Di usianya yang beranjak remaja, pengkhiatan menjadi cobaan dalam terjalnya kehidupan. Luka masa lalu, mempertemukan mereka di perjalanan waktu. Kembali membangun rasa percaya, memupuk rasa cinta, hingga berakhir saling menjadi pengobat lara yang pernah tertera
"Pantaskah disebut cinta pertama, saat menjadi awal dari semua goresan luka?"
-Rissaliana Erlangga-
"Gue emang bukan cowo baik, tapi gue bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo."
-Raka Pratama-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caramels_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Pagi ini Raka, Rissa, Dara, dan Fajar maju ke depan kelas untuk mempresentasikan tugas penelitian mereka. Fajar kebagian bertugas memindahkan slide PPT sedangkan mereka bertiga bergantian menjelaskan hasil penelitian.
“Para ahli embriologi membuktikan bahwa tubuh manusia diciptakan dari untai sangat halus yang disebut dengan untai primer,” Raka mengawali presentasi mereka kemudian dilanjutkan oleh Risa dan Dara.
“Tubuh kita diciptakan dengan begitu sempurna dari susunan yang paling kecil yaitu organel sel, jaringan, organ dan menjadi organisme yang sempurna,” Rissa menjelaskan dengan sangat lugas dan tegas. Setelah itu Dara melanjutkan hasil dari penelitian itu.
Mereka bekerja sama dengan baik sehingga mendapatkan nilai A dari Bu Yuni selaku guru mata pelajaran biologi.
Satu persatu dari seluruh kelompok yang telah dibagi maju untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka masing-masing. Hingga jam pelajaran selesai, mereka berempat memutuskan untuk pergi ke kantin bersama.
“Kalian mau pesan apa? Biar kali ini gue traktir,”
“Tumben lo mau traktir Jar?”
“Mumpung gue ada rezeki nih,”
“Ya udah gue pesan mie ayam sama es jeruk,” ujar Raka.
“Gue bakso sama es jeruk,” pesan Rissa.
“Gue samain kayak pesanannya Raka deh,”
“Oh ya sejak kapan lo suka mie ayam? Bukannya dulu lo bilang kalo lo nggak suka?” Rissa melirik ke arah Raka setelah mendengar perkataan dari Dara.
“Kamu nggak suka mie ayam?”
“Yaa itu dulu, tapi sekarang aku udah suka kok,” jawab Raka tersenyum kikuk.
Sepuluh menit kemudian, Fajar kembali bersama seorang wanita paruh baya sembari membawa nampan yang berisi pesanan mereka.
“Makasih Bu,” ibu penjual pun kembali ke tempat dagangannya.
...****************...
“Oh ya, weekend nanti kalian mau kemana?” Fajar membuka obrolan antara mereka setelah selesai menghabiskan makanan nya.
“Gue ngga ada rencana sih,” ujar Raka yang diikuti oleh Rissa dan Dera dengan jawaban yang sama.
“Gimana kalo kita berempat pergi ke Ancol? Itung-itung reward lah buat keberhasilan kita setelah presentasi tadi,” Saran Fajar.
“Ehmmm boleh juga sih ide lo,” Rissa menyetujui tawaran Fajar.
“Gue juga setuju,” ujar Raka dan Dera yang tidak sengaja bersamaan. Rissa yang mendengar nya pun merasa cemburu dan melirik sinis kepada Raka.
“Ehmmm…” ucap Fajar memecah kecanggungan.
“Ya udah kayaknya habis ini bel bunyi deh, gimana kalo kita balik ke kelas?”
Mereka berempat pun beranjak ke kelas bersamaan. Namun, Raka dan Rissa memilih berjalan di belakang teman-teman mereka.
“Kamu marah?” tanya Raka melihat pacarnya yang memilih untuk diam dari tadi.
“Nggak,” jawab Rissa singkat.
“Aku tadi kan juga nggak sengaja bisa ngomong barengan sama Dara,”
“Sehati mungkin,” Rissa masih menjawab ucapan Raka dengan nada cuek.
“Sayang… Jangan marah, maaf ya,” rengek Raka sembari mencekal tangan Rissa yang membuat mereka berhenti sejenak.
“Lagian sejak kapan kamu nggak suka mie ayam? Bahkan aku pun nggak tau kalo kamu nggak suka, malah orang lain yang tau”
“Iyaa, dulu aku emang nggak suka. Tapi sekarang aku udah suka mie ayam kok,”
Rissa menghela napas panjang berusaha meredam rasa cemburunya. Ia berpikir ini hanya soal mie ayam yang mana seharusnya ia tidak terlalu mempermasalahkan hal sepele seperti ini.
“Huffttt.. Ya udah deh, ayo kita ke kelas. Keburu nanti gurunya dateng,” Rissa berjalan mendahului Raka dengan hati yang masih memanas menahan kecemburuan nya.
...****************...
Malam Ini Raka mengajaknya mengelilingi kota. Ia pun bersiap sejak pukul 5 sore hari dan bersolek di hadapan cermin. Tak lupa memilih baju yang akan dikenakannya, kali ini ia ingin tampil secantik mungkin walau Raka selalu berkata bahwa ia adalah gadis tercantik di hatinya. Semerbak harum memenuhi ruang persegi bernuansa merah muda itu.
Tidak butuh waktu lama cowok itu datang, Rissa menyambutnya dengan senyuman hangat lalu berpamitan kepada mamanya.
“Ma aku keluar dulu sama Raka,”
“Iya hati-hati di jalan. Jangan pulang malam-malam,”
Mereka pun langsung berangkat dari rumah. Semilir angin menemani perjalanan mereka berdua, bahkan Dewi Malam pun iri melihat dua remaja yang sedang dimabuk asmara. Padahal ia pun selalu ditemani oleh bintang-bintang bertaburan yang selalu setia menjadi teman kala mentari tenggelam di tengah lautan.
Rissa mengeratkan pelukannya di pinggang Raka, ia menyenderkan kepalanya ke punggung Raka sembari tersenyum menikmati kebersamaan mereka berdua. Motor itu berhenti di depan sebuah kedai bertingkat yang bergaya estetik sehingga cocok untuk dinikmati oleh sepasang remaja seperti mereka.
Gemerlap dari lambu kota ikut menghiasi cahaya rembulan yang tengah bersinar begitu indah, seindah manik mata coklat yang sibuk memandangi wajah cowok bermata sipit itu. Tangan Rissa terulur untuk mengelus pipi kekasihnya. Mereka pun terbuai oleh kilatan cinta yang selalu hadir di relung hati, menyatukan segala asa dan menghapuskan segala luka. Dinginnya malam terasa hangat sebab mereka yang saling mendekap.
“Kamu jangan tinggalin aku ya,” ujar Rissa memelas.
“Nggak akan sayang…we will be together, forever,”
“I love you,” Raka yang mendengar ucapan Rissa langsung tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya.
“I love you more,”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...