Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Tiga hari kemudian dokter sudah memperbolehkan Luna untuk pulang.
Melihat kondisi istrinya yang masih belum pulih sepenuhnya, akhirnya Damian memutuskan untuk menunda bulan madunya.
Sesampainya di rumah Damian membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar.
"Istirahat dulu ya sayang." ucap Damian.
"Iya Mas, tapi temani aku disini. Mas jangan kemana-mana." ujar Luna dengan suara manjanya.
Damian mencium kening istrinya dan setelah itu ia ikut naik ke atas tempat tidur.
"Sayang, semakin hari kamu semakin cantik saja." puji Damian.
"Terima kasih atas pujiannya Mas, pasti Mas Damian mau minta sesuatu ke aku." Luna memandangi wajah suaminya.
Sebenarnya Damian ingin mengajak istrinya untuk melakukan ritual olahraga bersama.
Tetapi saat ini punggung Luna masih sakit jadi untuk sementara waktu ia harus puasa dulu.
"Mas lagi pengen olah raga ya?" tanya Luna yang sebenarnya tahu kalau suaminya ingin melakukan ritual olahraga bersama.
Belum sempat menjawab pertanyaan dari istrinya, Damian langsung mendapatkan serangan dari Luna.
Luna memberikan ciuman khasnya kepada suaminya dan setelah itu ia melepas pakaian suaminya.
"Sayang, apa kamu yakin bisa melakukannya?" tanya Damian yang khawatir jika luka istrinya akan sakit lagi.
Luna menganggukkan kepalanya dan ia kembali mencium bibir suaminya.
Damian membalas ciuman yang diberikan oleh istrinya.
Ia membuka pakaian istrinya pelan-pelan dan setelah itu ia melakukan ritual olahraga bersama.
Damian melakukannya secara perlahan lahan agar istrinya tidak merasakan kesakitan.
Satu jam kemudian mereka telah selesai melakukan ritual olahraga.
"Terima kasih sayang." ucap Damian sambil mencium kening istrinya.
Damian yang kelelahan memutuskan untuk istirahat sejenak.
Beberapa jam kemudian Damian membuka matanya dan ia tidak melihat keberadaan Luna.
Ia pun langsung bangkit dari tempat tidurnya karena ia takut jika ada seseorang yang menculiknya.
"Ada apa Tuan?" tanya Ronny yang melihat Damian turun dari lantai atas.
"Dimana istriku? Dimana dia?"
Ronny menunjuk tangannya ke arah Luna yang sedang memasak.
Damian langsung bernafas lega ketika melihat istrinya ada di dapur.
"Sayang, kenapa nggak membangun aku?" tanya Damian.
"Mas Damian tidurnya nyenyak sekali jadi aku tinggal masak saja." jawab Luna yang kemudian meminta suaminya untuk duduk di ruang makan.
Damian meminta Luna untuk tidak memasak karena sudah ada pelayan di rumah ini.
"Sayang, setelah ini kamu harus istirahat lagi." pinta Damian.
Luna menganggukkan kepalanya dan ia mengambilkan nasi dan gulai daging kesukaan suaminya.
Damian memanggil Ronny dan mengajaknya untuk makan bersama.
"Tidak usah malu seperti itu, ayo kita makan sama-sama." ajak Damian.
Ronny pun langsung menuju ke ruang makan dan mengambil nasi beserta gulai daging
Ia mulai menikmati masakan yang dimasak oleh istri bos-nya.
Damian tak henti-hentinya memuji masakan Luna yang sangat enak sekali.
Setelah selesai makan Damian meminta pelayan untuk membersihkan semuanya dan ia mengajak istrinya untuk kembali ke kamar.
Saat akan naik ke lantai atas tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu rumahnya.
Damian melihat Ayana dan Dilan yang datang ke rumahnya.
Luna menggenggam tangan suaminya dan memintanya untuk tidak bertindak gegabah.
"Luna, aku minta maaf atas nama Kak Dilan." ucap Ayana sambil merangkul Luna.
"I-iya Ayana" Kemudian Damian mengajak mereka untuk duduk di ruang tamu.
Damian menatap wajah Dilan yang sedang melihat kearah Luna
"Ada apa kalian kesini?" tanya Damian.
Dilan menepuk tangannya dan meminta anak buahnya untuk membawa hadiah yang sudah ia siapkan.
Luna dan Damian saling pandang saat melihat hadiah yang begitu banyak.
"Aku minta maaf atas apa yang sudah aku perbuat dan aku harap kamu menerima hadiah yang aku bawa." ucap Dilan.
"Aku sudah memaafkan mu dan tolong bawa kembali hadiahmu. Aku dan Luna tidak bisa menerimanya." ujar Diman.
Damian meminta agar Ayana mengajak pulang kakaknya karena ia harus menemani istrinya untuk beristirahat.
Ayana pun langsung mengajak Dilan untuk pulang ke rumah.
"Luna, aku pulang dulu. Maafkan aku kalau sudah mengganggu." Ayana menggandeng tangan kakaknya dan setelah itu mereka keluar dari rumah Damian.
Damian meminta Ronny untuk mengawasi semua gerak-gerik Ayana dan Dilan. Ia merasakan kalau ada sesuatu yang ingin mereka lakukan kepada dirinya maupun Luna.
Ronny menganggukkan kepalanya dan ia akan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Damian.
Setelah itu Damian mengajak Luna untuk masuk ke dalam kamar.
Damian melihat Luna yang sedang mengatur nafasnya.
"Apakah sakit lagi?" tanya Damian.
Luna menganggukkan kepalanya dan ia mengatakan kalau punggungnya sakit lagi.
Damian melihat darah yang kembali keluar dari punggung Luna.
Ia pun segera menghubungi Dokter yang menangani istrinya.
"Kamu ganti pakaian dulu ya." Damian melepaskan pakaian istrinya yang sudah penuh dengan darah.
"Maafkan aku yang sudah mengajakmu untuk ritual olahraga." Damian merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri.
Luna meminta Damian untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri karena sudah kewajiban Luna untuk melayani suaminya.
Tak berselang lama dokter dan perawat telah tiba, dokter meminta Damian untuk menunggu di luar.
Damian langsung keluar dari kamar saat dokter sedang memeriksa keadaan Luna
Dokter meminta perawat untuk mengganti perban yang ada di punggung Luna.
"Sepertinya pasien terlalu banyak bergerak jadi darah kembali keluar." ucap perawat.
Setelah mengganti perbannya, Dokter memanggil Damian.
"Apakah pasien tidak istirahat?" tanya dokter.
Damian mengatakan kalau Luna dari tadi melakukan pekerjaan rumah.
Dokter menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan dari Damian.
"Untuk sementara waktu pasien tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan ritual olahraga. Saya akan memberikan obat penenang agar pasien bisa istirahat total." ucap dokter.
Damian menganggukkan kepalanya dan ia meminta maaf kepada dokter.
Setelah itu dokter dan perawat berpamitan kepada Damian.
Damian kembali masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang sedang tertidur pulas.
Ia memutuskan untuk ke ruang kerja karena ia tidak mau mengganggu istrinya yang sedang tertidur.
Di ruang kerjanya Damian langsung membuka laptopnya dan ia langsung membelalakkan matanya saat membaca sebuah email dari seseorang misterius.
Luna menerimamu kembali karena kamu sudah kaya dan saat ini dia sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan mu.
"S-siapa yang mengirimkan pesan ini? A-apa mungkin Luna seperti itu?" gumam Damian
Damian mencoba untuk melacak siapa yang mengirim email.
"S**l! Kenapa bisa hilang secepat itu."
Damian mencoba untuk menenangkannya dirinya agar tidak terpengaruh oleh email misterius itu.
Ia yakin kalau Luna sudah berubah tidak seperti dulu lagi.
Damian langsung keluar dari ruang kerjanya dan segera menuju ke kamarnya.
Ia melihat istrinya yang masih tertidur pulas dengan wajah yang masih pucat.