NovelToon NovelToon
Once Again

Once Again

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:711
Nilai: 5
Nama Author: Mesta Suntana

Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.

Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 - Gerimis Cerah

Langit warna biru muda terlihat begitu fresh. Jalanan tidak begitu riuh. Anjing jenis Labrador Retriever berwarna coklat berjalan memandu pemiliknya. Setelah kejadian kursi itu, Lumi langsung pergi berjala-jalan ke taman untuk mencari udara segar. Suasana yang tidak begitu riuh menguntungkan bagi Lumi. Baru saja Lumi rasa beruntung.

Suara roda melaju terdengar menyapa Lumi. Langkah kaki Lumi terhenti dan menarik anjingnya untuk menepi. Walaupun sudah menepi entah kenapa kecelakaan tetap terjadi.

" Akh, sialan apa kau tidak punya mata. " Ringis Pria tersebut terjatuh dari sepedanya.

Suara derik rantai sepeda terdengar bergemirisik. Lumi mencium bau mie instan dan kasur dari Pria tersebut. Dia baru baru bangun tidur dengan noda mie yang masih ada di bajunya. Pria itu terus berceloteh dan mengumpat Lumi.

" Apa Kau mendengarkan? Ke arah mana mata mu itu melihat? " Gerutu Pria tersebut. " Hey aku di samping mu. " Pria itu menghampiri Lumi, saat itu Dia melihat ada tongkat di tangannya.

" Akh, sialan ini tidak adil. Sebaiknya kau jangan menyusahkan orang lain. " Frustasi Pria tersebut sambil mengangkat sepedanya yang terjatuh.

" Maaf, saya minta maaf. Tapi sepertinya mata Anda lebih buta dari saya. Anda jatuh di belakang saya, padahal saya dan anjing saya sudah menepi. Apa mata itu berguna. Bagaimana anda tidak melihat orang yang ada di depan Anda. " Lumi membela diri.

Pria tersebut ternganga marah, Dia tidak terima Lumi menyalahkannya. Kepalan tangan mulai terlihat pada Pria itu, Dia ingin memukul Lumi. Tapi niat itu Dia urungkan karena melihat anjing yang di samping Lumi sudah menunjukkan giginya dan siap menerkamnya. Rasa kesal dan juga malu karena Dia menyadari kesalahannya. Pria tersebut dengan cepat pergi melaju dengan sepedanya.

Mata Lumi yang terlihat tidak bernyawa, sebenarnya Dia merasa sedih. Semilir angin menyentuh tengkuk Lumi. Lumi kemudian berbalik. Suara air mengalir terdengar begitu sejuk. Semilir angin itu kini menerpa wajah Lumi yang membuat rambutnya tersibak ke belakang. Pikiran Lumi seketika kosong kemudian ada satu juntaian benang. Sehelai benang itu mulai Lumi tarik hingga membentuk kumpulan benang yang berbelit dan kusut. Itu tidak ada ujungnya dan menenggelamkan Lumi dalam helaian benang yang bergulung.

Lumi teringat umpatan pria tadi. Tangan Lumi mulai mengucek kedua matanya dengan kasar. Dia merasa kesal dan melampiaskan itu pada matanya. Tangannya kini mulai menepuk keras ke dua matanya. Dia merasa tidak puas. Hati yang sulit, Lumi mencoba menenangkan emosinya. Tarikan nafas panjang dan hembusan perlahan membuat Lumi sedikit membaik.

" Ayo. " Lumi menarik tali harness itu dan melanjutkan perjalanan mereka.

Aroma tanah dan kayu tercium hidung Lumi. Aromanya begitu natural. Kini Lumi berada di taman kota. Semilir angin sejuk menghilangkan rasa lelah Lumi. Gemerisik daun oleh angin terdengar seperti musik dalam telinga Lumi. Lumi menengadahkan kepalanya.

" Aku ingin melihat langit. "

Lumi sekarang duduk di bangku taman tepat di belakangnya ada pohon yang tidak begitu tinggi. Pohon ini mengeluarkan wangi yang samar. Selain wangi pohon, Lumi mencium wangi lain di dekat pohon tersebut.

" Manis, paper mint, dan pahit. " Gumam Lumi terheran dengan penciumannya.

Suara percikan tipis air terdengar dari arah depan. "Apakah di depanku ada Danau. "

Tangan Lumi mulai meraba - raba rumput. Hingga tangannya menyentuh benda kecil keras yang bentuknya tidak teratur. Lumi melempar kerikil itu dan bunyi riak air terdengar. Prasangka Lumi ternyata benar, di depannya ada Danau.

Lumi kembali duduk di atas bangku. Tangan Lumi membelai halus anjingnya yang berada di bawah bangku.

" Ayo kemari Hans! " Titah Lumi dibarengi tepukan pada pahanya.

Hans, anjing pintar itu langsung melompat ke atas bangku. Dia mulai merebahkan dirinya dengan kepalanya di atas paha Lumi. Belaian halus tangan Lumi pada kepala Hans membuatnya tertidur.

Tak terasa sudah tiga bulan dari hari kecelakaan itu, Lumi bekerja di rumah. Kepemimpinan masih ada di tangannya. Lumi yang bekerja di rumah tidak membuat perusahaan menurun. Perusahaan tetap pada angka yang stabil.

Saat Lumi memikirkan hal itu, satu tetes air mengenai pipi Lumi. Spontan tangan Lumi mengusap pipinya. Dia mulai kebingungan dari mana asalnya tetesan air tersebut. Kemudian satu tetes lainnya kembali turun, Lumi merentangkan tangannya ke depan dengan telapak tangan yang terbuka. Tetesan kecil seperti percikan itu kini mulai menjadi rintik air.

" Ah, sial gerimis. " Lumi mulai membuka jaketnya dan menutupi tubuh Hans.

Lumi membiarkan dirinya kehujanan di tengah cuaca hangat. Lumi merasa enggan untuk bergerak. Lumi pasrah membiarkan rintik hujan membasahinya. Saat Lumi terbenam dalam rintik hujan. Tiba-tiba rintik itu menghilang.

" Kau tidak perlu memayungi ku. "

" Wah, bagaimana kau bisa tahu ada orang yang memayungi mu. " Suara wanita itu terdengar kagum.

" Aku tahu dari wangi mu. " Ungkap Lumi yang membuat wanita itu ternganga kagum.

" Benarkah? Menurutmu wangi parfumku seperti apa?" Tanya wanita itu nadanya bersemangat.

" Wanginya seperti permen paper mint yang manis tapi ada sedikit sensasi pahit. "

" Kenapa aku menjawab pertanyaannya. "

Lumi termenung dengan respon spontan yang Dia lontarkan, Tidak biasanya Dia merespon orang asing.

" Wow, Kau hebat. " Puji wanita itu sambil duduk di samping Lumi.

" Siapa yang mempersilahkan kau duduk di sampingku? Jika kau hanya merasa kasihan padaku lebih baik urungkan niat mu. Aku tidak membutuhkannya. " Ungkap Lumi begitu sarkas dan dingin.

" Ternyata Kau Pria yang sombong. " Lontar Wanita itu membuat Lumi sedikit tersentak hatinya. Namun, Lumi sudah terbiasa dengan hal tersebut.

" Tapi aku tak peduli, aku terlanjur melihatmu. Wanita baik ini tidak bisa membiarkannya. Jadi terima saja belas kasihan ku ini Pria sombong. "

" Ayo kita nikmati suara rintik hujan ini di tengah hangatnya sinar matahari yang begitu cerah. "

" Rasa sedih tidak harus selalu mendung tapi hangat yang menjalar juga ada, itu disebut rasa terharu. "

Kalimat yang tak henti keluar dari wanita itu membuat Lumi merasa aneh. Untuk pertama kalinya Lumi merasa sedih itu menjadi hangat.

1
Robitasari
hai kak, mampir di karya aku juga dong, kita saling support🫠
Metana: Ayo kita saling mendukung, semangat
total 1 replies
Sugandi Abah
Bagus,aku suka penggambarannya
minsook123
Penggambaran luar biasa.
Beerus 🎉
Sayang banget udah selesai. 😢
ʀɪᴢᴀʟ Wibu
Seru banget, aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!