Deskripsi
Perjalanan hidup seorang gadis perantauan, hidup dikota dengan harapan bisa merubah ekonomi keluarga nya.
Sebut saja Aisha, dia terkenal dengan sikap nya yang terkesan dingin, tak pandai berteman dan sering memilih untuk menyendiri.
Kesendirian itulah yang membuat nya bertemu dengan gadis cantik keturunan Korea.
Pertemuan itu pun akhirnya membuat Aisha nyaman dan memilih untuk berteman dengan gadis Korea yang sebenarnya tidak terlihat oleh mata teman-teman kerja nya.
Bagaimana kisah Aisha yang berteman dengan hantu?
Ikuti keseruan ceritanya hanya di novel karya putri cobain.
Silahkan membaca, ditunggu like komen dan jangan lupa subscribe nya, biar semangat update nya 😃😃🙏 terima kasih sebelumnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
Dengan cepat, pak Doni langsung memukul Rey dan juga Asti, mereka berdua dianggap sebagai teman dekat Aisha.
"Ini gara-gara teman kalian."
Ucapan pak Doni yang tidak di mengerti oleh Rey dan Asti.
"Apa lagi pak, teman ku yang mana lagi, semua teman ku sudah kamu habisi bukan?."
Tanya Rey yang merasa jika teman-teman nya meninggal karena ulah pak Doni.
"Sean!, Aisha, mereka berdua telah berani membongkar tempat jasad Ara, itu sangat menyebalkan."
Teriak pak Doni yang menyebut dua nama.
"Hahahaha, bagus lah kalau begitu, aku ikut senang mendengar nya."
Jawab Rey yang justru terlihat senang.
"Kurang ajar kamu!, rasakan akibatnya Rey."
Ucap pak Doni yang langsung memukul kaki Rey yang terluka.
Begitu kerasnya pukulan pak Doni, Rey pun berteriak menahan kesakitan nya, dan Asti pun merasa kasihan dan langsung melindungi Rey sehingga membuat tubuh nya yang terkena pukulan hebat pak Doni.
"Jadilah orang cacat seumur hidup kamu Rey!"
Teriak pak Doni yang langsung memukul kembali.
Namun, teriakan Asti justru yang terdengar menjerit kesakitan, sehingga membuat pak Doni berhenti memukul.
"Asti!, apa yang lu lakuin stupid!."
Teriak Rey yang melihat Asti kesakitan diatas tubuh nya.
"Tidak apa-apa, aku juga akan mati, setidaknya bertahan lah hidup untuk Aisha."
Jawaban Asti yang terdengar sangat memilukan.
"Konyol, biarkan saja gua cacat, kenapa lu harus lindungi gua."
Jawab Rey kembali pada Asti.
Pak Doni pun langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Asti dan Rey kembali ke tempat mereka, dengan darah yang mengalir dari tubuh mereka masing-masing.
"Bawa Rey ke dalam sel mereka, aku tidak mau dia mati, setidaknya ada teman-teman nya yang akan menjaga nya."
Teriak pak Doni yang menyuruh Rey dibawa bersama ke ruangan Asti.
Sesampainya di ruangan itu, Seli, dan yang lainnya pun dibuat ketakutan saat melihat Asti dan Rey yang terluka.
"Asti, apa yang mereka lakukan?."
Tanya Seli yang langsung memeluk tubuh Asti.
Sementara itu, Rey tergeletak di depan pintu, dan langsung di tolong oleh Jihan teman satu bagian Aisha.
"Rey, kaki lu hampir patah, sini biar aku sedikit aku tahan."
Ujar Asti yang langsung membuka kerudung nya untuk membalut kaki Rey.
"Tidak perlu, siapa juga lu, gua nggak kenal."
Ucapan Rey yang menolak saat Jihan mencoba untuk membantu nya.
"Heh Jihan!, nggak usah lu tolongin dia, orang sok cool di pabrik memang pantas jadi cacat!."
Teriak Jangkung yang melarang Jihan yang sedang membalut luka Rey.
"Gua nggak peduli, setidaknya gua masih ada kebaikan disaat terakhir gua."
Jawab Jihan yang melanjutkan untuk membalut kaki Rey.
Rey pun berteriak kesakitan saat Jihan mengikat kaki nya.
"Diam Rey, setidaknya lu bisa bertahan, jangan sampai kaki lu patah dan menjadi cacat seumur hidup lu."
Jawab Jihan yang melihat wajah Rey.
Rey pun melihat wajah Jihan dan langsung melihat ke arah Asti yang pingsan di dekat teman-teman nya.
Rey pun berpikir jika selama ini dirinya terlalu berlebihan, hanya memandang dari segi fisik dan materi saja.
"Thanks, gua nggak bakal lupain kebaikan lu, sorry jika selama ini gua udah jahat pada lu semua."
Ucap Rey yang merasa bersalah dengan sikap nya selama ini.
"Rey, nggak perlu minta maaf, lu nggak salah, wajar jika lu bersikap seperti itu."
Ucap Jihan yang tersenyum pada Rey.
"Gua udah salah, selalu menganggap kalian di bawah level gua, itu kesalahan terbesar gua."
Jawab Rey yang terdengar sangat sedih.
"Rey!, syukurlah kalau lu sadar sekarang, nggak usah terlalu pilih-pilih dalam berteman."
Jawab Seli yang ikut mendengar ucapan Rey dan Jihan.
"Oh iya, sebenarnya apa yang pak Doni ingin kan, kenapa dia menyekap kita."
Tanya Seli kembali.
"Gua nggak tahu, tanyakan saja pada pak Doni."
Jawab Rey dengan sikap nya yang berubah panik.
"Tidak apa-apa Rey, gua yakin lu pasti tahu sesuatu kan?."
Ucapan Jihan yang membuat Rey kembali melihat wajah nya.
Hati Rey hancur saat itu, bagaimana bisa dia ceritakan sesuatu yang mungkin tidak mereka percayai, namun inilah saat-saat terakhir mereka bersama, entah esok hari, lusa atau saat ini nyawa mereka akan ditumbalkan.
"Gua nggak bisa ngomong, jangan paksa gua."
Jawab Rey yang terlihat sangat ketakutan.
"Rey, jika nanti gua mati, lu masih mau berteman dengan Aisha?."
Tanya Jihan yang seakan tahu jika dirinya akan mati.
"Jihan, lu nggak bakal mati, Aisha dan Sean pasti akan datang dan menyelamatkan kita."
Jawab Rey yang yakin jika Sean dan Aisha pasti akan datang.
"Tidak perlu menghibur Rey, gua nyesel dengan sikap gua pada Aisha, gua nggak pernah percaya dengan ucapan nya, bahkan gua berpikir jika Aisha memang gila."
Ucap Jihan yang langsung meneteskan air mata nya.
"Sssst, jangan bicara seperti itu, Aisha justru sangat khawatir pada kalian."
Jawab Rey yang membuka tentang Aisha.
"Sok tahu lu, bilang saja kalau sekarang lu butuh dia bukan?."
Ucapan Seli yang terdengar sangat menyebalkan.
"Kalau ia kenapa?, kurang baik apa Aisha pada kalian, kurang peduli apa dia?."
Teriak Rey pada Seli.
"Sekarang lu baru bilang dia baik, karena ada butuh nya aja kan?."
Jawab Jangkung yang juga tidak percaya pada Rey.
"Asal kalian tahu, Aisha sudah melarang kalian makan daging itu bukan?."
teriak Rey kembali pada Seli dan Jangkung.
"Memang nya kenapa kalau kita ikut makan Rey?."
Tanya Jihan yang kaget mendengar ucapan Rey.
"Terbakar di pabrik, korban tewas semua nya adalah orang yang memakan daging itu."
Jawab Rey yang langsung membuat Jihan syok berat.
Jihan ingat betul saat itu, disaat teman-temannya begitu lahapnya memakan daging yang disediakan di pabrik, justru dia kaget saat melihat Aisha yang menggelengkan kepalanya ke arah nya, mungkin itu yang dimaksud oleh Aisha.
Sementara itu, semua orang yang ada pun ikut mengingat kembali saat itu, dimana saat Aisha melarang nya, mereka pun segera memuntahkan daging yang sempat di makan mereka.
Dengan begitu, mereka berhasil selamat dari kebakaran hebat yang terjadi di pabrik.
"Rey, jadi Andi dan Adit mereka berdua ikut makan?."
Tanya Jihan pada Rey.
"Iya, kita semua mabuk saat itu, sehingga membuat kita lupa dengan ucapan Aisha."
Jawab Rey yang langsung mengusap air matanya.
"Sorry Rey, kita ikut berduka."
Kata maaf Jihan yang mewakili semua yang ada di sana.
Kini tinggal penyesalan yang tersisa, hanya kenangan mereka yang tertinggal dan selalu di ingat selama nya.
"Bodoh emang gua ini, gua nggak pernah denger apa kata orang lain."
Ucap Rey yang sangat merasa bersalah.
"Mungkin memang sudah jalan hidup nya, dan sekarang kita juga ada diposisi yang sama."
Jawab Jihan yang merasa jika dirinya akan meninggal dalam waktu yang dekat.
Tak lama kemudian, Asti yang pingsan pun kembali sadar dan langsung melihat ke arah Rey.
"Rey, kaki lu nggak kenapa-napa?."
Tanya Asti yang begitu perhatian nya.
"Tidak apa-apa, sory udah bikin lu terluka."
Jawab Rey yang mencoba untuk bangkit namun sulit.
"Slow Rey, kita ada diposisi yang sama, kapan lagi kita bisa kumpul sedekat ini."
Jawaban Asti yang membuat semuanya diam.
"bagaimana dengan keadaan Sean dan Aisha, dan ada satu lagi, entah siapa dia."
Tanya Asti yang mengingat kembali kejadian saat penculikan.
"Aska, dia teman gua, dia meninggal dunia."
Jawaban Rey yang terdengar sangat memilukan di hati Asti.
"Apa!, dia meninggal dunia, ini semua salah gua Rey, ini salah gua!."
Teriakkan Asti yang merasa jika dirinya adalah penyebab kematian Aska.
"Ini bukan main-main, mungkin benar apa yang dikatakan Jihan, kita semua akan mati disini."
Kata-kata Seli yang membuat mereka semakin putus asa.
Mereka pun saling berpelukan dan saling berusaha untuk menguatkan satu sama lainnya, namun bagaimana nasib mereka kedepannya?
lanjutkan semangat menulis dan berkarya selalu