Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 17 RANGGA DI MATA SONIA
Sonia merasa, kalau begini entah dirinya bisa terbebas atau tidak. Rangga adalah seorang yang tidak berguna, bagaimana mungkin bisa menolongnya, pikir Sonia.
"Benar-benar telah menyusahkan mu datang jauh-jauh ke sini, taruh uangnya dan kamu bisa pergi," ujar Devan kepada Rangga.
"Bukankah seharusnya aku sudah bisa membawa Sonia sekarang," ujar Rangga meletakkan koper berisi uangnya.
"Apakah semua penculik tidak bermartabat," sambung Rangga.
"Martabat... haha..." seketika Devan dan para bawahannya juga tertawa lepas.
"Kalian benar-benar tolol, tentu saja aku mau keduanya, setelah aku puas bermain dengan Sonia mungkin aku akan berbaik hati memulangkannya," ujar Devan.
"Ambil uangnya!" Devan memerintahkan salah satu preman bawahannya.
Seorang preman mulai maju untuk mengambil koper yang berada di atas lantai.
"Benar-benar menyusahkan mu, sia-sia kamu datang kesini," ujar preman itu hendak meraih kopernya di lantai.
"Buk," tiba-tiba saja Rangga langsung melayangkan tendangan menyamping menghantam preman tersebut.
Seketika preman tersebut langsung terpental menggusur lantai sejauh beberapa meter. Tubuh preman itu tidak bergerak lagi setelah terkena tendangan dari Rangga.
Terlihat kedua bola Rangga seperti bola api yang membara. Rangga mengeluarkan kekuatan matanya memasuki mode pertempuran. Ini adalah salah satu keistimewaan dari kekuatan mata Rangga.
"Brengsek, kalian habisi dia!" teriak Devan.
Segera tiga orang preman langsung mengeluarkan pipa baja dan langsung menyerang Rangga.
Satu preman melayangkan pipa bajanya, namun Rangga juga melayangkan tinjunya. Tinju Rangga beradu dengan pipa baja itu dan hasilnya pipa baja itu patah dan tinju Rangga langsung menghantam wajahnya dengan keras. Seketika preman itu langsung terpental dan giginya tanggal berserakan di udara.
Dua preman dengan pipa bajanya juga belum sempat bereaksi, Rangga langsung meninju kedua preman itu tepat di wajahnya. Seketika kedua preman itu langsung terpental menghantam tembok gudang. Kedua preman itu langsung terkapar dengan hidung yang patah dan darah keluar dari mulutnya.
Sisa preman yang lain juga mulai ketakutan melihat Rangga membantai tiga rekan mereka dengan mengerikan. Rangga tampak begitu sangat menyeramkan dan kuat. Tidak mau ambil resiko, para preman yang tersisa lebih memilih untuk pergi berlari dari sana.
"Ini... apa dia masih manusia?" Devan juga mulai takut.
Devan melihat semua preman bayarannya telah berlari dari sana, sehingga membuatnya semakin bertambah takut.
Belum sempat Devan bereaksi, Rangga sudah melesat ke tempatnya dan langsung membanting tubuhnya ke lantai.
"Jangan... jangan pukul aku," ujar Devan yang sudah terbaring di lantai.
Devan memohon kepada Rangga agar tidak menghajarnya, namun Rangga tidak memperdulikan itu.
"Buk," sebuah tinju keras dari Rangga langsung menghantam wajah Devan dengan keras.
Seketika darah berterbangan ke udara. Kuatnya pukulan Rangga ini membuat lantai di sekitar kepala Devan juga ikut retak. Seketika tubuh Devan langsung berhenti bergerak. Tidak dapat di bayangkan bentuk wajah dari Devan saat ini.
Kemudian Rangga kembali berdiri dan api di kedua bola matanya juga langsung menghilang.
Sonia sendiri seolah tidak percaya dengan apa yang di lihatnya ini. Rangga berhasil mengalahkan Devan dan para preman dalam sekejap saja.
"Ini... apa dia masih Rangga yang tidak berguna," pikir Sonia.
"Sejak kapan dia begitu hebat," pikir Sonia lagi.
Rangga juga mulai berjalan mendekati Sonia dan membantunya melepaskan ikatannya.
"Ayo segera kita pergi tinggalkan tempat ini, kakakmu sangat khawatir kepadamu," ujar Rangga.
"Aw..." ujar Sonia.
"Ada apa?" tanya Rangga.
"Kakiku terlalu lama di ikat, sekarang justru kesemutan, aku tidak bisa menggerakkan nya," jawab Sonia.
Kemudian tiba-tiba saja Rangga langsung berjongkok di depan Sonia.
"Kamu mau apa?" tanya Sonia.
"Tanganmu tidak kesemutan juga kan, aku akan menggendong mu, kamu berpegangan lah," jawab Rangga.
Rangga juga mulai menggendong Sonia dan tidak lupa mengambil koper yang berisi uang di lantai menuju ke mobil.
Hati Sonia mulai tersentuh dengan tindakan Rangga ini. Sebelumnya dirinya selalu menghina Rangga, tapi Rangga kini yang menyelamatkannya.
Malam harinya Sonia tampak sedang berdiri di depan pintu kamar Rangga. Terlihat Sonia sedang ragu-ragu untuk mengetuk pintu kamar Rangga.
Di saat Sonia sedang ragu-ragu, tiba-tiba saja pintu kamar Rangga justru terbuka dari dalam. Kemudian muncul sosok Rangga dari dalam sehingga membuat Sonia terkejut.
"Sonia, sedang apa kamu di sini?" tanya Rangga.
"Itu... anu..." Sonia terlihat susah untuk mengatakannya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jika ada yang mau di katakan, katakan saja," ujar Rangga.
"Kakak ipar, sebenarnya aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas pertolongan mu hari ini," ujar Sonia dengan malu.
Sonia selalu menghina dan merendahkan Rangga sebelumnya, di tambah sikap egoisnya membuat berat rasanya untuk dapat mengucapkan itu semua.
Rangga sendiri justru terkejut mendengar Sonia memanggilnya kakak ipar dan juga berterima kasih kepadanya. Padahal Sonia selalu bersikap arogan kepadanya dan selalu memanggil namanya langsung.
"Kamu jangan terlalu sungkan, jika kelak kamu membutuhkan bantuan ku, jangan ragu untuk menghubungi ku," balas Rangga dengan senyuman.
Sonia juga kaget mendapatkan balasan dari Rangga yang seperti ini.
"Kakak ipar, sebelumnya aku selalu berkata kasar kepadamu, apa kamu tidak marah kepadaku?" tanya Sonia.
Sonia kini juga tampak sudah menerima Rangga sebagai suami dari kakaknya. Pertolongan dan perlakuan Rangga terhadapnya hari ini meninggalkan kesan yang mendalam.
"Walaupun kamu sering membuat ku kesal, tapi aku tetap menganggap mu sebagai adik ku, aku mana bisa marah kepadamu," jawab Rangga sambil tersenyum.
"Kakak ipar kamu..." Sonia semakin bertambah salah mengingat perlakuannya dulu terhadap Rangga.
Sekarang dirinya sadar, Rangga sebenarnya adalah sosok yang baik dan bertanggung jawab. Selama ini, hanya karena Rangga tidak melakukan apapun, dia memakinya sesuka hatinya.
Namun Sonia dapat merasakan kini Rangga perlahan juga mulai berubah. Bahkan sekarang Rangga di mata Sonia terlihat sangat keren dan tampan.
Esok harinya Rangga sedang berada di perusahaan milik Miranda. Rangga sedang berjalan menuju ke ruangan Miranda. Rangga sengaja datang untuk memberikan sesuatu kepada Miranda.
Rangga mulai mengetuk pintu ruangan Miranda. Miranda juga langsung membukakan pintunya.
"Rangga," ujar Miranda.
"Ada apa siang-siang datang ke kantor ku?" sambung Miranda bertanya.
"Aku hanya ingin bertemu denganmu saja, aku juga punya sesuatu untukmu," balas Rangga.
Rangga langsung mengeluarkan sebuah buket bunga mawar merah dari balik tubuhnya.
"Ini..." Miranda tampak terkejut.
Rangga memberikan buket bunga mawar nya kepada Miranda. Terlihat Miranda begitu senang mendapatkan hadiah bunga mawar ini.
"Bagaimana kamu tahu aku menyukai bunga mawar?" tanya Miranda sambil mencium bunganya.
"Tentu saja aku mencari tahunya, aku ingin tahu semua apa yang kamu sukai," jawab Rangga.
"Tapi sejujurnya aku begitu iri terhadap bunga mawar ini," sambung Rangga.
"Kenapa?" tanya Miranda.
"Kamu sangat menyukainya dan kamu bahkan menciumnya," jawab Rangga.
"Jujur aku iri sekali, aku ingin seperti bunga mawar itu, yang kamu sukai dengan sepenuh hati," sambung Rangga dengan menatap mata Miranda dengan serius.
"Rangga..." seketika Miranda kembali merasakan hatinya berdebar-debar dan wajahnya mulai memerah.
"Dia ini, tiba-tiba berbicara seperti ini," ucap Miranda dalam hati.
Rangga juga mulai melangkah mendekati Miranda dan bahkan sangat dekat. Miranda yang tidak terbiasa sedekat ini dengan Rangga, juga mulai melangkah mundur ke belakang.
Namun Rangga terus mendekatinya, hingga akhirnya tubuh Miranda sudah tersudut di tembok dan tidak bisa mundur lagi.
"Rangga kamu mau apa?" tanya Miranda sambil menundukkan wajahnya.
Rangga mulai menyentuh wajah Miranda dengan sangat lembut. Rangga juga mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Miranda.
"Gawat, apakah Rangga hendak mencium ku, sekarang aku harus bagaimana?" pikir Miranda.
"Bukankah ini terlalu cepat, jika aku menolaknya, apa dia akan marah terhadap ku," pikir Miranda lagi.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?