NovelToon NovelToon
LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Ilmu Kanuragan
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Seorang anak terlahir tanpa bakat sama sekali di dunia yang keras, di mana kekuatan dan kemampuan ilmu kanuragan menjadi tolak ukurnya.

Siapa sangka takdir berbicara lain, dia menemukan sebuah kitab kuno dan bertemu dengan gurunya ketika terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dalam dan terkenal angker di saat dia meninggalkan desanya yang sedang terjadi perampokan dan membuat kedua orang tuanya terbunuh.

Sebelum Moksa, sang guru memberinya tugas untuk mengumpulkan 4 pusaka dan juga mencari Pedang Api yang merupakan pusaka terkuat di belahan bumi manapun. Dialah sang terpilih yang akan menjadi penerus Pendekar Dewa Api selanjutnya untuk memberikan kedamaian di bumi Mampukah Ranubaya membalaskan dendamnya dan juga memenuhi tugas yang diberikan gurunya? apakah ranu baya sanggup menghadapi nya semua. ikuti kisah ranu baya hanya ada di LEGENDA PENDEKAR DEWA API

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 18

Selepas memastikan ikatan kedua peti di punggung kuda sudah kuat, Ranu berpikir sejenak sebelum berbicara kepada Geni.

"Aku berpikir untuk membakar rumah-rumah itu agar tidak dijadikan markas mereka lagi, bagaimana menurutmu?" ujarnya.

"Tampaknya kau sudah mulai bisa mengambil keputusan sendiri, Ranu," jawab Geni.

"Baiklah. Aku minta bantuanmu."

Ranu bergegas membawa kudanya menjauh dari perkampungan perampok tersebut. Setelah mengikat kudanya di sebuah tonggak kayu yang berada di gapura masuk, dia mencabut pedang Segoro Geni dan berlari cepat mencapai rumah paling ujung.

Berkali-kali Ranu menyabetkan pedangnya dan membakar setiap rumah di kampung perampok itu dengan semburan kobaran api yang keluar dari bilah Pedang Segoro Geni.

Kebakaran hebat pun terjadi. Gelapnya malam itu menjadi terang merah membara. Ranu yang sudah berada di samping kudanya langsung keluar dari markas para perampok Macan Kumbang.

Dia menuntun kuda tersebut berjalan menembus hutan menuju jalanan tempatnya awal tadi mengintai.

"Kenapa kuda itu kau tuntun saja?" tanya Geni keheranan di sela-sela perjalanan.

"Hehehe... aku lupa kalau tidak bisa naik kuda," jawab Ranu sambil terkekeh kecil.

"Eladalah ... dasar pendekar somplak! Kenapa aku mesti ikut pendekar edan sepertimu?" keluh Geni. "Sekarang kau terlihat seperti orang bodoh, membawa kuda tapi hanya dituntun saja tidak dinaiki."

Ranu terkekeh dalam hati mendengar sebutan baru yang disematkan Geni kepadanya. Sambil terus mengamati sekeliling, pemuda itu berjalan terus hingga sampai di jalan utama di luar hutan Larangan.

Sementara itu, para perampok yang terbagi menjadi tiga kelompok untuk mencari Ranu, dibuat terkejut karena melihat cahaya terang membara yang sumbernya berasal dari markas mereka.

Tanpa berpikir panjang semua anggota perampok itu berlari secepat yang mereka bisa dan kembali menuju ke markas tempat persembunyian selama ini.

Begitu sampai di dekat markas, anggota para perampok Macan Kumbang langsung lemas melihat markas kebanggan mereka sudah terbakar dengan hebat.

Salah satu perampok terlihat berjalan mendekati sesosok tubuh yang terlentang di depan gapura pintu masuk. Sesaat kemudian perampok tersebut berteriak begitu keras, "Pemimpin kita sudah meninggal...! Ketua Jarwo sudah meninggal!"

Mendengar teriakan itu, hampir semua anggota perampok yang berkerumun di luar markas mendekati jasad yang pemimpin mereka yang sudah membujur tak bernyawa.

Antara sedih dan senang tergambar di wajah para perampok itu. Sedih karena tempat tinggal mereka sudah terbakar hebat, dan senang karena ketua mereka yang terkenal kejam kepada anak buah sudah meninggal.

Sementara itu, Ranu terus menuntun kudanya hingga dia sampai di perempatan. Dia lalu belok ke kiri dengan harapan untuk menemukan dusun terdekat. Fisiknya sudah sangat lelah karena konflik yang tadi terjadi. Ingin dia mencari penginapan atau sekedar tempat untuk merebahkan diri agar tubuhnya bisa segar kembali.

"Ada yang masih banyak harus kau pelajari lagi, Ranu. Nanti aku akan mengajarimu agar dampak jurus Pedang Segoro Geni lebih hebat lagi," ucap Geni."Namun, kamu harus melakukan perjanjian darah denganku." lanjutnya.

"Perjanjian darah lagi... sudah aku bilang, aku tidak ingin menjadi tuanmu!" sahut Ranu.

"Tujuannya bukan agar kau menjadi tuanku, tapi agar kau bisa memaksimalkan kekuatanku. Tanpa perjanjian darah, selamanya aku akan menjadi pusaka tingkat rendah jika kau gunakan," balas Geni sedikit memberi penjelasan.

"Jadi harus begitu?"

"Memang harus begitu. Apa kau ingat yang Tuan Suro katakan tentang kau harus mengumpulkan 3 pusaka lain? Tidak mudah mendapatkan ketiga pusaka itu jika kemampuanmu masih seperti sekarang. Tenaga dalam Dewa Api juga tidak bisa selalu kau gunakan, karena ibaratnya hanya perlu kau gunakan di saat genting saja. Jurus-jurus dalam kitab yang kau bawa itu juga membutuhkan tenaga dalam besar.""Kenapa kakek tidak bilang kepadaku kemarin-kemarin?"

"Karena kakekmu tidak mengerti, Ranu. Aku sudah lama mengikuti tuan Dewangga. Jadi aku tahu betul bagaimana beratnya menjadi penerus Pendekar Dewa Api."

Ranubaya kemudian berhenti dan kemudian bersandar di bawah sebuah pohon besar setelah mengikat kudanya. Dia berencana untuk beristirahat di tempat itu sampai pagi tiba.

"Baiklah, Geni. Kita lakukan perjanjian darah. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Ranu lagi.

"Teteskan darahmu di bilah Pedang Segoro Geni dan biarkan bereaksi dulu."

Ranu mengernyitkan dahinya, "Bagaimana aku mengeluarkan darahku?"

"Buka mulut kudamu dan masukkan jarimu digiginya lalu pukul kepalanya. Kuda itu pasti akan menggigit jarimu!""Yang ada jariku bakal putus,

Geni!!!"

"Masa hal remeh seperti itu saja kau bertanya padaku! Menyesal aku mengikuti pendekar bodoh, gendeng, somplak sepertimu," dengus Geni kesal.

"Hehehe ... begitu saja kau marah, Geni. Seperti emak-emak lagi dapat saja kau!"

"Bodo amat!"

Sambil terkekeh, Ranu menggigit ujung jari kelingkingnya sedikit dan meneteskan darahnya beberapa tetes ke bilah Pedang Segoro Geni.

Sesaat kemudian, pedang pusaka yang dipegang Ranu memunculkan reaksinya.

Kobaran api berwarna hitam muncul dari bilahnya dan berkobar hebat. Ranu bahkan sampai menjauhkan pedang tersebut dari wajahnya karena merasakan panas yang amat sangat.

Tak lama kemudian, kobaran api hitam merembes masuk ke dalam tubuh Ran dan membuat tubuh pemuda itu bergetar hebat.

"Jangan dilawan! Biarkan Api hitam itu mengalir di tubuhmu."

Ranu kemudian bersila dan memfokuskan pikirannya. Dia merasakan efek yang sama seperti ketika mempelajari tenaga dalam dari Surojoyo.

Untuk beberapa saat, tubuh pemuda itu mengejang hebat dan kemudian jatuh telentang namun tidak pingsan. Dia hanya merasa begitu lelah setelah api hitam menyusuri setiap bagian tubuhnya.

"Sekarang tidurlah dahulu sambil menunggu pagi. Besok akan kujelaskan apa api hitam itu."

***

Hampir 3 jam Ranu tertidur karena saking lelahnya. Dia kemudian terbangun setelah hangatnya matahari pagi yang terbit menyapa wajahnya.Ranu meregangkan kedua tangannya sambil menguap lebar seperti kudanil yang lagi membuka mulutnya.

"Pagi yang sangat cerah," gumamnya pelan sebelum bangkit dan menuju kudanya yang masih terikat di pohon.

Ranu berinisiatif untuk belajar menaiki kuda jika sampai di kampung terdekat. Dia beranggapan jika belajar sendiri tanpa tekhnik, bisa-bisa tulang-tulangnya akan patah jika terjatuh dari kuda.

Pemuda yang fisiknya cukup kekar itu kemudian menuntun kudanga untuk meneruskan perjalanan.

Di sepanjang jalan, orang-orang yang berpapasan dengannya memandang dengan heran, tapi Ranu memasang muka cuek. Dia tak peduli dengan tatapan orang-orang yang menganggapnya aneh.

Sesampainya di sebuah dusun yang lumayan besar, Ranu membaca tulisan yang berada di gapura masuk.

'Dusun Pringsewu'

Ranu terkekeh membaca nama dusun yang menurutnya aneh. Sebab dia tidak melihat ada satu pun pohon bambu yang tumbuh di dusun tersebut.

Dia lalu berjalan dan mencari kedai makan untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Sudah hampir sehari semalam perutnya belum terisi makanan sedikitpun. Tatapan matanya melihat sebuah kedai makan yang ramai pengunjung keluar masuk.

"Pasti makanannya enak sampai sebegitu ramainya," ucapnya dalam hati.

Ranu mengikat tali kudanya setelah sampai dan memasuki kedai makan yang hampir semua mejanya terisi penuh oleh pengunjung.

1
momoy
semangat Thor semoga cepat update nya
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor jgn lama2 update nya,syg cerita sebagus ini gantung di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: makasih Thor 🙏🙏🙏
Fikri Anja: soalnya author lagi gak enak badan...insaallah nanti author akan update.ini author lagi nulis biar cerita ranu makin seru...
total 2 replies
🥀⃟ʙʀRos🥀
semakin kece badai cerita nya Thor lanjut 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
makin gokil aja jurus nya Ranu Thor, lanjut tetap semangat 🙏🙏🙏
sadi rimba sikuburan stress
/Grin/
🥀⃟ʙʀRos🥀
berasa makin lama makin pendek chapter nya Thor🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
lanjut Thor pokok e kece badai 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor lanjut mudah mudahan jangan putus di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: semangat Thor🙏🙏🙏
Fikri Anja: insaallah aman
total 2 replies
anggita
lanjut berkarya tulis, semoga novelnya sukses.
anggita
like👍+iklan☝untuk novel fantasi timur nusantara.
anggita
nama jurusnya.. keren👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!