Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Datangnya Robert
"Hai, Kalian !!!"
Terdengar suara orang berteriak lantang ke arah orang-orang penagih hutang, serentak semua orang diluar area Mall langsung memalingkan muka mereka.
Seorang pria berjas merah menyala berjalan cepat ke arah Alfa.
"Apa yang terjadi disini, Alfa ?" tanya pria itu sembari melepaskan kacamata hitan yang dia kenakan.
"Kakak Robert, akhirnya kau datang juga, kak...", sahut Alfa merajuk manja seraya bergelayut di lengan pria itu.
"Ada apa, memangnya kamu mendapat masalah apa sampai harus menelpon kakak ?" tanya Robert.
"Untung kakak datang karena aku tidak tahu harus berbuat apa saat menghadapi masalahku ini, kak...", sahut Alfa manja.
"Masalah rumit apa yang kau hadapi saat ini, Alfa, katakan padaku, aku akan menyelesaikannya", kata Robert.
"Kakak pasti tahu tentang Zieya, bukan ?" kata Alfa.
"Zieya ? Siapa ?" tanya Robert.
Alfa segera mencubit perut kakaknya dengan kesal.
"Kakak ! Kenapa tidak ingat ?" kata Alfa cemberut.
"Tapi kakak lupa, siapa Zieya itu", sahut Robert sambil meringis ketika perutnya dicubit keras oleh Alfa.
"Zieya, perempuan yang datang ke club malam sewaktu ada acara perjamuan dengan kolega Mall ini, kak", kata Alfa.
"Oh, dia, tapi kakak memang tidak terlalu ingat dengan dia, bukannya kita mengajaknya pesta bersama kita dan...", ucap Robert lalu terdiam.
Alfa menginjak kuat-kuat sepatu Robert seperti dia sedang mengirimkan sinyal khusus kepada kakaknya.
"Kakak, masa tidak ingat, bukankah dia wanita yang berhutang pada kita sebesar sepuluh miliar itu", kata Alfa seraya mengerlingkan kedua matanya cepat.
Robert segera tanggap terhadap isyarat yang dikirimkan oleh Alfa lalu dia menjawab lantang.
"Ya, Zieya, wanita tidak tahu malu itu, bisa-bisanya dia datang ke acara pesta perjamuan dan memohon-mohon pada kami agar memberinya pinjaman uang sebesar sepuluh miliar", ucapnya.
"Nah, kakak sekarang ingat, bukan, dengan Zieya, wanita menor yang datang memohon pinjaman uang kepada kita saat di club malam", kata Alfa.
"Ya, benar, aku baru ingat dengannya sekarang", sahut Robert sembari mendongakkan kepalanya angkuh.
"Tapi dia tidak bersembunyi dari kejaran kami saat orang-orang penagih ini, menagih hutang sepuluh miliar itu dari Zieya, kak", kata Alfa.
"Apa ? Dia enggan membayar tagihan hutangnya pada kita ?" ucap Robert.
Robert bersikap angkuh seraya mengangkat ujung dagunya naik.
"Berani-beraninya dia memungkiri hutang dan tidak mau membayarnya, akan kita masukkan dia ke dalam penjara", ucapnya.
"Tapi kita tidak dapat menemukan Zieya dimana-mana, menurut informan mereka kalau dia tinggal bersama keponakannya", kata Alfa.
"Siapa keponakan Zieya, kalau tidak bisa menagih hutang kepada Zieya maka kita tagih saja, keponakannya agar dia membayar hutang itu", ucap Robert.
"Keponakan Zieya bekerja di toko parfum di Mall ini, dan kami telah menemukannya", kata Alfa.
"Dimana orangnya, aku akan memaksanya membayar hutang itu", ucap Robert.
Robert mengedarkan pandangannya ke arah sekitar area luar Mall.
Tampak Josua Maxim serta Matt dan orang-orang penagih hutang sedang memperhatikan dirinya.
"Mana perempuan yang merupakan keponakan Zieya itu ? Mana orangnya ?" tanya Robert.
"Sayangnya, keponakan Zieya juga tidak mengaku kalau tantenya berhutang sepuluh miliar kepada kita, kakak", sahut Alfa.
"Berani betul, dia mengelak tanggungan hutang dari kita", kata Robert.
"Tapi kenyataannya memang demikian, kakak", sahut Alfa merajuk manja.
Alfa mengerutkan bibirnya sembari bergelayut manja pada kakaknya.
"Tunjukkan padaku mana keponakan Zieya itu !" kata Robert dengan bersungut-sungut marah.
"Dia bersama dua laki-laki yang ada disana, kak", bisik Alfa.
"Mana ?" tanya Robert sambil mengalihkan pandangannya ke arah dua laki-laki berwajah tampan serta seorang gadis berseragam warna hijau putih.
"Disana, kak !" sahut Alfa.
Alfa mengarahkan jarinya sambil menunjuk hati-hati ke arah Josua dan Jossy.
"Katanya pria yang bersama dengan keponakan Zieya itu adalah Josua Maxim, pemilik Mall ini, kakak", kata Alfa.
"Josua Maxim ?" tanya Robert agak terkejut kaget.
"Benar, katanya, laki-laki itu bernama Josua Maxim", sahut Alfa seraya mengangguk cepat.
"Mana mungkin Josua Maxim mau bersama dengan gadis kumuh seperti dia, bukankah gadis itu karyawati toko parfum, tidak mungkin", kata Robert.
Robert menggeleng pelan serta meragukan ucapan Alfa yang mengatakan bahwa laki-laki tampan didekat Jossy Jeanette adalah Josua Maxim, pria kaya raya serta CEO Mall besar di negara ini.
"Tidak mungkin, pasti mereka membohongimu, aku tidak percaya dengan yang diucapkan mereka", lanjut Robert.
Robert mengawasi Josua Maxim beserta Jossy yang berdiri memperhatikan dirinya.
"Yang mana Josua Maxim, ada dua laki-laki berwajah tampan, satunya berkacamata dan satunya berpenampilan menawan, siapa diantara mereka berdua yang bernama Josua Maxim", ucapnya.
"Yang berpenampilan rapi, mengenakan setelan jas lengkap dengan kedua tangan menyaku, berdiri di dekat laki-laki berkacamata", sahut Alfa berbisik hati-hati.
"Dia yang bernama Josua Maxim ?" kata Robert bertanya sangsi.
"Kata laki-laki berkacamata bernama Matt itu, dia adalah Josua Maxim, pemilik Mall ini, kak", sahut Alfa mengiyakan perkataan Robert.
"Dari penampilannya memang meyakinkan dan sangat bersahaja serta mewakili penampilan seorang CEO besar", kata Robert.
Robert memperhatikan ke arah Josua Maxim yang berdiri tak jauh darinya.
"Jangan-jangan, semua orang tertipu dengan penampilan nya, yang benar saja, mana ada CEO ternama mau turun ke luar tanpa pengawalan ekstra ketat", kata Robert.
"Tapi laki-laki berkacamata itu menyebutkan bahwa laki-laki yang bersamanya adalah Josua Maxim", ucap Alfa.
"Mana buktinya kalau laki-laki itu adalah Josua Maxim, jangan mudah terperdaya omongan orang lain yang belum terbukti benar", kata Robert ragu.
"Memang penampilan mereka sangat meyakinkan kalau mereka adalah orang penting di Mall ini, kak", sahut Alfa.
"Dan kau juga percaya pada omongan mereka tanpa ada bukti bahwa mereka orang-orang dari Mall Maxx ini", kata Robert.
"Tapi mereka sangat meyakinkan sekali, bahkan pria bernama Matt berkata dengan tegas kalau mereka orang-orang dari Mall Maxx ini, kak", ucap Alfa.
"Semua orang bisa mengaku-ngaku bahwa dirinya adalah orang berpengaruh serta penting, tapi kita tidak pernah tahu modus dibalik omongan mereka", kata Robert.
"Oh, iya, keponakan Zieya juga meminta bukti pada kita mengenai hutang-piutang itu ", sahut Alfa.
"Bukti ?" tanya Robert.
"Benar, gadis bernama Jossy Jeanette itu sedang meminta bukti kuitansi transaksi hutang-piutang milik Zieya, kakak", sahut Alfa.
"Bukti hutang piutang ?!" tanya Robert tercengang kaget.
"Iya, kakak, bukti transaksi hutang-piutang dari kita kalau memang Zieya benar-benar berhutang uang sebesar sepuluh miliar pada kita", sahut Alfa.
"Gawat kalau begitu, kita harus lebih ekstra hati-hati pada gadis bernama Jossy Jeanette itu, Alfa", kata Robert terlihat cemas.
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang sedangkan kita tidak bisa membuktikan perihal hutang-piutang itu pada Jossy, kakak ?" ucap Alfa.
Alfa mulai terlihat panik serta bingung ketika dia ditagih oleh Jossy Jeanette mengenai bukti tagihan hutang piutang itu.
"Tenanglah, kita harus bisa berpikir tenang dengan pikiran jernih, dan jaga tingkah laku kita lebih berhati-hati terhadap Jossy", kata Robert mengingatkan.
"Ya, kak, baik", sahut Alfa. "Tapi bagaimana kita menghadapi persoalan rumit ini, kakak ?" sambungnya.
Alfa sangat kebingungan dengan masalah hutang-piutang ini karena dia sendiri tidak mampu memberikan bukti transaksi hutang-piutang itu kepada Jossy Jeanette.