ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 16 Ganra tengil
Waktu berjalan dengan cepat. Persiapan pernikahan pun dimulai, dan Zua semakin merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa ia hindari. Setiap kali ia mencoba mencari cara untuk keluar dari situasi ini, selalu ada yang menghalanginya. Kakek Barasta benar-benar tidak dapat di kelabui.
Meski Zua dapat merasakan aura dingin dalam diri calon ibu mertuanya, serta Narin yang sangat memusuhi dia, Zua mencoba untuk tidak memperdulikan mereka. Toh ada tante Lala, Leon om Marfil suami dari tante Lala memperlakukannya dengan baik. Selagi masih ada orang baik di rumah ini yang menerimanya, Zua akan mencoba bertahan.
Hubungannya dengan tante Laya makin hari makin baik. Meski hal itu membuat Narin cemburu dan makin memusuhinya.
"Zua, lihat ini. Kayaknya gaun pengantin ini cocok banget buat kamu." ujar tante Laya menunjukkan gambar gaun pengantin dari majalah yang dia lihat. Sore itu dia sedang duduk di ruang tamu bersama tante Laya. Mamanya Narin dan Leon itu sibuk membantunya memilih-milih gaun. Tante Lala antusias sekali, berbanding terbalik dengan dirinya yang sama sekali tidak tertarik.
Zua hanya tersenyum tipis menanggapi antusiasme tante Laya.
"Bagaimana? Kamu suka?" Tante Laya memiringkan kepala dengan mata berbinar.
Zua mengangguk pelan.
"Ia cantik, tante," jawabnya singkat. Zua tidak ingin membuat tante Laya kecewa, meski hatinya sama sekali tidak merasa terhubung dengan gaun itu, atau dengan pernikahan ini. Semuanya terasa seperti mimpi buruk yang ia jalani dengan mata terbuka.
Tak lama sesudah itu Ganra dan Leon muncul bersamaan. Leon duduk di sofa hadapan mereka, sementara Ganra lebih memilih duduk di sudut ruangan sambil memeriksa ponselnya, gaya pria itu cuek sekali.
"Ganra, sini duduk sini. Tante mau minta pendapat kamu." Seru tante Laya. Mau tak mau Ganra mendekat, duduk di sebelah Zua. Tatapan mereka bertemu.
Zua cepat-cepat membuang muka dari lelaki itu. Bawaannya selalu kesal tiap kali melihat Ganra. Karena ia merasa pria itu aneh sekali, selalu menatapnya dengan tatapan yang kadang dingin, kadang cuek, bahkan kadang nakal dan menggodanya dengan kalimat-kalimat mesum. Bahkan Zua tidak kesal padanya.
"Yang mana tante?" Ganra menatap ke majalah yang dipegangi oleh Zua.
"Yang ini, menurut kamu Zua cocok nggak pake ini?"
Ganra menatap lama gaun putih panjang nan indah itu. Terbuat dari bahan satin berkualitas dengan hiasan renda halus di bagian lengan dan leher. Gaun itu memiliki potongan sederhana namun elegan, dengan ekor yang memanjang menambah kesan anggun. Ganra tampak berpikir sejenak, lalu tatapannya beralih ke Zua.
Menatap gadis itu atas bawah. Sudut bibirnya melengkung. Langsung terbersit pikiran nakal di otaknya.
"Dia terlalu gemuk, kayaknya gaun ini tidak terlalu cocok dengannya."
Zua melotot lebar. Tuhkan benar. Laki-laki ini ngeselin sekali. Dia menatap kesal Ganra yang tersenyum tengil padanya. Ia berusaha menahan dirinya agar tidak meledak karena ada Leon dan tante Laya, kan malu sama mereka. Dengan alis berkerut, ia menarik napas panjang, mencoba tetap tenang meskipun hatinya mendidih karena pria itu.
Leon yang duduk di depan sana hanya tersenyum menggeleng. Ia mulai menyadari kalau akhir-akhir ini Ganra senang sekali menggoda gadis itu.
"Ganra, jangan ngomong sembarangan gitu ah," tegur tante Laya memukul pelan lengan Ganra.
"Zua nggak gemuk kok, cantik sekali begini juga. Justru gaun ini akan membuat dia keliatan lebih anggun."
Leon yang dari tadi diam akhirnya ikut bicara.
"Kalo mama yang ngomong pasti bener. Ganra-nya saja yang aneh. Zu, jangan masukin di hati ya omongan si Ganra. Kamu sama sekali gak gemuk kok. Kamu punya postur tubuh yang proporsional."
Zua tersenyum kecil ke arah Leon, memberi isyarat terima kasih tanpa kata. Setidaknya ada Leon dan tante Laya yang masih bisa bersikap wajar dan tidak menyebalkan seperti Ganra. Sementara itu, Ganra hanya menyeringai, tampaknya menikmati bagaimana Zua berusaha keras menahan amarah gadis itu terhadapnya.
"Kalau cocok, ya pakai saja yang itu. Tapi di mataku dia memang gemuk." ujar Ganra dengan nada santai, seolah tidak peduli dengan tatapan tajam Zua.
Zua akhirnya angkat bicara, tidak tahan lagi.
"Kalau memang nggak ada komentar yang membangun, lebih baik diam saja. Daripada bikin orang sakit hati!"
Ganra terkekeh kecil.
"Kau tersinggung?" lagi-lagi pria itu menunjukkan wajah tengilnya.
Zua mengepalkan tangan di atas pangkuannya, berusaha keras untuk tidak membalas ucapan pria itu. Tapi karena Ganra terus menatapnya dengan wajah menantang, dia pun tidak tahan lagi untuk bicara.
"Kalau aku bilang kamu gemuk, kamu tersinggung tidak?"
"Aku tidak gemuk. Kamu yang buta kalau bilang aku gemuk." balas Ganra.
"Ih, cowok gila."
"Dan kau akan segera menikah dengan cowok gila ini."
Kedua orang itu terus berdebat tanpa memikirkan ada orang lain di situ. Asyik saja menurut Ganra melihat Zua emosi. Sementara Leon dan mamanya hanya saling menatap dengan senyuman penuh arti. Ganra biasanya cuek dan jarang sekali berkomunikasi dengan orang bahkan keluarganya sendiri. Biasanya dia akan bicara panjang kalau sedang membahas pekerjaan. Tapi pada Zua pria itu sedikit berbeda, lebih cerewet dari biasanya.
Karena kasihan pada Zua yang sepertinya tidak akan menang berdebat dengan Ganra, tante Laya pun mencoba mencairkan suasana dengan kembali membahas detail gaun.
Zua mengalihkan pandangannya ke majalah di tangannya, mencoba menenangkan diri. Ia masih kesal pada Ganra. Sementara iGanra justru terlihat semakin menikmati situasi. Ia bersandar santai di sofa, dengan senyum tengil yang masih menempel di wajahnya.
"Zua, menurut tante, kamu pasti cantik pakai gaun ini. Jangan dengerin Ganra, dia memang suka asal ngomong," ujar tante Laya sambil tersenyum lembut, mencoba menghibur Zua.
"Terima kasih, tante," jawab Zua dengan suara rendah, berusaha memaksakan senyuman. Meskipun tante Laya bersikap baik, suasana hatinya tetap belum membaik. Rasanya ingin sekali dia meremas-remas Ganra saking jengkelnya pada pria itu.
Leon ikut angkat suara.
"Jadi, sudah ada tema untuk dekorasi pernikahan kalian nanti?" pria itu menatap Zua dan Ganra bergantian.Percuma tanya pada Ganra, pria itu sama sekali tidak berpikir sampai ke situ. Apalagi Zua. Mereka kan menikah karena paksaan kakek Barasta.
"Aku bisa bantu rekomendasi beberapa vendor kalau kalian mau." ujar Leon lagi.
Ganra menyenggol bahu Zua dengan bahunya.
"Bagaimana menurutmu? Kau bisa memanfaatkan membuat pernikahan impianmu bersamaku." ujar Ganra lagi-lagi menggoda Zua.
Zua langsung mendelik tajam ke pria itu lalu melirik ke Leon lagi.
"Kak Leon, bisa nggak tema dekorasi pernikahannya hitam semua? Bikin model pemakaman aja."
Tante Laya dan Leon tercengang menatap Zua, sedang Ganra tersenyum lebar. Sore itu, untungnya hanya ada mereka berempat di ruang tamu, kalau tidak, Zua dan Ganra pasti sudah di sidang oleh kakek Barasta.