Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
"Ehem....!!" Dehem Sean memancing istrinya untuk membuka suara tapi, Amara sangat acuh.
Amara fokus menikmati sarapannya tanpa menghiraukan Sean. Seumur-umur baru sekarang Sean di perlakukan seperti ini oleh seorang perempuan.
Selesai sarapan Amara langsung beranjak dari meja makan kemudian pergi menuju taman yang berada di samping mansion.
"Ada suami mu, Amara. Kenapa kau bersikap seperti itu?" Sean mulai kesal.
"Masa ada? Perasaan gak ada deh, biasanya juga aku sendiri." Jawab Amara.
"Perasaan kalau marah bisa-bisanya sampai berhari-hari. Gak bosan apa?"
Amara memutar bola matanya malas.
"Kenapa duduk di sini?" Tegur Amara.
"Di temani salah, tidak di temani bertambah salah. Aku harus apa sekarang?"
Sean meninggalkan istrinya sendirian di taman.
"Tuan,...!" Panggil pak Pet menghentikan langkah Sean.
"Ada apa?" Tanya Sean datar.
"Istri sejenis Amara itu akan luluh jika di selesaikan di atas ranjang." Ucap pak Pet memberitahu.
"Tahu apa sih, pak Pet kan duda!" Cibir Sean.
"Saya berumah tangga selama lima belas tahun. Menurut tuan, apa pengalaman saya kurang?"
"Ah, masa sih seperti itu pak?" Tanya Sean tidak percaya karena memang ia tidak memiliki pengalaman merayu perempuan seperti Amara.
"Coba saja kalau tidak percaya!" Ujar pak Pet.
Sean berpikir sejenak kemudian kembali menemui istrinya lagi.
"Ayo ikut aku!" Ajak Sean seraya menarik tangan istrinya.
"Mau kemana?" Tanya Amara.
"Ke Villa...!" Jawab Sean singkat.
Amara sebenarnya tidak mau tapi, Sean terus memaksanya untuk ikut.
Sepanjang perjalanan Amara hanya diam tanpa berniat untuk membuka suara. Sean benar-benar di buat pusing dengan kelakuan istrinya ini.
Setelah melewati jalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai juga di villa. Tanpa menghiraukan suaminya, Amara langsung masuk menuju kamar lalu berbaring di atas ranjang.
Tubuh yang lelah, mata mengantuk membuat Amara tidak ingin melakukan apa pun.
"Mau apa?" Tanya Amara saat membuka mata ternyata Sean sudah berada di atas tubuhnya.
"Menurut mu, aku mau melakukan apa sekarang?" Sean bertanya balik.
Amara diam, dipalingkannya wajahnya bahkan ia membiarkan suaminya melepaskan semua pakaian miliknya.
Aaaaaarh......
Rintih Amara kesakitan karena tanpa permisi Sean langsung memasukan tongkat ajaibnya ke dalam lubang inti milik istrinya.
"Pelan-pelan...!"
Amara mencubit perut suaminya.
Sean tersenyum tipis kemudian pria ini menggoyang istrinya. Ekspresi Amara membuat Sean menahan tawanya.
"Ternyata benar kata pak Pet, apa pun masalahnya ranjang solusinya. Istri seperti ini wajib di hukum di atas ranjang...!"
Meskipun lelah tapi, Sean terus menggagahi istrinya mengingat sudah dua atau tiga hari Amara tidak mau di sentuh oleh dirinya.
Selesai berhubungan badan, Amara dan Sean tidur saling berpelukan. Suasana yang sepi, hanya ada bunyi ombak pantai sebagai irama pengantar tidur.
Ponsel Sean tiba-tiba berdering, dengan mata yang masih mengantuk pria ini mengangkat telponnya.
Mata Sean terbelalak saat ia mendapatkan kabar dari Daren. Sean bergegas mematikan telpon lalu membangunkan istrinya.
"Sayang, bangun...!"
"Masih ngantuk....!!"
"Cepat bangun dan kenakan pakaian mu sekarang. Kita harus segera pergi dari tempat ini." Ujar Sean.
"Kenapa?" Tanya Amara mendadak segar.
"Cepatlah, kita bahas di mobil saja nanti....!"
Sean dan Amara bergegas mengenakan pakaian mereka. Matahari sudah condong ke barat, itu artinya sebentar lagi hari mulai gelap.
Sean dan Amara langsung masuk ke dalam mobil kemudian meninggalkan Villa. Dengan kecepatan tinggi, Sean membelah jalanan yang sangat sepi.
"Ada apa sebenarnya?" Tanya Amara panik.
"Aku mendapatkan kabar dari Daren jika geng bruiser dan teratai hitam bekerja sama untuk mengepung ku di villa. "Kepergian kita ke villa di ketahui oleh mata-mata mereka."
Amara tak bisa berkata-kata sekarang, apa lagi hari sudah mulai gelap dan hanya ada mereka di jalanan ini.
"Sial....!!" Umpat Sean karena tepat di tengah jalan ada dua mobil yang menghadangnya.
"Aku takut...!" Ucap Amara.
"Pegang ini....!" Kata Sean yang memberikan satu senjata api untuk istrinya. "Jangan keluar, aku akan keluar!"
Amara menarik tangan suaminya.
"Jangan pergi....!"
"Mereka tidak sampai sepuluh orang, aku harus menyelesaikan mereka sebelum yang lain datang."
Sebelum keluar masih sempat-sempatnya Sean mencumbu bibir manis milik Amara.
Sean pun keluar dari mobil dengan tangan kosong. Tujuh orang yang menghadangnya langsung menyerang Sean.
Meskipun mereka menggunakan senjata tajam tapi, Sean bisa mengalahkan musuhnya satu persatu. Setelah itu ia kembali ke mobil.
"Ah, sial....!!" Umpat Sean lagi saat melihat sorot lampu mobil dan motor.
Ia langsung mengajak Amara keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam hutan. Tidak bisa melanjutkan perjalanan karena dua mobil milik musuh masih membentang di jalanan yang hanya muat untuk dua mobil saja.
"Sayang, kita harus masuk lebih dalam lagi." Ucap Sean. Erat ia menggenggam tangan Amara, mereka terus berlari masuk ke dalam hutan.
Sean hanya mengkhawatirkan Amara, jika ia sendiri tidak masalah.
"Aku lelah...!!" Keluh Amara apa lagi sejak siang mereka belum makan.
Tak banyak bicara, Sean langsung menghentikan larinya kemudian berjongkok.
"Naiklah!" Titah Sean.
"Tapi,...aku berat!"
"Cepatlah!" Seru Sean. "Kita belum bisa keluar dari tempat ini, Daren dan yang lain masih dalam perjalanan menyusul."
Mau tidak mau Amara naik ke punggung suaminya. Sean kembali melanjutkan pelariannya. Dan memang benar, ternyata para musuh Sean ikut masuk ke dalam hutan untuk mencari Sean dan Amara.
"Aku minta maaf," ucap Amara.
"Untuk apa minta maaf?" Tanya Sean.
"Beberapa hari ini aku marah pada mu jadi, sebelum aku mati aku harus minta maaf pada suamiku."
"Kau pikir aku akan membiarkan mu mati hah?"
"Sean, aku mencintaimu." Ucap Amara. "Jika kita mati, apakah kita akan bersama-sama di surga?"
Sebenarnya Sean menahan tawa mendengar perkataan istrinya.
"Apa hutan ini ada ujungnya?" Tanya Amara penasaran.
"Kita harus berjalan sampai pagi, hutan ini akan tembus di salah satu jalan menuju mansion. Tapi, jalan buntu!" Jawab Sean. "Aku hanya mengkhawatirkan mu, jika tidak sudah pasti akan aku hadapi mereka semua."
"Jangan sok jagoan," ucap Amara. "Ingat, hari sial tidak ada di kalender!"
Tanpa lelah Sean terus menggendong Amara masuk ke dalam hutan lebih dalam lagi.
Begitu juga dengan para musuh, mereka menyisir pinggiran hutan karena mereka yakin jika Sean dan istrinya masuk ke dalam hutan. Sebagian dari mereka juga menyisir area pantai mana tahu Sean dan Amara lari ke sana.
Aaaaaaargh.......
"Sial....!!" Umpat Remon naik pitam. "Bakar mobil bajingan ini....!!" Titahnya saat mengetahui Sean dan Amara sudah melarikan diri.
Bagaimana tidak melarikan diri, Remon dan geng teratai hitam membawa pasukan sekitar seratus orang lebih.
Tak berapa lama, anak buah Sean sekitar dua ratus orang datang secara bersamaan. Perkelahian tidak dapat di hindari lagi, adu tembak juga terjadi di sana.
Anak buah Sean juga ikut masuk ke dalam hutan karena mereka tahu jika Sean sudah pasti masuk ke dalam sana.