"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu siapakah jodoh yang tepat untuk Leah? Austin atau Alister?..
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Acara pesta pertunangan sebentar lagi akan di gelar, undangan sudah mulai disebar pada tiap tamu kehormatan. Mansion lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan semua agar hari H berjalan dengan indah dan lancar.
"Pergilah dan pilih gaun yang cocok denganmu." Ujar Johan pada Leah, ia tak sabar melihat Austin dan putri dari sahabatnya itu bersatu.
"Iya."
"Om." Leah ingin bicara sebelum pergi.
"Kenapa?."
"Setelah pertunangan selesai apa aku tidak bisa leluasa mengunjungi restoran?."
Terlihat dari sorot mata Leah penuh harap, ia tak mau kesenangannya direnggut. Berinteraksi dan mengunjungi restoran seperti angin segar baginya.
Johan tak langsung menjawab. "Kau takut tak bisa kesana lagi?."
Wanita itu mengangguk.
"Jangan khawatir, walaupun nanti semua orang akan tahu status aslimu lakukanlah jika itu membuatmu senang. Hanya saja nanti mungkin tak bisa sesering biasanya, kau pasti paham maksudku."
Leah berbinar ia mengangguk paham, setidaknya masih bisa mengunjungi itu sudah cukup. "Terimakasih om."
"Tentu. Bersenang-senang lah."
Tak lama Austin tiba dengan setelan jasnya, ia sudah siap. "Ayo kita berangkat."
"Iya."
"Kami pergi dulu pah."
"Hati-hati."
Johan menatap Leah dan Austin yang bergandengan, ia tersenyum sekilas melihat itu.
"Aku sudah tak sabar Leah melihat reaksi orang-orang nanti saat mengetahui bahwa calon istriku ini sangat cantik dan luar biasa." Bisik Austin.
"Bukankah itu berlebihan?."
"Aku bicara sesuai fakta." Austin tak mau memendam pujiannya.
"Aih sudahlah."
Austin terkekeh.
Keduanya menuruni anak tangga mansion untuk menuju parkiran. Dari bawah sana terlihat Alister didampingi Han menaiki tangga untuk masuk.
Mereka berpapasan.
Leah berusaha tampak biasa-biasa saja, walaupun saat melihat Ali adegan ciuman di bawah semak-semak itu selalu terlintas dalam pikiran.
"Apa harimu berjalan dengan baik Ali? tiga hari ini kau tidak kelihatan." Austin tahu jika Alister sangat sibuk di istana kenegaraan.
"Perhatikan dirimu saja, hariku selalu baik."
Austin menyunggingkan senyum tipis. "Kau benar, aku hanya ingin memberitahumu bahwa berkas untuk konferensi sudah disiapkan nanti Willy akan memberikannya."
"Sekarang waktuku harus dibagi untuk mempersiapkan pertunangan dengan baik."
Alister tak menjawab, sorot mata dingin itu melirik Leah. Leah yang sadar langsung mengalihkan pandangan. Leah tak bisa menjelaskan dengan pasti yang jelas jantungnya berdetak kencang saat berhadapan dengan Ali. Entah itu karena takut, was-was, Leah tak tahu. Ini tak nyaman dan cukup menganggu.
"Ya, semoga acara pertunangannya lancar." Singkat Alister, setelah berucap ia berlalu pergi melewati mereka.
"Baiklah sekarang kita juga harus berangkat." Timpal Austin.
"Iya."
Austin dan Leah memasuki mobil, mereka berlalu meninggalkan pelataran mansion menuju tempat yang dituju.
Mendatangi desainer pilihan keluarga Royce dan memilih model gaun untuk pertunangan nanti cukup menyenangkan sekaligus melelahkan bagi mereka. Namun tak perlu memakan waktu lama karena Leah sangat cocok dengan model apapun, akhirnya selesai.
"Terimakasih tuan Austin nona Leah, kami akan mengantarkannya sebelum hari H tiba."
"Baiklah."
Setelah selesai mereka kembali masuk mobil dan pergi dari sana. Austin tak langsung membawa Leah pulang ia mengajaknya untuk jalan-jalan menikmati waktu bersama.
Sayangnya hal itu tak berlangsung lama karena Austin dihubungi Willy untuk segera datang ke kantor. Mau tak mau Leah ikut saja. Sepertinya hal itu juga penting terlihat dari Austin yang buru-buru.
Mereka sampai di Nexora Group, Austin langsung menghampiri sekretarisnya Willy.
"Ada lonjakan dari klien luar, kita harus meeting mendadak tuan."
"Baiklah, atur sesegera mungkin."
Austin menyiapkan beberapa berkas, ia menghampiri Leah sebelum pergi. "Istirahatlah di kamarku, ini tak akan lama. Katakan saja jika ada yang diinginkan atau hubungi Cassie dia akan melayanimu."
Leah mengangguk. "Baiklah."
Austin mencium kening Leah setelah itu berlalu dari sana. Leah menyentuh kening bekas ciuman, ia diam entah apa yang ada di pikirannya.
Kini di ruangan itu hanya dirinya sendiri, karena sedikit lelah dan ingin istirahat Leah memasuki kamar pribadi Austin. Mengingat batrei handphone hampir habis Leah mencari charger milik Austin untuk mengisi daya.
"Dimana ya? biasanya di atas meja."
Ternyata tidak ada di meja, mata hazel Leah tertuju pada laci Austin. Wanita itu mendekat dan membukanya, benar di sana charger berada. Namun fokus Leah teralihkan pada sebuah kemasan yang setengahnya sudah terbuka.
"Kondom?."
Leah mematung per-sekian detik. Kenapa Austin menyimpan barang itu? apa dia berniat melakukannya? tapi jika mengingat status mereka seharusnya jika berhubungan badan pun tak perlu menggunakan alat itu karena sebentar lagi akan menikah.
Leah melihat sekeliling kamar Austin. Perasaan janggal dan berat menekan pikirannya. Seolah suatu hal yang besar akan segera terjadi.
Mksh udah update lagi
Lanjut thor...makin seru critanya
Mksh othor...UP nya yg byknya dong, krg kalau cuma 1 mah
Mksh othor atas up nya, gak sabar nunggu part selanjutnya