Rara Danira, seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, namun kurang perhatian dari keluarnya.
Suatu saat dia masuk ke dalam sebuah situs terlarang dan mencari seorang laki-laki dewasa untuk menjadi sugar baby.
Levis Morelli, seorang laki-laki berusia 37 tahun yang mencari sugar baby untuk melampiaskan segala hasratnya, namun tidak ingin menikah karena di tidak percaya dengan yang namanya pernikahan.
Akankah keduanya bisa menjalani kehidupan ini dengan baik? atau malah menjadi Boomerang bagi mereka sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Tidak Masuk Akal
Setelah mendengar cerita dari kekasihnya, Levis langsung menghubungi asisten pribadinya untuk memberitahukan padanya tentang keputusan dia yang ingin mengakhiri kontrak kerja yang bahkan belum mereka mulai dengan perusahaan Anton.
"Tidak, mungkin. Ini benar-benar tidak mungkin!" katanya setelah mendapatkan kabar dari orang kantor bahwa kerja sama mereka dengan perusahaan Levis batal begitu saja tanpa kejelasan. Bukan tanpa alasan, dia juga ingin tau apa masalahnya karena dia hanya mendapatkan potongan kabar itu saja.
"Astaga! Aku benar-benar bisa gula jika begini terus!" umpatnya karena terus memikirkan tentang hal ini.
Masalah Rara saja belum selesai, dan kini sudah datang masalah yang lebih sulit lagi. Kehilangan kontrak dengan perusahaan Morelli itu sangat membuat dirinya kesulitan.
Walau perusahaan tersebut sudah membayar denda pinalti, tetap saja itu sangat merugikan bagi perusahaan miliknya.
"Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan kabar tentang Rara?" tanya Danira yang sejak tadi mondar mandir seperti setrikaan karena belum mendapatkan kabar tentang putrinya hingga malam hari begini.
"Tidak bisakah membiarkan ku dengan tenang sebentar Danira? Baru saja aku mengatakannya, bahwa orang-orang ku masih berusaha mencari Rara." ujar Anton karena dia sudah memerintahkan orang-orangnya untuk mencari sang putri.
Sementara Danira semakin menatap tidak percaya pada suaminya ini. Luar biasa sekali memang Anton. Dia bisa mengatakan hal seperti itu dengan begitu tenangnya, sementara dia sudah khawatir bukan main. Bahkan dia juga baru pulang dari tempat-tempat di mana biasa Rara berada.
"Bisa banget kamu ngomong kayak begitu ya. Kamu bilang orang-orang kamu sudah mencarinya. Lalu apa gunanya kamus sebagai seorang ayah hah? Kamu selalu mengatakan bahwa aku ibu yang egois untuk Rara, tapi setelah aku memutuskan untuk berhenti di dunia fashion dan fokus untuk Rara, sedangkan kamu apa? kamu hanya bisa diam di rumah dan memasrahkan hal ini sama anak buah kamu? Sadar, kamu!" sentak Danira yang mulai habis kesabaran dengan sikap suaminya yang terkesan biasa aja. Bahkan dia terlihat seperti tidak khawatir dengan keadaan putri mereka sementara ini sudah malam.
"Seharusnya kamu itu mikir! Bukan hanya menyalahkan aku saja. Semua ini juga karena mu. Andai saja kamu tidak sibuk dengan dunia fashion mu itu, Rara tidak akan begini. Dia itu membutuhkan ibunya, di rumah!" sahut Anton yang tak mau kalah.
Dia tidak terima di salahkan begitu saja oleh Danira, padahal dia sedang banyak pikiran saat ini. Dia kehilangan kontrak besar dengan perusahaan milik Levis, dan kini Danira mengajaknya berdebat lagi. Benar-benar membuat kepalanya seperti mau meledak.
"Maka dari itu aku memutuskan untuk berhenti. Aku ingin menjadi ibu untuk putriku dan menjadi istri untuk suamiku walau aku tau jika suami ku sendiri tidak pernah menginginkanku. Bahkan hadirnya Rara tidak pernah kamu inginkan sebelumnya bukan? Jika bukan karena kamu mabuk dan frustrasi karena mantan tunangan mu yang sudah di nikahkan dengan laki-laki pilihan keluarganya, kamu tidak akan mungkin menikahi ku dan menyetubuhiku dalam keadaan mabuk. Kamu tau, menikah dengan mu dan menuruti apa kata keluargaku adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Andai saja waktu bisa di putar, lebih baik waktu itu aku membawa Rara ke Paris untuk tinggal di sana dan meninggalkan kamu dengan sejuta kenangan mu itu. Kamu adalah alasan terbesar ku dalam menyesali kehidupan ini, Anton!"
Dadanya bergemuruh, jantungnya berdebar kencang setelah membicarakan tentang semua rasa sesak yang di alaminya selama ini. Andai saja dia bisa memutar waktu, mungkin dia akan memilih pergi membawa Rara dari pada harus tetap bertahan di sini demi keluarganya.
Brak!
Danira membanting pintu ruangan kerja Anton setelah berhasil mengeluarkan apa yang dia pendam selama ini.
Anton sendiri kembali mengingat saat di mana dia bertemu dengan Ratih, mantan kekasihnya dulu yang telah meninggalkannya. Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana saat Rara melihat dirinya jalan dengan Ratih di sebuah pusat perbelanjaan waktu itu dan mereka tidak sengaja bertemu. Lalu Rara mengatakan bahwa Ratih adalah wanita murahan dan sebagainya hingga membuat Anton marah dan memukul Rara. Tanpa dia sadari jika apa yang di lakukan ya saat itu menjadi trauma besar bagi putri kecilnya yang kekurangan kasih sayang darinya dan juga Danira.
"Ahkkk...." Anton berteriak melampiaskan kemarahannya hingga membuat meja kerjanya berantakan.
Ini benar-benar sudah di luar kendalinya. Kenapa semuanya berantakan. Kenapa hal ini bisa terjadi secara bersamaan, di mana Rara yang kabur dari rumah, laku pekerjaannya yang batal begitu saja. Entahlah, ini benar-benar membuatnya sangat stres.
Tak lama kemudian ponselnya berdering dan itu panggilan masuk dari Ratih. "Ya, ada apa Ratih?" tanya Anton yang berusaha menetralkan emosinya.
"Anton, tolong Anton. Rifki demam dan aku-"
"Tenang, dulu oke. Aku segera kesana. Kamu tenang dulu, ya. Aku akan kesana, dan kita kan membawa Rifki ke rumah sakit." ujar Anton sebelum memutuskan sambungan teleponnya dengan Ratih.
Sementara Danira yang mendengarnya benar-benar hancur. Sakit sekali hatinya mengetahui bahwa suaminya bisa setenang itu ketika Rara kabur, dan malah bisa langsung pergi setelah mendapatkan kabar dari wanita yang menjadi akar permasalahan di rumah tangga mereka.
Mengetahui Anton yang hendak pergi meninggalkan ruangan kerjanya membuat Danira bersembunyi dan keluar setelah suaminya benar-benar peri dari rumah.
Hancur sekali hatinya mengetahui bahwa suaminya bisa langsung pergi begitu saja tanpa memikirkan tentang keadaan Rara saat ini.
Melihat Danira yang menangis sampai terduduk di lantai dengan bercucur air mata. Bi Jum yang sudah mengetahui bagaimana kehidupan di rumah ini langsung menghampiri Danira yang terlihat begitu hancur.
Di peluknya Danira hingga membuat wanita itu semakin menangis sesenggukan.
"Sabar, nyonya. Ini ujian dari tuhan, dan saya yakin jika nyonya pasti bisa melewati semua ini." ujar Bik Jum yang berusaha untuk menenangkan majikannya.
"Tapi sampai kapan bik? sampai kapan saya harus menunggu? Saya sudah berusaha mencintai papinya Rara, bik. Tapi dia tetap mencintai wanita yang sudah meninggalkannya. Bahkan dia bisa terlihat begitu panik ketika mendapatkan kabar tentang anak dari wanita itu. Sedangkan saat aku bicara tentang Rara dia bisa terlihat biasa saja, dan bahkan terkesan tidak kehilangan sedikitpun. Apa salah jika aku ingin mempertahankan rumah tangga ini bik? Apa salah jika aku membenci wanita itu? Dia yang telah merusak hubungan rumah tangga kami yang memang tidak sehat sejak awal bik. Tapi apa harus seperti ini? Apa harus Rara yang menjadi korban dari keegoisan kami sebagai orang tua?" tangisan Danira terdengar sangat memilukan. Bik Jum yang mendengarnya bahkan tidak kuasa menahan air matanya ketika mendengar isi hati Danira yang berusaha mempertahankan rumah tangganya dengan sang suami.
***
udh buang aja lah laki modelan si anton itu
kog makin jengkel sama orang 1 ini....
jgn ada drama salah paham dan danira dgn anton baikan lagi
🙏👍🌹❤
anton bener " tk punya perasaan pda rara
bikin nyesel thor telah megabaikan rara