Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Arini mengintip dari balik jendela kamarnya. Ia tersenyum ketika Dodi melambaikan tangan serta memberikan kiss bye untuknya. Ia pun membalas lambaian tangan serta kiss bye yang dilemparkan oleh suaminya itu.
Setelah Dodi pergi, Arini pun kembali ke tempat tidur. Di mana si kecil Azkia masih terbaring di sana. Ia kembali mengecek suhu tubuh Azkia dan ternyata suhunya naik lagi. Dari yang hanya 37,7 derajat celcius. Sekarang menjadi 38,3 derajat celcius.
Arini tampak sedih, ia terus memperhatikan wajah mungil itu sambil mengelus puncak kepalanya. "Cepat sembuh ya, Nak. Ibu rindu celotehanmu, senyumanmu, tawamu, semuanya," gumam Arini.
Arini bangkit dari posisinya kemudian berjalan menghampiri kotak P3K. Ia meraih sebuah kompres instan yang ada di dalam kotak tersebut dan membawanya kembali ke tempat tidur. Arini merekatkan kompres tersebut ke kening si kecil Azkia dan berharap benda itu bisa meredakan demamnya.
"Semoga suhu badannya segera turun," gumam Arini lagi.
Detik berganti menit dan menit pun akhirnya berganti jam. Bukannya turun, suhu badan Azkia semakin meningkat dan kini sudah hampir mencapai 39 derajat celcius. Arini semakin panik. Bayi perempuannya itu bahkan terlihat begitu lemah.
"Azkia, kamu dengar Ibu. Bertahanlah, Nak. Ibu akan segera mencari pertolongan," ucap Arini sembari meraih gendongan kemudian meletakkan bayi mungil itu ke dalam gendongannya.
Tak lupa, Arini juga meraih ponsel miliknya yang ia letakkan di atas nakas. Sambil menggendong si kecil Azkia, Arini mencoba menghubungi Dodi yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena Dodi terlalu sibuk, ia tidak sadar bahwa layar ponselnya terus berkedip-kedip saat itu.
Arini tidak pantang menyerah. Ia terus mencoba menghubungi suaminya tersebut. Namun, sayangnya Dodi tetap tidak menyadari panggilan tersebut. Ia tetap sibuk dengan beberapa berkas yang ada di hadapannya. Hingga akhirnya, Arini pun menyerah.
Ia keluar dari kamarnya dengan wajah cemas dan kebetulan saat itu Bu Nining sedang duduk bersantai di ruang televisi sambil menonton gosip selebritis. Arini menghampiri Bu Nining, berharap Ibu mertuanya itu bisa memberikan solusi atau pendapat untuknya dan si kecil Azkia.
"Bu," panggil Arini yang kini berdiri di samping sofa, yang sedang di duduki oleh Bu Nining.
Bu Nining mendelik sebentar kemudian kembali fokus pada layar televisi. "Apa?" jawabnya dengan nada ketus.
"Bu, cobalah sentuh tubuh Azkia. Dia demam dan suhu tubuhnya terus meningkat. Sekarang apa yang harus aku lakukan, Bu?" tanya Arini yang memang tidak memiliki pengalaman soal merawat bayi.
Bu Nining kembali mendelik sekilas kepada Arini yang masih berdiri di sampingnya. "Memangnya apa peduliku? Bukankah sudah pernah aku katakan sebelumnya padamu bahwa jangan pernah meminta bantuan padaku. Urus saja sendiri, kamu 'kan Ibunya!" ketus Bu Nining.
"Bu--" Suara Arini tercekat di kerongkongan. Ia tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar jawaban dari Bu Nining barusan.
"Sudah, sana pergi! Jangan ganggu aku," sambung Bu Nining yang kembali fokus pada layar televisi.
Tiba-tiba tubuh kecil Azkia mulai bergerak-gerak di dalam gendongan Arini. Arini segera menoleh dan ternyata bayi mungil itu mulai kejang-kejang di dalam sana. Arini panik dan segera berlari keluar rumah.
Arini mencari seseorang yang bisa menolongnya karena ia sama sekali tidak memiliki pengalaman soal itu. "Ya, Tuhan! Tolong jangan ambil anakku," gumam Arini sambil terus berlari.
Hingga akhirnya ia menemukan seseorang yang merupakan tetangga sebelah rumahnya. Arini berlari menghampiri wanita paruh baya itu kemudian memanggilnya.
"Bu, tolong saya! Lihatlah, apa yang terjadi pada bayi saya. Saya tidak tahu harus bagaimana?" ucap Arini dengan derai air mata.
Wanita itu segera mengintip si kecil Azkia yang sedang berada di dalam gendongan Arini kemudian membulatkan matanya. "Ya ampun, Arini! Anakmu kejang, sebaiknya cepat bawa dia ke Rumah Sakit!" pekik wanita itu.
"Rumah Sakit?!"
"Ya Arini, cepat!" titah wanita itu dengan wajah cemas.
"Baiklah. Terima kasih banyak, Bu." Arini segera berbalik dan bersiap pergi dari tempat itu. Namun, baru beberapa langkah, wanita itu kembali memanggil Arini.
"Arini, tunggu! Biar anak Ibu yang anterin kamu ke Rumah Sakit," ucap wanita baik hati tersebut.
Arini pun segera mengangguk dan menunggu Ibu tersebut memanggil anak lelakinya. Tidak berselang lama, lelaki itu pun keluar dari rumahnya sambil berlari kecil. Ia menghidupkan mesin mobilnya kemudian bersiap mengantarkan Arini ke Rumah Sakit.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/