NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:45.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 32

Penerbangan dari Singapura ke Bali tidak memakan waktu yang lama. Hanya dalam waktu tak sampai tiga jam, jet pribadi Rainero telah mendarat di bandara internasional Ngurah Rai. Rainero turun mengenakan kaos berwarna putih, dilapis jaket kulit berwarna hitam, dan celana jeans hitam. Tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidungnya membuat kadar ketampanannya meningkat berkali-kali lipat.

Sepanjang Rainero berjalan di koridor bandara, sepanjang itu pula ia menjadi santapan lapar banyak mata. Bagaimana tidak, pria bertubuh tinggi dan gagah, berkulit putih dengan hidung yang begitu mancung, pun penampilan yang aduhai memanjakan setiap mata yang melihatnya terkhusus para wanita. Tak sedikit yang mengabadikan momen tersebut dengan mengambil gambar maupun video menggunakan handphone masing-masing. Kapan lagi mereka bisa menangkap secara langsung penampakan laki-laki super tampan nan gagah menggunakan handphone sendiri. Biasanya mereka hanya bisa melihat wajah-wajah seperti itu melalui layar ponsel, terkhusus sosial media dan fans page yang membahas laki-laki berparas tampan dengan segudang aktifitasnya.

"Rain," panggil Axton yang ternyata telah tiba terlebih dahulu di sana.

Axton menyusul datang ke sana. Tentu saja Rainero membutuhkan asisten pribadinya itu. Yang akan mereka lawan alias saingan mereka bukan hanya satu perusahaan, tapi banyak. Hampir semua perusahaan di dunia yang memiliki bisnis serupa mengikuti tender ini. Bali hanya sebagai tempat dilaksanakannya tender, tapi untuk Colloseum of Art sendiri akan dibangun di Paris, Perancis.

Axton tiba kemarin. Ia tiba lebih awal untuk mempersiapkan segala kebutuhan Rainero selama di sana.

Rainero mendekat dengan wajah datarnya. Tak ada senyum. Hal yang biasa ia lakukan bila berada di tempat umum. Ia tak ingin terlalu beramah tamah. Biar saja orang mengatakannya arogan. Dirinya bukan artis ataupun pejabat yang harus melakukan pencitraan. Justru sikap ini dapat membuat orang-orang jadi segan padanya.

Rainero mengangguk sebagai respon. Axton yang memang telah khatam sifat dan sikap sahabat sekaligus atasannya itu tidak mempermasalahkan respon laki-laki tersebut. Ia pun langsung melangkah mengarahkan Rainero menuju mobil sewaannya selama di Bali.

Bodyguard sekaligus sopirnya selama di Bali membukakan pintu. Rainero pun gegas masuk ke kursi belakang, sedangkan Axton duduk di kursi depan samping kemudi.

Matahari sudah beranjak naik ke atas kepala. Cuaca di Bali saat itu terasa amat terik membuat Rainero memilih menurunkan kaca mobilnya sambil memandang ke sepanjang jalan.

"Apa kau sudah menemukan petunjuk keberadaan Shenina, Rain?" tanya Axton penasaran.

Selama seminggu ini, mereka tidak berkomunikasi sama sekali. Hanya kemarin malam saja sesaat setelah Axton tiba di Bali, ia mengabarkan sekaligus memberitahu gambaran lokasi dilaksanakannya tender. Jadi Axton tidak tahu sama sekali perkembangan pencarian Rainero terhadap Shenina.

Rainero menggelengkan kepalanya tanpa menoleh sama sekali.

"Ternyata dia sangat pintar bersembunyi. Entah dimana kini dia berada, tapi yang pasti aku takkan menyerah untuk menemukannya," tukas Rainero.

Padahal hari itu akhir pekan, tapi lalu lintas masih terlihat ramai.

"Rain, bagaimana kalau dia ... sudah tiada?" cetus Axton tiba-tiba membuat rahang Rainero seketika mengeras dengan sorot mata tajam. Bahkan tajamnya silet pun mungkin kalah tajam dari tatapan Rainero.

"Sorry, kalau kata-kataku terdengar jahat. Tapi ... kau tahu sendiri dengan apa yang Shenina alami. Bagaimana kalau dia berpikir singkat dan mengambil jalan yang ekstrim seperti ... bunuh diri. Apa kau akan ... "

"Jangan pernah bicara macam-macam! Apa kau sadar kata-katamu sungguh sangat keterlaluan?" sentak Rainero marah.

"Sorry, aku hanya ... mengutarakan isi pikiranku. Bukankah kita harus selalu siap dengan segala kemungkinan?"

"Dengarkan aku, aku Rainero, anak yang Shenina kandung adalah anakku. Biarpun dia tercipta bukan karena rasa cinta, tapi kami memiliki ikatan batin yang kuat. Aku bisa merasakan dengan pasti, kalau mereka masih ada. Aku bisa merasakan kehadirannya meskipun kami terpisah jauh. Aku ... yakin dan percaya kalau mereka sedang menunggu kedatanganku," tegas Rainero.

"Tapi kita harus siap dengan segala kemungkinan, Rain? Apa kau akan terus menggila seperti ini? Kau bahkan sampai meninggalkan pekerjaanmu demi menemukan Shenina."

Axton bukan berniat jahat, ia hanya ingin mengingatkan Rainero dengan segala kemungkinan. Apalagi karena sibuk mencari Shenina, ia meninggalkan pekerjaannya. Meskipun ia masih sanggup menggantikan pekerjaan laki-laki itu, tapi tidak semua pekerjaan dapat ia tangani seorang diri. Dirinya hanyalah seorang asisten pribadi, bukan pemimpin yang memegang wewenang penuh atas perusahaan. Rainero memiliki tanggung jawab yang besar bukan hanya pada perusahaan, tapi juga pada ratusan karyawannya.

Rainero mendengkus, "kalaupun itu memang benar terjadi, sampai ke akhirat pun aku akan mengejarnya," ucapnya tegas tanpa ragu sedikitpun membuat Axton sampai tercengang.

"Jadi kau akan menyusul mereka begitu? Kau mau ikutan mati?" beo Axton tak menyangka akan mendengar jawaban tak terduga dari Rainero. Ia pikir, Rainero akan menyerah, tapi pikirannya salah. Rainero benar-benar serius ingin menemukan Shenina dan calon anaknya.

Rainero mengedikkan bahu, malas menjawab. Axton akhirnya terdiam. Ia tak mau membuat mood Rainero kian terjun bebas yang mana dampaknya akan menyulitkan dirinya sendiri.

Saat mobil melaju dengan kecepatan sedang, tiba-tiba Rainero terkesiap saat melihat seorang perempuan cantik yang duduk di bangku samping kemudi. Mobil itu berjalan bersisian dengan mobilnya. Perempuan cantik itu tampak berbincang dengan seseorang di sebelahnya. Yang membuat Rainero terkesiap adalah wajah perempuan itu sangatlah familiar. Tak lama kemudian, mobil itu sepertinya menaikkan kecepatan saat jalan kembali sedikit lengang setelah tadi sempat merapat.

Melihat mobil itu mulai menjauh, Rainero lantas berseru, "Axton, katakan pada sopir itu untuk mengejar mobil putih di depan! Cepat!!!" seru Rainero panik, takut kehilangan jejak mobil yang sejak tadi jadi fokusnya.

"Apa? Kenapa? Ada apa?" tanya Axton bingung. Bukannya cepat melakukan apa yang Rainero ucapkan, ia justru bertanya balik.

"Aku katakan cepat kejar mobil putih itu! Atau sini, biar aku saja yang menyetir," pekik Rainero kesal saat Axton tidak langsung menuruti perintahnya. Apalagi, saat Rainero lihat, mobil yang di dalamnya ada perempuan yang sangat familiar di matanya, sudah melaju cukup jauh.

"Hei, no! Jangan gila! Ingat, kita sedang di negara orang, kita harus menjaga sikap!" seru Axton ikutan panik. "Oke, oke, kamu, cepat kejar mobil ... mobil putih yang mana?" tanya Axton saat melihat ada 3 buah mobil putih di depan sana.

"Itu, yang ada di sebelah kiri, nomor platnya DK 444 AN."

Tak lama kemudian, mobil mereka pun melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Karena jalan kembali lengang, beberapa mobil di belakang Rainero ikut menaikkan kecepatan sehingga beberapa kali menghalangi jarak pandang Rainero, Axton, dan sopirnya.

"Shittt! Heh, kalian, minggir semua," teriak Rainero menggila di dalam mobil membuat Axton sampai melotot karena baru kali ini ia melihat sisi gila sang sahabat.

"Are you crazy, Rain? Sebenarnya kau kenapa? Siapa yang ada di dalam mobil itu?" seru Axton kebingungan.

"Shen, aku melihat Shen ada di dalam mobil itu! Cepat salip mobil hitam di depan, cepat!" teriak Rainero menggebu. Kepalanya bahkan telah menyembul di antara Axton dan sang sopir.

"Heh, kau mau kita semua di tangkap polisi? Cepat kembali ke belakang!"

"Tidak. Aaargh ... kau menyetir lamban sekali. Seperti keong," umpat Rainero kesal.

"Ini sudah cukup tinggi, Rain. Bisa-bisa kita ditangkap polisi karena ngebut di jalanan. Apa kau mau kita semua dideportasi dari sini, hah?"

"Tapi aku tak ingin kehilangan jejak Shen lagi, Axton. Apa kau tidak mengerti itu?" Rahang Rainero mengeras. Kedua tangannya mengepal. Ia benar-benar kesal saat ini.

Ckittttt ...

"Heh, sialan, kenapa berhenti, hah? Apa kau mau aku lempar ke luar?" sentak Rainero kesal.

"Maaf pak bos, tapi sekarang lampu merah. Kita tidak bisa menerobosnya begitu saja," jelas sopir merangkap bodyguard Rainero tersebut.

Rainero melongokan kepalanya ke luar dan benar saja, kini mereka telah terjebak di lampu merah. Rainero lantas meninju sandaran kursi di depannya membuat Axton membeliakkan matanya.

"Aaarg ... sial," pekik Rainero setelah sadar ia telah kehilangan jejak mobil tadi.

"Rain, apa kau yakin orang yang mau lihat itu benar-benar Shenina?" tanya Axton ragu-ragu.

"Aku yakin itu dia."

"Tapi bagaimana kalau kau hanya salah penglihatan saja? Ingat, sudah beberapa kali kau salah melihat. Kau melihat seorang pejalan kaki seperti Shenina. Lalu kau melihat seseorang yang sedang menunggu taksi seperti Shenina. Bahkan seorang office girl pun pernah kau kira Shenina. Di matamu seakan-akan yang ada hanya Shenina saja. Bisa jadi yang tadi ..."

"Jadi kau tidak percaya padaku, hah?" teriak Rainero. Ia memukul kaca mobil dengan keras hingga buku-bukunya membiru.

"Bukan begitu, Rain. Aku hanya ... "

"Shut up!" bentak Rainero. Lalu ia memalingkan wajahnya ke samping. Dalam hati ia berharap, apa yang ia lihat, benar-benar Shenina.

'Semoga itu benar-benar kau, Shen. Semoga aku bisa segera menemukanmu.'

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
salmah asri
luar biasa
Cindy Cindy
Luar biasa
salmah asri
🥳🥳🥳❤️❤️❤️
Wiwinsutarsih Winsu5282
kasian s Jesica SDH jatuh tertimpa tangga pula🤦
salmah asri
rain ngidam🤭
salmah asri
kasihan shenina😥
chan
Detektifnya abal2 sih.Harusnya dari awal pencarian,cari kesana juga.
chan
panggilannya ganti ke AX aja yah thor seperti awal baca, kalau TON itu bacanya kurang pas githu😁
Aisyah Isyah66
Luar biasa
Wiwinsutarsih Winsu5282
paling muak SMA cewe bermuka 2 kaya s Jesica 😏bpknya bodoh mau aja d bodohi SMA pembantu SMA anknya😏🤦
Sumiati 32
perusahaan Mark nih
Adisti mark
Sumiati 32
cleaning service , pasti Rose
Nur Rahmawati
kesian
Sri Astuti
keren Jen.. luarbiasa
Sri Astuti
okelah klo bgt
Sri Astuti
hahaha... naik trail otomatis membantu terbukanya jln lahir.. untung ga brojol di jln.. 🤣🤣🤣🤣
Sri Astuti
setidaknya Eve menyadari kesalahannya dan menrbus dgn memberi kehidupan pd anak semata wayangnya...
Nur Rahmawati
heh gak tunggu pembalasn nya
Sri Astuti
semoga saja Jeffri tertolong..
Sri Astuti
ada aps dgn Jeffri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!