Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.
Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.
Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Kencan Pertama
Momen ini mengingatkanku pada masa pacaran, ayeey.. Gas bacalah..
Hari itu, Kaelus dan Kirana akhirnya melakukan kencan pertama mereka.
Bukan di restoran mewah.
Bukan dengan mobil sport yang mencolok.
Bukan dengan pakaian mahal yang biasa Kaelus kenakan.
Hari itu, mereka hanya ingin menjadi dua insan biasa yang menikmati waktu bersama.
.
Kirana hampir tidak bisa mengenali Kaelus ketika pria itu menjemputnya pagi itu.
Kaelus yang biasanya mengenakan jas mahal dan berdiri dengan aura yang begitu mengintimidasi, kini tampil santai dengan hoodie hitam, jeans, dan sneakers putih.
"Kau... terlihat berbeda," ucap Kirana, sedikit heran.
Kaelus tersenyum miring. "Hari ini aku bukan CEO atau kakak Alice. Hari ini aku hanya Kael, pria yang ingin berkencan dengan gadis yang ia sukai."
Jantung Kirana berdebar tanpa kendali.
Tangan hangat Kaelus menggenggam tangannya, membimbingnya masuk ke dalam mobil.
"Kemana kita?" tanya Kirana penasaran.
"Kita akan bersenang-senang," jawab Kaelus dengan nada misterius.
.
Kirana terkejut saat mereka tiba di taman bermain.
"Kau serius?" tanyanya dengan mata berbinar.
"Apa aku terlihat bercanda?" Kaelus mengangkat alis.
Kirana menahan tawanya. "Aku tidak pernah berpikir seorang Kaelus Moretti akan bermain di taman hiburan."
Kaelus menyeringai. "Aku juga tidak pernah berpikir aku akan jatuh cinta pada gadis kecil yang polos dan keras kepala seperti dirimu."
Kirana merasa wajahnya memanas.
Mereka menghabiskan waktu menaiki berbagai wahana. Mulai dari komidi putar, rumah hantu—yang membuat Kirana secara refleks mencengkram lengan Kaelus erat—hingga roller coaster yang hampir membuatnya menjerit ketakutan.
Di sisi lain, Kaelus hanya tertawa melihat reaksinya.
"Kau sangat kejam!" gerutu Kirana setelah roller coaster berakhir.
Kaelus hanya mengacak rambutnya gemas. "Tapi aku suka wajah ketakutanmu tadi."
.
Setelah puas bermain, mereka berjalan di pusat perbelanjaan yang ramai.
Tidak ada yang mengenali Kaelus sebagai CEO muda yang terkenal.
Tidak ada tatapan kagum atau hormat seperti biasanya.
Hari itu, dia hanya pria biasa yang menggandeng kekasihnya, memilih pakaian dan aksesoris untuknya.
"Ini lucu," Kaelus mengambil bando berbentuk telinga kelinci dan menaruhnya di kepala Kirana.
Kirana mendengus. "Aku bukan anak kecil!"
"Tapi kau terlihat manis," kata Kaelus santai.
Dan pada akhirnya, Kirana tetap membelinya karena pria itu bersikeras.
Mereka juga membeli pakaian serasi—sweater oversized dengan warna yang sama.
Saat Kirana bercermin, dia merasa seperti sedang dalam drama romantis.
"Apakah ini nyata?" pikirnya.
.
Kirana yang biasanya hanya makan di kantin sekolah atau rumah, hari ini mencicipi berbagai makanan pinggir jalan yang sebelumnya tidak pernah ia coba.
Kaelus menggigit sate ayam dan menyuapkannya pada Kirana.
"Coba ini."
Kirana menurut dan matanya berbinar. "Enak!"
Kaelus tersenyum puas.
Mereka mencoba takoyaki, es krim, dan bahkan makan martabak berdua, berbagi satu piring dengan saling menyuapi.
Orang-orang di sekitar mereka mungkin mengira mereka pasangan biasa. Dan bagi Kaelus, itu adalah perasaan yang luar biasa.
Tidak ada tekanan. Tidak ada tanggung jawab besar. Hanya ada dia dan gadis yang ia cintai.
.
Saat senja mulai turun, mereka menaiki bianglala besar.
Kirana duduk diam, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga keemasan.
Kaelus duduk di sampingnya, mengamati wajah gadis itu dalam diam.
Saat mereka mencapai puncak, Kaelus memegang dagu Kirana dan membuatnya menoleh.
"Kau tahu?" bisiknya pelan.
Kirana menelan ludah. "Apa?"
"Aku tidak pernah berpikir aku akan jatuh cinta."
Jantung Kirana seakan berhenti berdetak.
Kaelus mendekat, matanya menatap dalam ke dalam mata Kirana.
"Aku mencintaimu, Kirana," bisiknya sebelum akhirnya mengecup lembut bibir gadis itu.
Di saat yang sama, kembang api meletus di langit, menghiasi malam dengan cahaya yang indah.
Namun, bagi Kirana, yang lebih indah dari itu adalah pria di hadapannya.
Hari itu menjadi hari yang tak akan pernah ia lupakan.
Kirana tahu...
Dia juga telah jatuh terlalu dalam.
Dan dia tidak ingin kembali.
Hari itu, kencan pertama Kaelus dan Kirana berlangsung begitu manis.
Mereka bermain di taman hiburan, menikmati jajanan pinggir jalan, dan menghabiskan waktu bersama layaknya pasangan biasa.
Namun…
Tidak ada yang tahu bahwa di balik semua kemesraan itu, ada beberapa orang yang harus menjadi korban atas "kebucinan" Kaelus Moretti.
.
Salah satu aturan utama di perusahaan Moretti Group adalah:
"Jangan ganggu CEO jika dia sedang tidak ingin diganggu."
Dan hari itu, aturan itu berubah menjadi:
"Jangan ganggu CEO yang sedang kencan, atau kalian akan menghilang dari muka bumi!"
Beberapa pengawal pribadi Kaelus yang biasanya menjaga keamanan dan bisnisnya kini memiliki tugas yang jauh lebih berat.
Tidak, mereka tidak harus melindungi tuannya dari serangan musuh.
Tidak juga harus menghadapi mafia atau politik kotor.
Hari ini, tugas mereka adalah memastikan semua berjalan sempurna untuk kencan pertama tuan mereka.
Dan tentu saja, itu bukan pekerjaan yang mudah.
.
Salah satu agen, Marco, harus menggunakan seluruh kemampuannya untuk memastikan Kaelus dan Kirana tidak perlu antre lama di setiap wahana.
Dengan berbagai cara, dia berhasil mendapatkan tiket VIP di setiap permainan.
Namun, itu tidak semudah yang dibayangkan.
"Apa?! Tiket VIP habis?!" Marco hampir menjambak rambutnya sendiri ketika mendengar informasi itu dari petugas taman bermain.
Dia kemudian menghubungi seorang rekannya yang bertugas di bagian manajemen taman hiburan.
"Bro, tolong, ini darurat. Kaelus Moretti sedang kencan. Kalau dia sampai mengantre lebih dari lima menit, aku bisa kehilangan pekerjaanku… atau nyawaku."
Dengan usaha keras, akhirnya mereka bisa mendapatkan tiket eksklusif dan membuat Kaelus serta Kirana bisa menikmati permainan tanpa hambatan.
Tapi, Marco dan timnya?
Mereka justru sibuk berkeringat, memastikan tidak ada gangguan sekecil apa pun.
.
Saat Kaelus dan Kirana memasuki pusat perbelanjaan, beberapa agen lain sudah bersiap.
Mereka memastikan bahwa tidak ada wartawan atau orang usil yang akan mengganggu mereka.
Namun, tugas paling berat jatuh pada seorang agen bernama Victor.
Kaelus menginginkan pakaian yang serasi dengan Kirana, tetapi tidak mau Kirana mengetahuinya langsung.
Jadi, Victor harus menyelinap di antara rak pakaian, mengamati ukuran Kirana, dan memastikan pakaian yang dipilih Kaelus sesuai.
Ketika Kirana masuk ke ruang ganti, Victor langsung bergerak cepat.
"Kode hijau. Ulangi, kode hijau. Gadisnya masuk ruang ganti. Kaelus, sekarang waktu yang tepat untuk mengambil sweater yang sama."
Kaelus hanya mengangguk santai dan mengambil sweater yang serasi.
Sementara itu, Victor hampir terkena serangan jantung karena harus bergerak secepat mungkin agar tidak ketahuan.
Ketika Kaelus akhirnya mengenakan sweater itu dan Kirana menyadarinya, gadis itu tersenyum malu-malu.
Dan Victor?
Dia hampir pingsan di sudut toko karena terlalu banyak tekanan.
.
Kaelus mungkin ingin menikmati kencan secara sederhana, tetapi anak buahnya tidak bisa membiarkannya begitu saja.
Ketika Kaelus dan Kirana berhenti untuk membeli sate ayam, agen lainnya, Luca, memastikan bahwa makanan yang mereka beli berasal dari tempat yang higienis.
Dia diam-diam berbaur dengan pelanggan lain, mencicipi makanan lebih dulu untuk memastikan tidak ada yang aneh.
Setiap kali Kaelus membeli sesuatu, Luca memastikan tidak ada bahan berbahaya atau sesuatu yang bisa mengganggu kesehatannya.
Di balik layar, dia berjuang mati-matian agar kencan tetap berjalan lancar.
"Tolong, jangan ada yang sakit perut… Aku tidak mau kehilangan pekerjaanku hanya karena sate ayam," gumamnya dalam hati.
.
Misi terbesar dan paling berisiko terjadi di akhir kencan.
Kaelus ingin memastikan momen paling romantis terjadi di atas bianglala.
Saat itulah tim khususnya bekerja dengan keras.
Beberapa agen harus menyuap petugas pengelola taman hiburan agar memastikan bianglala berhenti tepat di puncak saat Kaelus dan Kirana berada di dalamnya.
Sementara itu, tim lain yang bertugas menyalakan kembang api harus menunggu dengan penuh waspada.
"Kalau salah waktu, kita semua tamat," bisik seorang agen yang memegang pemantik kembang api.
Di tengah malam yang tenang, mereka menunggu sinyal dari atas bianglala.
Ketika akhirnya Kaelus mencium Kirana, salah satu agen dengan cepat menekan tombol.
BOOM!
Langit malam dihiasi oleh ledakan kembang api yang indah.
Dari atas bianglala, Kirana menatap dengan penuh kekaguman.
Kaelus hanya tersenyum puas.
Namun, di bawah sana, para agen hanya bisa terduduk kelelahan.
Seorang agen bernama Riko mengeluh, "Aku sudah menghadapi baku tembak dengan mafia, tapi menyalakan kembang api untuk bos saat kencan ternyata jauh lebih melelahkan."
Agen lainnya mengangguk setuju.
"Tapi lihat bos kita… Dia tersenyum seperti itu… Sepertinya kita sudah melakukan tugas dengan baik."
Dan meskipun mereka harus berkeringat dan kelelahan, melihat kebahagiaan di wajah Kaelus membuat semua perjuangan mereka sepadan.
Hari itu, bukan hanya Kirana yang mendapatkan cinta.
Para agen setia Kaelus pun mendapatkan kepuasan karena berhasil menjalankan "Operasi Kencan Lancar" dengan sempurna.
Mereka hanya berharap…
Semoga tidak ada kencan lain yang harus mereka bantu lagi dalam waktu dekat.
Tapi sayangnya, mereka tahu bahwa Kaelus Moretti bukan tipe pria yang mudah puas hanya dengan satu kencan.
Mereka hanya bisa menghela napas panjang.
Dan berharap bos mereka tidak semakin bucin.
.
.
.