Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 29
"Nadi, kenapa kau tidak makan buah mangga itu?" Tanya Baby sambil menatap Nadi. Lalu Baby mengambil satu irisan buah mangga dan mencoba memakannya, namun baru pada gigitan pertama, muka Baby langsung berubah masam. Sungguh buah mangga yang sangat kecut namun wajah Afika begitu bahagia memakannya. "Kau hamil Afika? Buah mangga muda hanya untuk orang yang ngidam saja." Kata Baby mampu membuat Afika terdiam dan menatap Sri dan Nadi secara bergantian.
Lalu beberapa saat kemudian terdengar langkah heels sepatu masuk ke dalam mension, hingga membuat mereka semua yang berada di meja makan menoleh ke arah sumber suara. Nadi dan Sri tentunya tidak asing melihat wanita yang kini berjalan menaiki anak tangga, namun Afika, tentu ia terus menatap wanita itu. Wanita yang memiliki tampilan yang begitu cantik dan juga anggun. Namun berbeda dengan Baby, kemunculan wanita itu membuatnya begitu murka hingga membuat Baby langsung berdiri dan menghampiri wanita itu. Ya, Inggrid dia lah wanita yang membuat Adrian bahagia namun dia juga wanita yang membuat Adrian patah hati. Dan Baby, sangat tidak suka jika ada satupun orang yang melukai kakaknya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Baby dengan suara yang mulai meninggi. "Kau lupa jika kau sudah melukai hati kak Adrian, baru santai sekali kau datang." Baby menarik tangan Inggrid membawanya kembali turun dari tangga. "Jangan pernah datang di mension kak Andrian." Sentak Baby, namun Inggrid langsung mencoba melepaskan tanganya dari genggaman Baby. Inggrid menghentikan langkahnya, ia tahu ia salah namun untuk keluar dari mension ini, Inggrid tidak mau. Karena dia sudah jauh-jauh datang untuk bertemu dengan Adrian. Sudah segalah macam cara Inggrid meminta maaf pada Adrian, mulai dari mengirim pesan, dan mencoba menelpon namun Adrian tetap tidak menjawab, dan terakhir kali ini, Adrian justru memblokir nomor ponsel Inggrid. Itu lah sebabnta Inggrid nekat untuk bertemu secara langsung.
"Baby, aku tahu aku salah. Tapi aku menyesal." Kata Inggrid dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Jangan tatap aku dengan wajah polos mu itu. Aku tahu kau sedang bersandiwara." Sentak Baby dan kembalu menarik tangan Inggrid, selang beberapa saat Adrian muncul menuruni anak tangga.
"Baby." Panggil Adrian yang membuat Baby dan Inggrid menghentikan langkahnya. Kini Inggrid langsung menatap wajah Adrian dengan tatapan penuh penyesalan.
Sedangkan Afika, dia terus saja melihat apa yang terjadi. Namun, Afika hanya diam karena dia sadar dia hanya orang baru yang muncul secara tiba-tiba. Tapi kini Afika jelas tahu, jika wanita itu adalah kekasih Adrian. Sedangkan Nadi dan Sri dia lebih memilih untuk tidak ikut campur dan kembali ke pekerjaan mereka. Hanya Afika yang tertinggal.
"Dri." Lirih Inggrid lalu melepaskan genggaman tangan Baby, dan berlari ke arah Adrian yang kini berdiri di anak tangga ke dua. "Adrian maafkan aku." Kata Inggrid dan langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Adrian. Inggrid memeluk tubuh pria yang pernah singgah di dalam hatinya. Sungguh sangat menyesal Inggrid telah menduakan cinra tulus yang di berika oleh Adrian, dan kin penyesalan itu telah datang. Inggrid ingin meminta maaf dan berharap agar Adrian kembali mau membuka hatinya untuk dirinya seorang. Adrian melirik Afika dengan sudut matanya, yang posisi Afika saat ini sedang berdiri di dekat meja makan. Adrian langsung membalas pelukan Inggrid dengan melingkarkan kedua tangannya di tubuh Inggrid.
"Kak Adrian" Sentak Baby yang tidak terima dengan apa yang barusan ia lihat. Sedangkan Afika ia langsung pergi membiarkan mereka semua menyelesaikan masalahnya. Saat sudut mata Adrian melihat Afika pergi, Adrian langsung menyunggingkan sudut bibir atasnya membuat seutas senyum tipis yang sulit untuk di lihat. Sedangkan perasaan Inggrid jelas sangat bahagia. Ia tidak menyangka jika kedatangannya di sambut baik oleh Adrian. Padahal Inggrid sudah menebak tadi, jika pasti Adrian akan mengusirnya mengingat kesalahan yang telah di perbuat olehnya.
"Maafkan aku." Lirih Inggrid dengan menitihkan air matanya.
"Aku benci kau kak." Teriak Baby dan pergi dari sana. Ia tidak ingin melihat tingkah tol*ol dari kakaknya yang dengan sangat mudanya memaafkan orang yang sudah menghancurkan hatinya.
•••••
"Dia Inggrid. Dia mantan kak Adrian." Kata Baby saat duduk di samping Afika, hingga membuat Afika menoleh dan tersenyum.
"Aku tidak bertanya apa pun, dia siapa."
"Dia wanita yang begitu di cintai oleh kak Adrian. Kak Adrian bahkan rela melakukan apa pun demi wanita itu. Kak Adrian juga bahkan rela menghabiskan uangnya agar Inggrid bisa hidup nyaman dan mewah. Tapi sayangnya dia mengkhianati cinta kak Adrian." Jelas Baby yang membuat Afika kembali menjadi tahu hubungan Adrian dengan Inggrid. "Tapi aku tidak menyangkah jika kak Adrian sangat muda memaafkan Inggrid."
"Karena cinta,. Kau sendiri bilang, jika Adrian akan melakukan apa pun demia wanita yang dia cintai."
"Kau benar." Ucap Baby. "Tapi asal kau tahu, saat ini wanita yang di cintai kak Adrian itu kamu Afika. Kamu! Bukan Inggrid" Batin Baby. Yang belum ingin memberitahukan yang sebenarnya pada Afika tentang perasaan sesungguhnya Adrian. Baby ingin Adrian sendiri yang sadar akan perasaannya.
"Ini." Kata Afika sambil memberikan gelas yang bergambar hewan.
"Apa ini?" Tanya Baby yang menatap gambar singa di gelas tersebut.
"Itu kado ulang tahunku untuk Adrian. Dulu, aku membelinya karena merasa lucu dan sangat pas untuk Adrian."
Baby tersenyum lalu menatap wajah Afika. "Apa kau memiliki rasa pada kak Adrian?" Pertanyaan Baby sonta membuat Afika kaget dan langsung bergeming. Berdiri dan berjalan menuju jendela kamar. "Tidak usah di jawab. Anggap saja itu hanya pertanyaan yang tidak memiliki jawaban."
Afika terus terdiam menatap arah keluar jendela. Dan spontan tangan Afika mengusap perutnya yang masih terlihat datar. Dan Baby melihat semua itu.
Memiliki perasaaan, entahlah Afika sendiri tidak tahu perasaan apa yang ia miliki saat ini pada Adrian. Entah karena mengandung anak dari Adrian sehingga membuatnya biasa di tengah malam rindu ingin melihat wajah pria itu. Pria yang sering menyakitinya. Tapi perasaan itu hanya Afika tafsirkan jika sebatas bawaan hamil.