Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Berusaha Menerima.
Santi terdiam dengan tatapan mata yang masih saja begitu saja melihat Nasya. Entahlah apa yang sekarang dia pikirkan setelah keluhan yang diungkapkan Nasya.
"Tapi apa yang terjadi pada kamu adalah sebuah kecelakaan dan tidak ada yang menginginkan semua itu dan keluarga kami tidak pernah lari dari tanggung jawab dan apa kamu tidak mensyukuri semua itu?" tanya Santi.
"Saya sangat mensyukuri yang akhirnya bisa sembuh di tangan keluarga kalian," jawab Nasya yang memang orangnya sangat tahu diri.
"Kalau begitu sekarang kamu sudah sembuh. Kamu tidak berniat untuk mengakhiri segalanya?" tanya Santi yang ujung-ujungnya hanya ingin Nasya dan Nathan berpisah.
"Saya harus berapa kali mengatakan kepada Tante. Jika semua ini berdasarkan keinginan Nathan. Apapun keputusan yang sudah ditentukan Nathan di dalam pernikahan kami adalah keputusan mutlak dan saya tidak akan mencampurinya," jawab Nasya.
"Tapi saya sangat tidak menyukai hubungan kalian!" tegas Santi yang berterus terang.
"Suka tidak suka kepada saya itu adalah hak Tante yang terpenting saya selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Saya juga tidak bisa memaksakan untuk Tante menerima saya dengan sepenuh hati, memaafkan saya atau menerima kesalah pahaman ini," ucap Nasya.
"Apapun yang kamu lakukan dan usaha apapun yang kamu ingin tunjukkan kepada saya. Saya tidak akan pernah menerima kamu sebagai menantu saya. Mau kamu sudah bisa berjalan atau berbicara. Tidak akan pernah ada bedanya. Mungkin saya akan menganggap masalah di antara kita berdua selesai ketika kamu dan Nathan berpisah!" tegas Santi yang berlalu dari hadapan Nasya.
"Walau saya berusaha untuk melakukan pendekatan. Tetapi belum tentu juga saya bisa menerima mertua seperti Tante. Jadi jangan salah paham dengan semua yang saya lakukan kepada Tante dan semua itu hanya untuk menghargai Nathan yang selama ini memperlakukan saya dengan baik," ucap Nasya yang membuat langkah Santi terhenti.
Santi begitu sangat kesal sekali dan langsung pergi. Nasya menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang berusaha untuk menenangkan diri menghadapi Ibu mertuanya yang memang tidak bisa dihadapi dengan lembut.
Memang terkadang hanya dengan pemberontakan yang bisa di lakukan untuk menghadapi semuanya.
Nasya harus mendapatkan ujian di rumah Nathan dan dia hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik tetapi tidak bodoh juga.
Nasya kembali melanjutkan membuat sarapan itu, wajahnya sudah mulai terlihat murung dan tidak bersemangat sama sekali.
Tiba-tiba saja sebuah tangan memegang bahunya yang membuat Nasya sedikit terkejut dan menoleh ke arah belakang yang ternyata Nathan.
"Kamu sedang apa?" tanya Nathan
"Aku membuat kamu sarapan dan aku juga melebihkan sarapan yang sesuai dengan permintaan kamu. Agar nanti di kantor kamu bisa memakannya lagi," ucap Nasya dengan tersenyum yang berusaha menutupi kekesalannya.
Nathan tersenyum dan memeluk Nasya wanita sangat erat.
"Terima kasih yang selalu menyiapkan segala sesuatu yang baik untukku. Terima kasih kamu sudah berusaha untukku. Aku tahu ini sangat berat untuk kamu dan aku juga mendengar pertengkaran kamu dengan Mama. Kamu harus menjalani semua ini selama tinggal di rumahku," ucap Nathan.
Nasya melonggarkan pelukan itu yang melihat kearah suaminya.
"Kamu mendengarkannya?" tanya Nasya yang membuat Nathan menganggukkan kepala.
"Nasya aku tidak meminta kamu terlalu keras untuk melakukan semuanya. Aku tahu semua ini sangat berat untuk kamu dan aku sangat berharap kamu tidak terlalu memikirkannya dan tetap seperti Nasya yang aku kenal. Aku tidak ingin memaksa kamu. Karena semua membutuhkan proses yang sangat banyak," ucap Nathan yang membuat Nasya menganggukkan kepala.
"Terima kasih sudah mendukungku dan tidak pernah berhenti untuk memberikanku semangat. Aku sangat bahagia bisa mengenal kamu dan berada di sisi kamu. Untuk masalahku dan Mama kamu. Aku janji akan bisa mengatasi semuanya dan semuanya juga akan baik-baik saja," ucap Nasya dengan mata berkaca-kaca yang membuat Nathan menggangguk dan kembali memeluk istrinya itu
Jika bukan dia yang memberikan semangat, lalu siapa lagi. Nathan memiliki tanggung jawab yang banyak untuk semua itu. Nathan juga ingin memberikan kenyamanan kepada sang istri.
****
Nathan malam ini baru pulang kerja dan Nasya yang membantu Nathan untuk membuka dasi Nathan. Mata Nathan tidak lepas menatap istrinya begitu dalam.
"Bola mata kamu bisa keluar jika terus menatapku seperti itu," ucap saja yang pasti menyadari tatapan maut dari suaminya itu.
"Memang kenapa jika menatap kamu? Apa tidak boleh menatap istri?" tanya Nathan dengan alis terangkat.
"Jangan seperti itu juga. Aku entah seperti apa yang harus di tatap seperti itu," jawab Nasya.
Nathan menarik pinggang Nasya sehingga membawa istrinya lebih dekat lagi kepadanya yang bahkan hampir saja bibir mereka kali ini lagi saling menempel.
"Isss kamu," Nasya memukul manja dada suaminya itu.
"Kamu cantik sekali malam ini. Rasa lelahku jadi hilang karena melihat kecantikan kamu dan begitu sangat harum," ucap Nathan yang begitu sangat lembut dan bahkan suara itu mampu membuat bulu kuduk Nasya berdiri.
Siapa yang tidak luluh akan kata-kata manis itu yang terdengar begitu sangat indah.
"Memang aku hanya cantik malam ini saja?" tanya Nasya.
"Kamu cantik setiap hari, tapi aku merasa malam ini sangat berbeda dan aku malah berpikir jika kamu sepertinya sengaja menggodaku," ucap Nathan.
"Kapan aku melakukan hal itu dan kenapa juga akan menggoda mu," sahut Nasya.
"Aku merasa kamu memang sekarang sedang menggodaku," ucap Nathan yang membuat Nasya tersenyum.
"Memang tidak boleh jika seorang istri menggoda suaminya?" tanya Nasya.
"Lalu bagaimana jika benar-benar aku tergoda?" tanya Nathan dengan tatapan yang. Nasya sangat mengerti dengan apa yang diinginkan suaminya itu yang selalu menyayanginya minta jatah.
Mereka melakukan hubungan suami istri baru satu kali di Swis dan wajar saja jika ada keinginan lagi. Bukan hanya Nathan, mendengar suara Nathan juga mampu membuat Nasya ikut panas.
"Hmmmm, kamu mau aku buatkan kopi?" tanya Nasya yang mengalihkan kegugupan di wajahnya yang terus saja mendapatkan tatapan yang semakin dalam dari Nathan begitu sangat intens yang seperti sudah ingin menerkamnya saja.
"Bagaimana setelah minum kopi dan setelah aku mandi kita berdua...." Nathan yang membelai rambut sang istri yang kata-kata itu semakin intens.
"Aku akan membuatkan kopi sebentar," ucap Nasya.
"Kamu belum menjawab apa yang aku tanyakan?" tanya Nathan.
"Kamu punya hak melakukan apapun kepadaku dan tidak perlu bertanya kepadaku," jawab Nasya yang berarti mengizinkan Nathan jika menginginkan hatinya kembali.
Hal itu membuat Nathan tersenyum dan Nasya yang langsung melepaskan tangan suaminya dari pinggangnya dan keluar dari kamar. Nathan menyergah nafas yang sepertinya memang sangat menikmati pernikahannya yang akhir-akhir ini sangat manis bersama sang istri.
Nasya juga senyum-senyum yang keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dan tiba-tiba saja dia dikejut dengan lengan yang sudah merangkul bahunya dan ternyata itu adalah Nathan yang menyusulnya.
"Ada apa?" tanya Nasya tanpa menghentikan langkahnya yang terus berjalan.
"Aku ingin menemani kamu membuat kopi," jawab Nathan.
"Aku bisa melakukannya sendiri dan tidak perlu ditemani," tegas Nasya.
"Aku juga ingin di masakkan mie," ucap Nathan malah menambah permintaan.
"Iya-iya. Aku akan membuatnya," jawab Nasya.
"Tetapi aku tetap ingin melakukannya," tegas Nathan. Nasya pasti tidak bisa menolak.
Bersambung...