Bagaimana rasanya satu sekolah dengan pembunuh berantai? Ketakutan? Tentu nya perasaan itu yang selalu menghantui Shavinna Baron Maldives. Anak perempuan satu-satu nya dari keluarga mafia terkenal. Mungkin ini akan terdengar cukup aneh. Bagaimana bisa anak dari seorang mafia ketakutan dengan kasus pembunuhan anak SMA?
Bukan kah seharus nya ia sudah terbiasa dengan yang nama nya pembunuhan? Pasti begitu yang kalian semua pikirkan tentang Shavinna. Memang benar dia adalah anak dari seorang mafia, namun orang tua nya tak pernah ingin Shavinna tahu tentang mafia yang sebenarnya. Cukup Shavinna sendiri yang berfikir bagaimana mafia dari sudut pandang nya. Orang tua nya tak ingin anak mereka mengikuti jalan mereka nanti. Lalu bagaimana nya cara Shavinna menghadapi kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqiss.chedleon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BENCANA
"Yah, tisu nya habis. Aku ambil dulu ya,” ucap Mona.
“Aku aja, Mon. Sekalian aku lihat-lihat di sini,” sahut Glori.
“Okey, hati-hati ya,” balas Mona.
“Aku bukan anak kecil, Mon.” Mona hanya tertawa mendengar jawaban Glori.
Glori mencari tisu sambil memutari tempat itu. Sangat banyak orang ramah yang ia temui. Mereka menyapa Glori dengan hangat. Seperti nya Glori akan nyaman tinggal di sini. Tapi Glori tiba-tiba berpas-pasan dengan perempuan yang di lihat nya tadi. Perempuan itu membawa sup di tangan nya dan memberikan tatapan aneh pada Glori. Glori sudah tahu apa yang akan terjadi selanjut nya. Sesuai dugaan Glori, perempuan itu ingin menumpahkan sup panas itu kearah Glori. Untung saja Glori sempat menghindar dan menahan tubuh perempuan itu agar tak jatuh. Karena mangkuk itu terbuat dari kaca, suara pecahan nya menggema di dalam ruang makan itu. “Eh,” ucap perempuan itu yang terkejut saat Glori menahan nya.
Semua tatapan mata tertuju pada Glori dan perempuan itu. Mona langsung menyusul Glori dengan perasaan kesal. Entah perasaan Glori saja tau apa, namun perempuan itu terlihat takut kepada Mona. Karena panik perempuan itu tak bisa diam, padahal ia belum memperbaiki posisi berdirinya. Dan hal yang harus terjadi akhirnya terjadi juga. Perempuan itu terpeleset dan hampir terjatuh. Tapi karena Glori menahan tubuh perempuan itu dari depan dengan tangan nya, tentu saja Glori ikut terjatuh dengan perempuan itu.
Glori merasa tangan nya sangat panas karena sup yang terjatuh tadi. Sedangkan perempuan itu berteriak histeris seperti sangat kesakitan. Glori merasa pandangan nya kabur dan pusing karena kepala nya terbentur cukup keras. Sedang kan perempuan itu berteriak histeris karena muka nya terkena sup panas yang telah ia tumpahkan sendiri. Dengan hidung yang mimisan, muka perempuan itu juga melepuh parah.
Mona langsung menjauh kan Glori dari perempuan itu. Situasi menjadi rusuh karena perempuan itu tak berhenti berteriak. Glori terdiam melihat muka perempuan itu, sedangkan yang lain merasa jijik melihat muka perempuan itu. Padahal Glori sudah mencoba menghindari semua ini, tapi tetap saja terjadi.
“Glori? Glori sadar!” teriak Mona, namun tak di gubris oleh Glori.
Dengan sigap ia membuka cardigan dan sarung tangan Glori. Sial nya, tangan yang terluka tadi yang harus terkena sup panas itu. Perban di jari Glori langsung berubah menjadi merah dan tangan nya melepuh.
“Astaga, kok jadi kaya gini sih?” Mona yang panik berusaha menyadarkan Glori.
Glori langsung di bawa ke ruang perawatan. Dengan tatapan kosong ia memandangi orang-orang di sekitar nya yang panik. Mona tak bisa membawa Glori ke rumah sakit sekarang, membawa Glori ketempat umum sama dengan membangun kan singa. Dengan terpaksa Glori hanya bisa di obati disana dengan perlengkapan seadanya.
Dengan perasaan khawatir Mona menunggu di luar ruang perawatan. Jovan yang baru sampai di sana terlihat sangat kesal. Bahkan orang-orang di sana tambah ketakutan saat Jovan datang.
“Kok bisa sih, Mon?” tanya Jovan dengan nada jengkel.
“Semua nya terjadi begitu saja, aku juga ga tau kenapa masih ada yang ceroboh di dekat Glori. Liat aja dia nanti,” jawab Mona yang masih panik.
“Ini juga kesalahan mu, Mona. Baru aku tinggal sebentar udah kaya gini. Kamu mau satu markas di hukum sama bos?” bentak Jovan.
“Kok kamu jadi nyalahin aku? Dari tadi kamu kemana aja? Hah? Seharusnya kan kamu ada di sebelah Glori terus!” balas Mona yang terpancing emosi.
Karena tak ingin amarah nya meledak di sana, Jovan langsung pergi mengurus orang yang membuat Glori jadi seperti ini.
“Sialan! Bisa-bisa nya masih ada orang bodoh disini!” Mona merasa sangat khawatir pada Glori sekarang.
Suasana yang tadi nya bahagia, berubah menjadi rusuh. Padahal ruang makan cukup jauh dari ruang perawatan, namun suara tembakan terdengar sampai di sana.
“Cih, orang gila.” Gumam Mona.
Mona tidak tahu bagaimana nasib perempuan itu, tapi yang jelas tak akan ada lagi yang berani mengganggu Glori.
Di rumah Evan
Evan sedang sibuk memandangi layar komputer nya. Ia sibuk membaca sebuah novel dari sana.
“Aish, kenapa dia begitu kejam? Kalau aku ada di sana sudah ku bunuh dia. Memang benar, dia yang paling ahli menghancurkan hidup orang.” Guman Evan yang begitu serius.
Evan jadi teringat dengan kasus di sekolah nya hari ini. Ia bertanya-tanya apa motif sebenar nya dari pembunuhan itu? Menurut berita yang tersebar, korban mendapat kan ancaman dari sang pelaku. Kalau dari kata-kata nya, sudah jelas pelaku itu seorang laki-laki dan sedang menjalin sebuah hubungan asmara. Namun apakah benar ia membunuh korban hanya karena cemburu? Itu lah yang mengusik Evan dari tadi.
Di kamar Riki
Karena pembunuhan yang terjadi di sekolah nya tadi, Riki merasa cukup syok. Sayang nya Ayah nya Riki sama sekali tidak tertarik dengan masalah sekolah putra pertama nya itu. Menyadari kepulangan Riki saja tidak, apa lagi bertegur sapa.
Riki mengecek berita soal pembunuhan itu di media sosial. Kasus itu menjadi trending dan berita nomor satu. Siapa yang menyangka akan ada pembunuhan yang terjadi di sekolah elit seperti itu. Polisi kesulitan mencari pelaku yang sebenarnya, karena saksi utama saja tak bisa di usik. Berita soal Glori juga sudah menyebar lagi. Padahal sebelum nya tak ada yang mengungkit soal itu. Tapi Riki yakin, esok pasti berita itu sudah lenyap dan yang ikut campur tangan akan menghilang begitu saja.
Padahal Riki cukup menikmati hari ini. Ia senang bisa menghabiskan waktu yang cukup lama dengan Shavinna. Tapi penemuan mayat itu menghancurkan segala nya. Riki bingung mengapa mayat itu ada disana. Siapa yang menaruh nya di Edelweiss? Tak mungkin pembunuhan nya terjadi di lab itu. Apa lagi ia sudah di bungkus plastik, jadi sudah jelas ada yang memindahkan nya.
Dan bukti paling kuat itu berupa catatan. Dalam sekali lihat saja, Riki merasa kenal dengan tulisan itu. Rasanya Riki sering melihat gaya tulisan seperti itu. Namun Riki sudah lupa. Dari pada memikirkan itu, ada satu hal yang mengganjal di hati Riki. Mengapa Jackson tidak terlihat dari pagi? Apakah ia sibuk dengan organisasi atau bagaimana? Tapi, kecurigaan Riki juga tak ada guna nya.
Sementara itu, Sebastian menginap di rumah peninggalan nenek nya. Ia malas pulang kerumah, karena pasti orang rumah nya akan ribut soal pembunuhan itu. Sebastian malas menanggapi mereka. Terus terang ada banyak ketakutan yang muncul di hati Sebastian. Ia takut pembunuh asli nya akan bertindak jauh dan menarget kan yang lain. Ditambah lagi akhir-akhir ini ada beberapa hal yang mengusik dirinya. Dan perkiraan terburuk akhirnya terjadi juga. Sesuatu yang selama ini di takut kan oleh Sebastian benar-benar terjadi.
Dan yang dibutuhkan Sebastian saat ini hanya lah ketenangan. Ia tak tahu masih bisa melewati hari esok atau tidak. Belakangan ini Sebastian selalu mendapat kan pesan aneh dari nomor yang berbeda. Nomor itu tidak memberikan ancaman untuk Sebastian. Namun sebuah petunjuk tentang pembunuhan yang akan terjadi di Edelweiss. Sebastian kira itu hanya pesan tak jelas. Namun semua petunjuk yang diberikan nomor itu benar-benar terjadi.
Sebastian tak berani menceritakan ini kepada siapa pun. Sebastian memilih untuk mengganti nomor nya dan memindahkan kartu lama nya ke hp lain. Jika Sebastian membuang kartu begitu saja, ada kemungkinan nomor itu akan memberikan petunjuk lain kan? Sehingga Sebastian bisa menghindari nya sebelum terlambat.
Ada banyak hal yang ingin Sebastian lindungi di Edelweiss saat ini. Terutama Seanna dan teman-teman nya.