Manager. Aku mohon."

" Tidak bisa. Di kontrak tertulis, tidak boleh mundur sebelum lolos masa percobaan selama lima bulan. Apapun alasannya. So don't give me a reason ok? " Manager Nimi menepuk bahu Vanya dan berlalu begitu saja.

Vanya menatap salah satu teman kerjanya.

" Boleh aku bertanya? "

" Tentu saja silahkan."

" Si, siapa nama Presdir di perusahaan ini? " Vanya menguatkan hatinya sekuat mungkin. Berharap, jika apa yang ia lihat tadi hanyalah halusinasinya saja.

" Tentu saja Presdir Nathan Chloe. Dia sangat tampan dan gagah. Kita bisa memanggilnya Presdir Nath.

Presdir Nath? Nath? Nathan? hukuman apa ini Tuhan? aku ingin terbang ke angkasa dan tidak kembali lagi. Aku harus bagaimana? Tuhan kalau sampai dia mengenaliku, aku bisa kehilangan segalanya. Aku juga bisa dipenjara. Tuhan, semoga dia tidak mengingatku. Iya pasti dia tidak ingat. Lagi pula, dia kan koma waktu itu. Iya. Aku tidak boleh takut. Demi masa depan Nathan kecilku.

Disebuah ruangan Presdir. Nath berdiri sembari menatap pemandangan dan pemukiman dari balik kaca.

" Nath, kau baik-baik saja? " Tanya Lexi. Lexi adalah sahabat sekaligus asisten sekretaris Nath. Melihat Sahabatnya yang begitu murung akhir-akhir ini, membuatnya sedikit khawatir.

" Aku bertemu dengan seorang gadis yang sangat mirip dalam mimpiku lima tahun lalu. " Nath masih saja menatap kaca dengan tatapan kosong.

Lexi menghela nafas dan berjalan ke arah Nath yang tak bergeming sedikitpun. Menepuk bahunya beberapa kali untuk menguatkan Nathan. " Ayolah, itu hanya mimpi. Aku rasa, mungkin ini reaksi tubuhmu karena gugup. "

" Apa maksud mu? "

" Pernikahanmu tinggal empat bulan lagi. Mungkin saja ini reaksi gugup dari tubuhmu. "

Nath menatap Lexi tajam.

" Aku memahami tubuhku dari pada orang lain. "

" Baiklah. " Lexi mengentikan keinginannya untuk melanjutkan pendapatnya, tapi mau bagaimana lagi? Nath bukan orang yang mau menerima masukkan dari orang lain.

" Kapan kau bertemu dengan gadis itu? "

Nath kembali ke posisi awal sembari menghela nafas panjang.

" Saat aku pergi ke mini Cafe. Saat kita pergi ke Club malam itu. Dan, saat kita meninjau sebuah Mall, Aku melihatnya."

" Apakah wajahnya sama dengan yang ada di mimpimu? "

" Tidak tahu. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Tapi, aku sangat tidak asing dengan suaranya. Saat pertama kali aku mendengar suaranya, jantungku berdetak begitu cepat lalu, saat aku melihat wajahnya dan dia menatapku, aku, seperti merasakan sesuatu yang aneh. "

Lexi tersenyum tak percaya. Seakan hatinya berkata. Kegilaan Nath sudah berlangsung selama lima tahun. Kapan kau akan mengakhirinya?

" Lalu? "

" Saat aku bertemu di Club, dia terhuyung di hadapanku. Aku melihat wajahnya dari dekat. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku. Awalnya, aku mengira, aku akan melupakannya seiring waktu. Tapi, aku kembali melihatnya di sebuah Mall. Saat itu, aku melihat seorang pria memeluknya dengan erat. Kau tahu apa yang aku rasakan? " Nath menatap Lexi penuh tanya.

" Apa? "

" Aku marah."

" Eh?! marah? aku rasa, kau butuh psikiater. Kenapa kau marah hanya karena gadis yang memiliki suara mirip didalam mimpimu berpelukan dengan seorang pria? "

Nathan berjalan mendekati kursi dan duduk disana.

" Aku tidak bisa konsentrasi setelah bertemu dengannya. "

Lexi mendekati Nathan dengan tatapan heran.

" Apa dia cantik? "

Nathan menatap Lexi dan diam sesaat.

" Menurutku, dia cantik. "

Lexi menutup bibirnya menggunakan telapak tangannya. Ini pertama kalinya kau merespon pertanyaan semacam ini. Tapi Nath, kau sudah akan menikah. Dan calon istrimu Gaby. Dia sangat cantik.

Nathan menjauhkan Lexi darinya.

" Aku tidak tahu kalau Gaby cantik. Aku sungguh tidak perduli. "

Lexi meraih tisu dan menyeka keringat di dahinya. Berbicara dengan Nath, membuatnya berpikir sangat keras. Dibutuhkan kehati-hatian dan kesabaran yang banyak. Salah sedikit saja, Nath pasti akan memberikan hukuman yang tak terlupakan. Kalau dia terus mengingatkan tentang hubungannya dengan Gaby, sudah pasti Nath akan mengirimnya ke hutan Amazon untuk menjadi penjinak ikan piranha.

" Lalu, apa rencana mu? " Lebih baik merespon seperti ini saja. Masalah nanti ya nanti Lexi akan memikirkannya. Dari pada tidak merespon? batinnya.

" Tidak tahu. Akan kujalani hidupku seperti biasanya. Tapi, "

" Tapi apa? "

" Jika kita bertemu lagi, maka aku akan memikirkan langkah selanjutnya. "

To Be Continued.