NovelToon NovelToon
Korban Virtual Check!

Korban Virtual Check!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Chicklit
Popularitas:735
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

"Berawal dari DM Instagram, lalu berujung sakit hati."

Khansa Aria Medina tidak pernah menyangka DM yang ia kirimkan untuk Alister Edward Ardonio berujung pada permasalahan yang rumit. Dengan munculnya pihak ketiga, Acha-panggilan Khansa-menyadari kenyataan bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi Al.

Acha hanyalah orang asing yang kebetulan berkenalan secara virtual.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Trauma

Siang ini, kegiatan Al tidak banyak. Karena tanggal merah, maka sekolah pun diliburkan. Ia hanya duduk di ruang keluarga dengan tangan yang memegang sereal. Harusnya sereal ini menjadi sarapan, tetapi karena Al terlambat bangun, sereal ini ia jadikan sebagai kudapan sebelum makan siang. Di depannya sendiri terdapat televisi yang menampilkan kartun anak-anak. Tidak ada tontonan lain yang menarik selain kartun. Al tidak menyukai berita ataupun sinetron.

Tiba-tiba, bel rumahnya berbunyi. Lantas Al beranjak keluar rumah untuk mencari tahu siapa yang bertamu. Ada seorang laki-laki yang berdiri membelakangi pagar. Dari belakang tubuhnya, Al sudah bisa menerka siapa dia.

"Hei!" sapa Al sambil tersenyum tipis. Ia membuka pagar kemudian mempersilakan Bagas berjalan menuju ruang tamu. Mereka berjalan beriringan.

Wajah Bagas terlihat tidak bersahabat. "Nyokap lo mana?" tanyanya dengan nada jutek.

Al mengerutkan keningnya. "Lagi pergi. Ke—"

BUKKK! Belum sempat Al menyelesaikan omongannya, Bagas lebih dulu memukul wajah Al. Al pun terjatuh karena tidak siap menerima pukulan sahabatnya. Dengan emosi, Bagas memaksa Al untuk kembali berdiri. Ia bersiap memberikan pukulan lagi.

"Gue tahu, lo suka Acha kan?" Tangan Bagas mengepal keras.

Al meraba sudut bibirnya yang terasa perih. Ada sedikit darah di jarinya. "Nggak usah sok tahu!"

"Hubungan gue sama lo bukan dari kemarin, Al. Gue tahu lo. Gue lihat lo kelihatan nyaman sama Acha akhir-akhir ini. Sementara sama cewek lain? Lo judes luar biasa!" Bagas menatap Al dengan tajam. "Apa itu kalau bukan suka? Apa lo nganggep Acha temen doang? Kalau iya, lo kurang ajar!"

Tidak terima disebut seperti itu, Al langsung membalas Bagas dengan pukulan di wajahnya. "Bagian mana gue yang kurang ajar?!"

Bagas tersungkur. Ia terduduk dengan mata yang masih menunjukkan amarah. "Lo udah tahu cewek itu suka sama lo, tapi lo malah ngasih harapan! Kalau nggak suka, lo harusnya ngejauhin dia kayak lo ngejauhin cewek lain!"

"Gue udah jauhin, tapi lo tahu sendiri, Acha itu bebal!" elak Al.

"Terus, bisa lo jelasin kelakuan lo waktu di Dufan gimana? Oke, mungkin niat lo baik." Bagas beranjak berdiri kemudian memegang kedua lengan Al kuat-kuat. "Tapi, lo bodoh tahu nggak? Lo bikin dia semakin berharap!" Bagas misuh-misuh.

Al tertawa sumbang. Tangannya menghempas tangan Bagas dengan kasar. "Lo ngomong gitu udah ngerasa bener? Lo deketin cewek karena muka cantik. Udah bener lo?!"

Bagas terdiam. Tetapi giginya menggertak dan tangannya masih mengepal. Ia kehabisan kata-kata karena ucapan Al memang benar. Tetapi itu dulu. Dulu memang Bagas menyukai Maya dan perempuan-perempuan lain karena wajahnya. Tetapi Maya berhasil mengubahnya. Daripada wajah Maya yang terlihat manis, Bagas jauh lebih menyukai sifat Maya yang sopan dan berkarisma.

"Apa? Lo diem, kan? Ngapain lo susah payah belain Acha? Suka lo sama dia?" cerca Al emosi.

Bagas hendak memukul Al kembali tetapi Al menahannya.

"Mukul gue nggak bikin lo bener," kata Al pelan. Ia melepaskan tangan Bagas lalu menunjuk kursi ruang tamu dengan dagunya. "Duduk sana, gue bikinin minuman."

Bagas membalikkan badan dan bersiap untuk pulang. "Gue balik aja."

"Lo balik, gue tonjok lo!" ancam Al. "Gue nggak mau lo pergi dengan kesalahpahaman."

Bagas menghela napas. Dengan terpaksa ia duduk di kursi ruang tamu. Tangannya menyentuh pipinya yang sedikit memar. Rasa sakit dari pukulan Al masih terasa. Pipinya seakan berdenyut-denyut. Ia sedikit menyesal karena sudah menggunakan kekerasan. Tetapi mau bagaimana lagi, ia kesal karena Al menyia-nyiakan seorang perempuan yang berupaya keras memikat hatinya.

Tidak lama kemudian, Al datang membawa segelas minuman dan sebuah kotak obat. Ia menaruh semuanya di atas meja lalu duduk di samping Bagas. Karena pertengkaran tadi, keduanya dilanda rasa canggung. Selama ini, mereka memang pernah bertengkar hebat bahkan adu fisik, tetapi itu sangat terjadi.

"Obatin memar lo," suruh Al. Ia sendiri sedang mengobati luka di bibirnya menggunakan kapas.

"Lo dulu aja sana," tolak Bagas. Ia menyandarkan bahunya lalu menatap langit-langit. Kemudian ditutupnya mata itu untuk menjernihkan pikiran setelah bertengkar dengan Al. "Sorry buat yang tadi."

Al berdeham. Setelah mengobati lukanya, ia memberikan kapas dan obat lalu menaruhnya di tangan Bagas. "Gue sadar, gue salah. Harusnya gue nggak perlu ngasih perhatian biar Acha nggak makin berharap."

"Iya, lo bodoh soalnya," cetus Bagas. Kini gilirannya untuk mengobati luka.

Al melirik sinis kemudian melanjutkan penjelasannya. "Jujur, gue lama-lama nyaman sama dia. Cuman lo tahu kan, kalau gue masih belum siap buat pacaran? Dan, gue juga nggak tahu rasa sayang gue sama Acha sebatas teman atau lawan jenis."

"Coba gue tanya. Kalau Acha pacaran sama gue, lo marah nggak?"

Al melotot tidak terima. Ia mengumpat. "Ngapain lo pacaran sama dia?!"

Bagas menjentikkan jarinya sambil tersenyum lebar. "Nah, berarti lo sayang sama Acha sebagai lawan jenis. Sesederhana itu, masa gitu aja nggak tahu?"

Al terdiam mencermati kalimat Bagas. Benarkah ia bisa menyukai orang lain ketika ia belum menyelesaikan masa lalunya?

***

Entah keberapa kali Al mengirim pesan pada Acha, tetapi gadis itu tetap belum kunjung membacanya. Al tahu Acha pasti masih marah padanya. Hanya saja tidak ada yang bisa Al lakukan kecuali minta maaf. Jika bertemu, Al takut Acha merasa tidak nyaman karena gadis itu masih menyimpan rasa padanya. Bukankah Acha perlu waktu untuk move on?

Sepertinya sebelum Al memperbaiki hubungannya dengan Acha, ia harus memperbaiki masa lalunya dulu. Kalau begini, Al jadi teringat sesuatu yang membuatnya trauma dengan hubungan percintaan.

Flashback on.

Al menyandarkan tubuhnya di bantal yang ia sandarkan di kasur. Dengan pendingin ruangan yang menyala, Al menghabiskan waktu di kamar sembari bermain game. Tetapi sebuah telepon masuk menghentikan permainannya sejenak. Ia menatap nama yang tertera—Bobby—teman sekelas di bangku SMP kelas sembilan.

"Woy, woy! Lo habis berantem sama pacar lo? Atau sudah putus?" tanya Bobby begitu Al mengangkat teleponnya. Terdengar pula tawa ledekan.

Al langsung mengerutkan keningnya. "Hah? Nggak tuh. Kenapa?"

"Pacar lo ada di bar ini. Nggak mabuk tapi rangkul-rangkulan sama cowok, buruan gih, samperin." Bobby berkata dengan sangat cepat. Suaranya sedikit kurang jelas karena terdengar dentuman musik ala dugem di belakangnya.

"Serius lo?" Al langsung beranjak dari kasur sembari meraih jaketnya.

"Buruan! Gue share location. Biar lo yang urus deh, gue nggak mau ngurusin rumah tangga orang lain," ucap Bobby.

Al langsung mematikan teleponnya. Sembari mengecek lokasi yang dikirim Bobby, Al berlari menuju garasi. Ia segera menjalankan motornya sesuai arah. Meski umurnya belum legal, Al sudah belajar motor sejak setahun yang lalu. Selama di perjalanan, otak Al tidak fokus karena sangat memikirkan perkataan Bobby. Benarkah apa yang Bobby katakan? Bagaimana bisa remaja berumur lima belas tahun seperti pacarnya berada di klub malam? Ya, kalau Bobby sih tidak heran, laki-laki itu pembuat onar di sekolahnya.

Al memarkirkan motornya lalu berlari menuju pintu utama klub. Sayangnya karena belum legal, Al tidak diperbolehkan masuk. Untungnya Bobby yang mengenal satpam langsung menyuruh Al masuk. Entah bagaimana temannya itu bisa berada di tempat yang tidak seharusnya.

"Cewek lo lagi sama cowok lain. Udah gue pisahin tapi nempel mulu! Beneran belum putus lo?" oceh Bobby lalu menunjuk dua orang yang sedang kasmaran duduk tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Al tidak membalas ocehan Bobby. Matanya langsung memanas begitu melihat pacarnya sedang berada di pangkuan laki-laki lain. Parahnya, mereka sedang melakukan adegan tidak senonoh. "AYA!"

Flashback off.

Al langsung membuyarkan lamunannya. Jika mengingat hal itu, membuat hatinya terasa sakit lagi. Mungkin sebagian orang menganggap cinta semasa SMP adalah cinta monyet. Tetapi tidak bagi Al, Al sangat serius ketika mencintai seseorang. Itu sebabnya ia takut orang lain akan mempermainkan jika Al mencintai secara tulus. Al tidak mau merasa sakit hati lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!