Serpihan Luka

Keesokan pagi nya saat Aditya bangun, teryata Fiona sudah bangun duluan bahkan wanita itu sudah mandi.

jam msih menunjukan pukul setengah lima pagi, meskipun masih lelah setelah semalam di cangkul dua ronde oleh Aditya. Tapi Fina tidak melupakan tugas nya menjadi seorang istri dan seorang ibu.

Sebenar nya bi Minah merasa tak enak hati jika Fiona ikut menyiapkan sarapan di dapur, bagai mana pun posisi Fiona saat adalah majikan nya.

Tapi karena sudah terbiasa Fiona tidak merasa keberatan. Fiona pun menyiapkan kopi pagi untuk laki laki yang beberapa hari ini sudah menjadi suami nya.

Sambil menguap Aditya berjalan menuju ruang makan, wajah nya masih ngantuk dan rambut nya berantakan.

Fiona menghampiri nya dan dengan lembut Fiona menyodorkan secangkir kopi pada suami nya.

`Kopi nya mas`

`makasih sayang, kenapa kamu bangun pagi sekali?

`karena sudah terbiasa mas` jawab Fiona lalu duduk di samping suaminya.

`Jadi pengen cepat malam lagi` celetuk Aditya. Sementara Fiona haya tertawa mendengar nya.

`Aku mau ke pasar. Boleh kan sayang?

`Sendiri? Mau mas temani/? Tanya Aditya.

`Gak usah mas.`

Aditya mengangguk, pria ini kembali ke lantai dua. Bukan masuk ke dalam kamar nya melainkan masuk ke kamar Caraka, pria itu kembali tidur di samping Caraka yang masih tertidur.

Fiona bergegas pergi ke pasar mengunakan sepeda motor seperti biasa.

Fiona tak ingin bersikap manja meski sekarang mempunyai suami yang kaya raya.

Sesampainya di pasar wanita itu langsung sibuk memilih ikan segar, daging dan sayur sayuran lain nya.

setelah semua nya terbeli Fiona pun bergegas pulang.

Di rumah Pras, pagi ini adalah akhir pekan yang sangat membosankan bagi pria itu. Bagai mana tidak pria itu hanya di sibukan dengan membersihkan rumah nya tidan tidak bisa menikmati waktu libur nya. Di tambah lagi saat ia melihat pakain menumpuk seperti perbukitan membuat nya semakin lelah.

``Mende,,,, bangun! Dengan perasaan marah dan kesal Pras membangunkan istrinya yang sudah hampir jam sembilan pagi masih belum juga bangun.

Mende sama sekali tak bergeming, wanita itu tidak mau membuka mata nya apa lagi menyahuti panggilan suaminya.

Dengan perasaan marah dan lelah Pras mengambil setumpukan pakaian itu lalu melemparkan nya tepat di tubuh istri nya, hingga membuat Mende terkejut.

`apa apaan kamu mas` sergah Mende yang tidak terima.

"Bangun cepat, dan lipat semua pakaian ini aku lelah" ucap Pras membuat Mende tercengang.

"Kamu menyuruh ku untuk mengerjakan pekerjaan seperti pembantu ini mas"?

" Ini sudah menjadi tugas mu sebagai seorang istri"

"Tapi mas"!

" Sudah gak usah membantah, aku sudah capek harus kerja mencari nafkah dan mengurus ibu di tambah lagi masih harus mengurus ibu. sedangkan kamu hanya sibuk mengurus diri dan berkeliaran tak jelas"

"Ini tu bukan pekerjaan ku mas, aku gak mau melakukan pekerjaan kaya babu gini. Kalau kamu gak mau capek, kamu cari dong pembantu"

Sepasang suami istri itu bun berdebat, kedua nya sama sama keras kepala tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

Setelah capek bertengkar Pras akhirnya keluar dari kamar nya.

Jika dulu Fiona yang merasa hambar dalam rumah tangganya.

Sekarang gantian Pras yang merasakan itu.

Menikah dengan perempuan cantik bukan jaminan bagi Pras jika ia mau melakukan semua perintah nya.

Bahkan sudah hampir 3 minggu ini Mende tidak mau di ajak berhubungan badan dengan alasan sedang hamil.

Padahal di luar sana tanpa sepengetahuan Pras, Mende sering melakukan hubungan badan dengan kekasih gelap nya.

Wanita itu hanya memikirkan kesenangan diri nya sendiri. pergi pagi pulang malam dengan dalih bosan berada di rumah terus.

Sekarang Pras bisa merasakan perbedaan nya saat bersama Fiona dan Mende.

Saat bersama Fiona, Setiap pagi pakaian tinggal pilih, selalu rapi dan wangi. Namun sekarang ia harus mencuci sendiri, bahkan jika ingin rapi dan wangi ia harus mengosok baju nya sendiri.

Sebenarnya jaman sekarang sudah tidak seribet itu, karena sekarang banyak sekali loundry. tapi bagi Pras itu hanya akan buang buang uang saja.

"Mas, aku minta uang dong. aku mau pergi ke salon" punya Mende dengan santai nya setelah keluar dari kamar nya dengan pakaian yang sudah rapi siap untuk pergi.

"Aku tidak punya uang" jawab Pras yang saat ini tengah sibuk memasukan pakaian kotor ke dalam mesin cuci.

"Aku gak mau tau, pokok nya aku minta uang sekarang juga"

"Kalau kamu minta uang, setidak nya kamu bisa mengurus suami mu dan rumah.

Mende tertawa mendengar nya.

" Kamu tidak lihat aku sedang hamil kaya gini mas, apa kamu tega melihat istri mu sedang hamil melakukan semua pekerjaan rumah "? bantah Mende.

Pras tidak menghiraukan ucapan Mende, pria itu tetap fokus dengan pekerjaan nya.

" Buat kan aku kopi dulu sebelum kamu pergi" pinta Pras.

"Jangan manja deh mas, biasanya juga kamu bikin sendiri" tolak Mende.

Secangkir kopi pun Mende tak sudi membuatkan nya, padahal Pras adalah suami nya.

Seketika pria itu menghentikan pekerjaan nya, lalu menatap ke arah Mende dengan tatapan penuh amarah.

"Mende,, aku ini suami mu, hanya secangkir kopi saja kamu tidak mau membuat kan nya"!

"Mas aku menikah dengan mu karena ingin menjadi ratu mu, bukan menjadi babu mu yang bisa seenak nya kamu suruh suruh"

"Mende,, kamu itu selalu saja membantah"

"Mas,,, bukan kah kamu menikahi ku karena kecantikan ku dan tubuh ku? jadi jangan lah kau minta lebih"

"Mende".

Bukan nya takut sama suami nya, wanita itu justru mengangkat tinggi wajah angkuh nya, seolah menantang suami nya.

" Tidak papa kamu gak mau kasih aku uang, jangan lupa laki laki bukan cuma kau seorang. di luarnya sana banyak sekali laki laki yang sebenar sangat menginginkan ku untuk menjadi kekasih nya" ucap Mende.

Wanita itu lalu bergegas pergi meninggalkan Pras yang masih tersulut emosi.