Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
..."𝙱𝚎𝚛𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙 𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚛𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚍𝚒𝚙𝚊𝚝𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒"...
...𝓚𝓮𝓱𝓴𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓾𝓱 𝓛𝓾𝓴𝓪...
"Tolong!!"
"Siapapun tolong!!"
Rintikan hujan mulai membasahi tanah satu persatu bersiap mengguyur siapapun yang ada di bawah naungannya. Rambut coklat yang lebat nan indah itu kini mulai basah oleh air yang diturunkan Tuhan dari langit. Hawa dingin menyeruak dan menusuk-nusuk kulit gadis yang tengah lari di tengah kegelapan malam.
Malam yang indah namun entah mengapa saat ini sedikit terasa menyeramkan. Langkah kaki yang sedang berlari itu kini semakin bergerak lebih cepat disertai dengan deru nafas yang mulai tersengal. Mata indahnya mengeluarkan air mata dan tersapu oleh air hujan.
"Entah aku selamat atau tidak hari ini" gumamnya sambil terus menembus dinginnya hujan. Pandangannya sedikit kabur dan sulit untuk melihat apa yang ada di depannya.
"Kembali kau!!" teriak seorang pria yang kini berada di belakangnya.
"Aku tidak akan pernah ikut denganmu!!" teriak gadis itu dengan lantang
"Sekarang kau berani rupanya" ucap pria itu dan tersenyum remeh. Seorang pria dengan rupa yang sangat bengis itu kini mencengkeram erat leher gadis yang ada di hadapannya.
"Lepas!!" teriak gadis itu seraya berupaya untuk lepas dari cengkeraman pria yang tak punya hati itu.
"Teriaklah sesukamu cantik"
"Aku suka teriakan indahmu itu" Pria itu tertawa dan mengusap pipi wajah ayu gadis itu "Teriaklah lagi. Karena aku sangat menyukainya"
"Pria gila!!" umpat gadis itu dan meludah tepat di wajah laki-laki yang sangat dia benci itu.
"Yaaa!! Aku gila karenamu" ucap pria itu dan memeluk tubuh wanita tersebut dengan sangat erat seolah tak ingin membiarkannya lepas dari jeratan hidupnya.
"Jangan pernah pergi dariku"
"Jijik!! Lepas!!" Semesta seolah tak mendukungnya. Seberapa kerasnya dia berteriak tidak ada satupun yang mendengarnya karena dirinya saat ini berada di tempat yang cukup sepi dan jarang dilalui oleh warga sekitar.
"Lepasss.. " Suaranya mulai melemah karena bekapan dari pria yang kini memeluknya itu tengah memberinya obat bius.
"Maaf sayang tapi aku tidak ingin kamu pergi dariku" Perlahan pria itu membaringkan tubuh lemah yang tak sadarkan diri itu di tanah aspal yang sedang basah oleh air hujan.
Tangannya mulai melepas ikat pinggang yang melilit di sekitar pinggangnya. Bibirnya terangkat seolah puas melihat mangsa yang ada di hadapannya kini.
Plakkk
Plakkk
Plakkk
Pukulan demi pukulan pria itu layangkan pada tubuh ringkih yang sedang terbaring tanpa belas kasihan. "Bukankah aku sudah memperingatkan dirimu untuk tetap berada di sisiku. Tapi ini hukuman kecil untukmu karena berani membangkang" bisiknya di telinga gadis yang sedang menutup matanya itu
Sebilah pisau kecil yang selalu tersimpan di sakunya itu kini ia keluarkan. Jari-jarinya bermain dengan pisau yang tajam itu sembari menatap wajah cantik itu.
Setttt..
Tajamnya benda kecil itu menembus kulit-kulit wajah wanita yang sedang dianiaya itu. Tetesan darah mulai keluar dan membanjiri aspal yang semula berwarna hitam.
"Aku mencintai kamu!!" ucap pria itu benar-benar tulus dari hatinya
"Sangat mencintai kamu" Tangannya mengusap pipi yang meneteskan darah itu lalu menekannya kuat hingga darah yang keluar semakin banyak. "Tapi kenapa kamu selalu menolak cintaku" ucapnya sedih.
Tangan kekar itu kini mulai menuju leher yang sedikit memerah akibat cengkeramannya tadi. "Kamu cantik. Sangat cantik sekali di mataku"
"Tubuhmu juga indah" ucapnya lagi
Pria itu menunduk dan menatap wajah gadis yang sangat dia cintai itu lebih dekat. Matanya menelisik setiap sudut wajah yang terukir indah. Ciptaan Tuhan yang hampir sempurna. Mata siapa saja yang melihatnya sudah dipastikan akan jatuh hati karena parasnya dan tubuhnya yang indah.
"Kau harus menjadi milikku" lirihnya dengan mata yang menyorot tajam.
Dengan berani pria itu mencium pipi yang penuh dengan darah itu cukup lama dan dalam. Tidak ada rasa jijik sedikit pun meskipun darah kini menodai bibirnya.
Hujan turun semakin deras diiringi dengan kesunyian yang tercipta akibat tidak ada suara apapun. Kedua orang yang sedang berada di atas aspal itupun tidak menyuarakan suaranya. "Jika aku tidak bisa memilikimu maka orang lain pun tidak akan pernah bisa"
Sosok pria dengan tubuh tegap dan kekar itupun mulai mengangkat tubuh gadis yang dibuatnya pingsan lalu membawanya entah menuju kemana.
Langkah demi langkah di tengah derasnya hujan yang semakin lebat di tengah kegelapan malam yang semakin larut. Malam semakin mencekam dengan tubuh dingin yang tak berdaya.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu lari lagi dariku" lirih pria itu sembari membopong wanita yang sudah ia buat tak sadarkan diri.
Derap langkah itu perlahan memasuki rumah nuansa putih miliknya itu. Rumah sederhana yang berdiri di tengah kota. Salah satu kakinya ia gunakan untuk mendorong pintu kamar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
Dengan hati-hati ia menidurkan wanita yang sangat ia cintai itu di atas ranjang kamar miliknya. "Malam ini kau akan jadi milikku" lirihnya tepat di samping telinga sang gadis.
Malam ini menjadi malam yang sangat buruk bagi sang gadis karena telah kehilangan sesuatu yang paling ia jaga selama ini. Sesuatu itu direnggut dengan paksa oleh pria yang tengah terobsesi dengan dirinya disaat dirinya tidak sadarkan diri.
"Kau sangat cantik" pujinya ketika menyudahi kegiatan yang membuatnya bahagia karena merasa telah mendapatkan wanita pujaannya seutuhnya.
"Kau memang sangat cantik. Makanya aku sangat mencintai kamu sejak dulu"
"Dan hari ini aku bisa mendapatkan dirimu seutuhnya. Aku bisa memilikimu" Jari jemarinya menelisik setiap sudut wajah wanita yang masih memejamkan matanya. Matahari telah terbit di posisinya namun tidak membuat wanita itu tersadar. Obat bius yang ia hirup sangatlah berpengaruh besar pada kesadarannya bahkan sudah hampir 8 jam ia tak sadarkan diri.
"Kapan kau membuka matamu? Kau pasti akan bahagia karena sekarang kau seutuhnya menjadi milikku sayang" Tangan kekarnya membelai pipi wanita yang belum juga terusik oleh ulahnya.
Pria itu menghentikan aktivitasnya sejenak dan memposisikan dirinya duduk dengan tegak. Setelah menyelimuti wanitanya ia turun dari ranjang dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk menuju dapur.
Rumah dengan design minimalis yang berada di tengah kota. Pria itu mengambil sebilah pisau yang terletak di atas meja dapur dan menuju ke arah lemari pendingin.
Perutnya yang keroncongan membuatnya harus memasak untuk mengisi perutnya. "Astaga tidak ada apapun disini" gumamnya sambil memegang dagunya.
"Aku harus keluar untuk belanja dulu. Setidaknya aku harus belanja banyak karena ada satu anggota baru" ucapnya dengan tersenyum.
Ia meletakkan kembali pisaunya diatas meja dan kembali ke arah kamar. Matanya menatap wanita yang terbaring dengan tenang di atas ranjang itu masih berada di alam mimpinya. Ia tergerak menuju lemari dan mengambil jaket serta dompet miliknya.
"Aku keluar dulu sebentar ya sayang. Kau jangan kemana-mana okeyy" ucapnya sambil mengusap rambut halus yang tergerai indah.
Kakinya perlahan melangkah keluar dari area rumah miliknya dan menuju supermarket yang terletak dua kilometer dari rumahnya. Ia memilih untuk berjalan kaki karena cuaca saat ini sedang cerah dan pria itu ingin menikmati sejenak udara sejuk di pagi ini.
"Selamat datang di toko kami" sapa pelayan dengan hangat. Sebuah sapaan yang selalu di dapatkan setiap customer yang akan belanja.
Tangannya mengambil sebuah troli dan mengarahkannya ke arah rak sayur dan buah-buahan. Ia membeli beberapa sayur, susu, buah, daging, serta beberapa camilan dengan jumlah yang cukup banyak.
"Aku tidak mau dia sampai kelaparan"
"Apalagi ya yang akan dia butuhkan?" lirihnya
Sejenak kemudian ia menatap ke arah lantai dua. "Baju? Mungkin aku harus membelikannya beberapa potong baju" Kakinya melangkah menuju lantai dua setelah membayar belanjaannya di lantai satu.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya sang pelayan toko dengan ramah
"Saya ingin baju wanita" ucapnya
"Baik mari ikut saya" ucap sang pelayan toko sambil berjalan menuju ke arah baju khusus wanita tersedia.
"Disini ada beberapa koleksi terbaru kami"
"Berikan aku 20 potong baju dengan ukuran seperti dirimu" ucapnya cepat
"Baiklah bapak bisa menunggu disana" ucap pelayan itu dengan menunjuk sofa yang tersedia di sudut ruangan. Selama sepuluh menit menunggu sang pelayan itu kembali dengan membawa dua puluh potong baju di tangannya dan dibantu dengan pelayan toko yang lain.
"Untuk pembayarannya bisa langsung ke kasir ya pak" ucap pelayan itu
Pria itu melangkah menuju kasir untuk melakukan pembayaran namun langkahnya terhenti ketika matanya menatap satu stel baju tidur berwarna merah yang sangat indah di matanya. "Tambahan ini satu"
Setelah urusannya beres di supermarket itu, ia kembali ke rumahnya yang sudah ia pastikan terkunci dan hanya dia yang memiliki kunci itu. Kakinya langsung melangkah menuju kamar dan memastikan wanitanya tetap berada di rumah ini.
Deg
"Dimana dia? "
"Sayangg!!" teriaknya dengan lantang memenuhi seluruh ruangan yang menggema karena suaranya.
"Ah rupanya kau disini" Pria itu tersenyum ketika menemukan sosok wanita yang tengah ia cari dan ternyata raga itu tengah terduduk di sudut kamar mandi dengan menekuk lututnya.
"Ada apa sayang? Kenapa kau disini?" tanyanya dan ikut berlutut di hadapan gadis miliknya.
"Kenapa?" Wanita itu angkat suara namun masih dengan wajah yang ia tutupi dengan tangannya.
"Apanya yang kenapa?" Dengan tutur yang lembut pria itu bertanya
"Kenapa? Kenapa sekejam itu kamu menyiksaku Devan!!" teriaknya dengan lantang di hadapannya.
Devan, pria itu terkejut dengan teriakan wanita di hadapannya yang tiba-tiba. Namun tak urung tangannya terulur untuk memeluk wanita itu dan membawanya ke pelukannya. Meskipun mendapatkan penolakan, tak urung tubuh wanita itu berada dalam dekapan Devan.
"Ga ada yang kejam sayang" ucap Devan lembut
"Lepas!! Kamu sudah merenggut apa yang selama ini aku jaga Devan!! Kehormatanku, harga diriku, mahkotaku" Wanita itu menangis pilu dengan tangan yang terus memberontak dari pelukan Devan, pelukan yang baginya menyesakkan.
"Kau jahat Devan!!" Pelukan Devan semakin kuat seiring telapak tangannya yang mengusap lembut rambut wanita yang sedang hancur di dalam dekapannya.
"Aku akan selalu menjagamu. Sampai kapanpun aku ga akan ninggalin kamu sendiri"
"Aku gak butuh kamu!!"
"Kehidupanku hancur gara-gara kamu!!"
"Masa depanku hancur karena kamu Devan!! Biadab!!"
Umpatan, makian, cacian yang keluar sangat diterima oleh Devan tanpa rasa sakit hati sekalipun. Ia mengakui jika ia melakukan tindakan yang menyakiti hati wanitanya itu.
"Aku minta maaf"
"Maafmu selamanya tidak akan merubah nasibku"
"Aku akan dengan senang hati bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu denganmu" ucap Devan. Pria itu mempererat pelukannya pada wanita yang sangat dia cintai itu.
Dahi pria itu terlipat ketika merasakan keanehan pada wanita yang dia peluk tersebut. Tidak ada pergerakan sama sekali dari tubuh wanita itu. Devan merenggangkan pelukannya dan ternyata benar dugaannya. Wanita itu pingsan.
Dengan cepat Devan membawanya dan menidurkan wanita itu di atas ranjang. "Kamu harus mulai beradaptasi dengan lingkunganmu yang sekarang" bisik Devan sembari keluar dari kamar dan menuju dapur.
Pria itu memasak sup dan beberapa lauk lainnya. Selain itu, Devan juga membuat segelas susu yang ia persiapkan untuk wanitanya. Pria yang sudah terbiasa hidup mandiri itu menatap penuh suka pada hasil karya tangannya.
Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian Devan menaiki satu persatu anak tangga dengan membawa nampan yang berisi makanan dan susu. Satu jam tiga puluh menit ia meninggalkan wanita itu di atas ranjang namun kini matanya sudah terbuka lebar dan sedang terduduk di atas ranjang.
"Kau sudah sadar rupanya"
Tidak ada jawaban apapun. "Kau mau makan? Kamu belum makan sedari tadi" tanya Devan. Dan lagi-lagi tidak ada jawaban apapun.
Seolah bermonolog, Devan mendekat ke arah wanita itu dan menyentuh tangannya agar wanita itu memberi reaksi. "Lepas!!" lirihnya.
"Kamu masih marah?" tanya Devan lalu ia menghela nafas panjang. Untuk kali ini dia akan mencoba mengerti.
"Kamu boleh marah, tapi kamu harus tetep makan. Aku gamau kenapa-napa" ucap Devan dan mulai menyuapkan makanan ke dalam mulut wanita dengan pandangan kosong itu.
"Aku sudah hancur karenamu. Aku tidak akan kenapa-napa jika tidak makan" ucapnya dengan ketus.
"Kumohon kali ini mengertilah, pikirkan kesehatanmu" ucap Devan lembut
"Biarkan aku pergi dari sini. Baru aku akan memikirkan kesehatanku"
"Tidak!! Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkanmu bebas dari sini" ucap Devan yang sedikit tersulut emosi. Ketika tersadar jika dia sudah membentak wanita itu, Devan menunduk untuk meredam amarahnya dan menatap wajah teduh yang selama ini membuatnya tergila-gila.
"Maaf. Apapun yang kamu inginkan aku akan mengabulkan tapi tidak untuk yang satu itu" ucap Devan penuh pengertian.
"Aku hanya menginginkan itu. Lantas... apa pembuktian cintamu yang katanya kamu sangat mencintai aku. Hanya hal sepele seperti ini saja kamu tidak bisa mengabulkan"
"Bukan tidak bisa, tapi aku tidak ingin. Aku mau kamu selalu disisiku selamanya"
"Kamu mengurungku hanya karena perasaanmu saja? Lalu apa kamu pernah berpikir tentang perasaanku? " tanyanya yang seketika membuat Devan bungkam.
"Aku... "
"Ku mohon mengertilah" ucap Devan dengan mengusap wajahnya kasar. "Aku mencintaimu"
"Ini bukan cinta" Wanita itu menatap dalam mata Devan. "Tapi ini obsesi" lanjut wanita itu membuat Devan menghembuskan nafas panjang.
"Terserah"
"Terserah apapun itu tapi satu hal yang harus kamu tau... " Devan memegang erat kedua pipi wanita yang sedang duduk di hadapannya ini.
"Kau akan selalu menjadi milikku Arlla Ratu Asyila Winata" ucapnya dengan tersenyum dan dengan lancang ia mencium pipi wanita itu dan langsung pergi keluar dari kamar.
Arlla, wanita itu masih termenung memikirkan kondisi dirinya saat ini yang sangat buruk. "Aku tidak akan pernah mencintai orang brengsek sepertimu Devan" ucapnya penuh penekanan di setiap katanya.