kisah ini sekuel dari novel Karma pemilik Ajian Jaran Goyang.
Adjie merasakan tubuhnya menderita sakit yang tidak dapat diprediksi oleh dokter.
Wati sang istri sudah membawanya berobat kesana kemari, tetapi tidak ada perubahannya.
Lalu penyakit apa yang dialami oleh Adjie, dan dosa apa yang diperbuatnya sehingga membuatnya menderita seperti itu?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok wanita
Janny mengendarai motornya menuju perbukitan yang cukup jauh dari pemukimannya, tujuannya tak lain adalah untuk menemui sang kakak yang mengsingkan dirinya demi mempertahankan cintanya pada seorang wanita yang kini sudah menjadi istrinya.
Wanita muda itu terlihat fokus menatap jalanan yang mana kanan dan kirinya terdapat hamparan sawah dengan tumbuhan padi yang bulirnya tampak mulai menguning.
Sesekali para petani menggoyang tali yang yang dipakai untuk mengikat orang-orangan sawah dan gemerincing yang digunakan untuk mengusir para burung pemakan biji-bijian.
Janny terus melaju dengan kecepatan yang ia kontrol dan tanpa diduga, seseorang menyeberangi jalan dengan cara mendadak dan membuat ia harus kehilangan keseimbangannya.
"Hah!" suara decitan rem dan juga ban yang beradu dijalanan dan terdengar nyaring saat gadis itu berusaha membanting stir ke sisi kiri untuk menghindari sosok wanita yang menyeberangi jalanan.
Akhirnya Janny harus tersungkur ke pematang sawah karena motornya terguling, sedangkan ia sendiri masuk kedalam irigasi berair jernih, namun cukup dangkal.
Gadis itu menggerutu kesal karena sosok penyeberang yang ia ketahui seorang wanita berambut lurus sedang berdiri menatapnya seolah tak merasa bersalah akan ulahnya.
Janny yang sudah basah kuyup dan tidak terima akan sikap wanita yang menggunakan jaket hoodie dan menutup kepalanya itu seolah hendak berlalu begitu saja.
Gadis itu beranjak dari irigasi dan berjalan tergesa-gesa, lalu menghampiri sang wanita yang terlihat berjalan meninggalkannya.
Janny berusaha mengejar, lalu menarik penutup kepala sang wanita dengan geram dan membuat wanita itu menoleh padanya dengan tatapan tak suka.
"K-kamu? Apa yang kau lakukan disini? Sengaja menyeberang untuk mencelakaiku?"cecarnya dengan nada tak suka. Ia memindai wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Wanita itu tersenyum mencibir dengan tatapan tak perduli, dan hal yang membuat Janny curiga, wanita itu memasukkan kedua tangannya didalam saku jaketnya, seolah menyembunyikan sesuatu darinya.
Ia tak menjawab pertanyaan Janny, lalu memutar tubuhnya dan cepat melangkah.
Gadis itu tak ingin membiarkan wanita tersebut pergi begitu saja, setidaknya meminta maaf setelah membuat ia tercebur kedalam irigasi.
Janny menarik lengan sang wanita hingga keluar dari saku. Sesaat matanya terbeliak melihat jemari tangan sang wanita terlihat membusuk dan bergegas memasukkannya kembali ketempat semula. Wanita itu terlihat gugup, namun mendengus kesal.
Gadis itu tercengang dan ia merasa bingung dengan apa yang terjadi pada wanita berjaket hoodie tersebut.
Janny mengusap wajahnya. Ia merasa jika apa yang dilihatnya tidak salah. Saat ia mengerjapkan kedua matanya, sosok itu tak lagi dilihatnya. Ia tersentak kaget dan tidak mempercayai bagaimana mungkin wanita itu dapat menghilang dengan begitu cepat.
Sang gadis mengedarkan pandangannya untuk mencari wanita itu, tetapi raib tak berbekas.
Ia menggerutu dan akhirnya harus pasrah dengan tubuhnya yang basah dan menghampiri sepeda motornya dan melanjutkan perjalanannya menuju tempat dimana Anton dan Mawar mengasingkan diri.
****
Janny menitipkan sepeda motornya disebuah rumah milik petani yang berada dikaki bukit.
Pakaiannya yang tadi basah kini sudah kering terkena angin dan ia membawa kantong kresek berisi makanan yang sebagian sudah remuk akibat kecelakaan yang dialaminya, dan terpaksa membeli sebagiannya lagi.
Ia berjalan menyusuri perbukitan dan masih mengingat dimana jalurnya, sebab itu dahulunya adalah rumah mereka ketika masa kecil dan beberapa petani juga masih banyak yang bercock tanam dilereng bukit.
Sepatu kets bewarna hitam menjadi temannya dalam menapaki jalur pendakiannya.
Sesekali ia menyapa para petani yang sedang bercocok tanam dilereng bukit.
Keringat mulai membanjiri tubuhnya. Ia menyeka keningnya dari buliran bening yang menetesi dipipinya.
Ia berhenti sejenak, lalu mengatur nafasnya yang terasa tersengal dan mencoba beristirahat dibawah pohon untuk memakan bekal yang dibawanya.
Ia meneguk air mineral dalam kemasan botol plastik dan merasakan lega dibagian tenggorokannya hingga ke lambung.
Perlahan ia mengambil sebungkus nasi dengan sepotong ayam sambal yang ia bawa dari rumah, dan mulai menyantap.
Akan tetapi, Janny merasa perasaannya tak nyaman, sebab seperti sedang diawasi oleh seseorang.
Tak hanya sampai disitu, ia juga meraakan jika sesuatu sedang bergerak dibalik semak, dan membuat rasa laparnya hilang seketika.
Ia kembali membungkus bekalnya, lalu meraih tas ranselnya dan bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut, dan memilih melanjutkan perjalanannya sebelum hari berubah gelap.
Langkah gadis itu semakin cepat, namun sesuatu yang membuntutinya juga bergerak cepat dan hal itu semakin membuat Janny merasakan degub jantungnya memburu.
Sang gadis terus berjalan menapaki perbukitan yang semakin menanjak, dan ia merasa jika tenaganya hampir terkuras akibat berjalan terlalu cepat.
Hingga saat ia hampir tiba ditempat pengasingan Anton, ia merasakan seseorang yang mengikutinya terus saja berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Suara gemericik air terjun mulai terdengar. Itu tandanya ia sudah hampir sampai saat hari terlihat remang-remang. Senyumnya terlihat mengembang karena ia mendapatkan harapan.
Akan tetapi, bulu kuduknya tiba-tiba meremang saat tiba-tiba saja ia merasakan hawa negatif yang begitu jelas sedang menyapanya punggungnya.
Jujur saja wanita muda itu ingin beristirahat. Rasa lelah tak dapat ia pungkiri dan betisnya terasa keram.
Akhirnya Ia memilih duduk dibebatuan berukuran besar yang mana selalu basah karena terkena percikan air terjun.
Wanita itu mencoba mengatur nafasnya yang tersengal, ia menenggelamkan kakinya untuk menghilangkan rasa penat yang saat ini menderanya.
Dinginnya air yang mengalir membuat ia merasakan jika rasa lelahnya sedikit mereda dan ia memejamkan kedua matanya sembari menghirup udara yang terasa segar.
Akan tetapi itu semua tak berlangsung lama saat hari semakin menggelap dan ia melihat satu sosok bermata merah dengan tubuh penuh bulu melesat mendekatinya dan mengeluarkan taring disudut bibirnya.
Janny yang belum sempat untuk menghadapi sesuatu hal yang datang dengan tiba-tiba tersebut tersentak kaget dan sosok itu menyergapnya
Sang gadis seolah membeku. Ia tak dapat menggerakkan tubuhnya bahkan lidahnya keluh hanya sekedar untuk berteriak. Kedua matanya membeliak, dan ia berharap ada pertolongan yang datang dengan segera.
Sosok itu mencumbu sang gadis yang berusaha memberontak dengan segala doa yang kini ia panjatkan didalam hatinya.
Sosok itu berusaha menerobos pakaian yang menjadi penghalang baginya untuk menodai gadis tersebut.
Janny yang berada dipuncak putus harapan, terus saja berdoa dan berharap jika kiranya ada yang datang untuk menolongnya.
Saat bersamaan, sebuah sinar berwarna jingga melesat menghantam sang sosok berbulu yang tak lain adalah genderuwo kiriman seseorang yang berusaha melenyapkan Janny dalam mencari informasi tentang menghilangnya gasing tengkorak dan juga mantra yang tersimpan didalam peti.
Sosok dikejauhan sangat berambisi dalam niatnya yang sudah tersesat terlalu jauh.
Suara lengkingan dan geraman terdengar begitu menggema ditengah hutan yang sudah memasuki waktu maghrib.
Sosok berbulu itu menghilang dengan cepat dan meninggalkan aroma kabel terbakar yang menyengat.
Janny tersentak kaget. Deguban dijantungnya memburu dan kini ia dapat menggerakkan tubuhnya.
Saat bersamaan, seorang pria berdiri tak jauh dar8 posisinya saat ini.
"Hah, Uda," tangisnya seketika saat melihat sosok dihadapannya.
"Ayolah, hari akan semakin gelap," pria itu mengulurkan tangannya dan membimbing adik perempuannya untuk menuju kerumahnya.
Peia itu mengambil alih tas ransel dan memastikan jika gadis tersebut tidak lagi dibuntuti oleh sesuatu yang bersifat ghaib.
Gadis itu masih terlihat syok. Namun kehadiran kakak lelakinya membuat ia merasa sangat aman saat ini.
Tubuhnya masih gemetar karena peristiwa barusan yang mana tidak akan mungkin ia lupakan seumur hidupnya.
itu Cynthia bisa hidup normal lagi enggak ya ...?? kok ngeri banget sih .. kepala sama organ bisa lepas gitu...
lanjutkan Bng Sofyan
kannnn kok bisa yaaaa... aq lihat di pelem2 thai itu dia cNtik dan sllu pke sall agar menutup leher nya
sdgkan Akang Sofyan mo ngambil tubuh nya Cintya 🤣
iiiih ... emosi bgt aku mah dengar nya ma orang kepo bin nyinyir bgtu 🤬😡
mbah kosim sayang
🕺🕺🕺🕺🕺🕺🕺