Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Time Traveler
"Banyak hal yang tidak ku ceritakan pada mu, bos..
Dulu memang aku akui bersikap pengecut dan cenderung untuk tidak berseteru dengan siapa pun agar tidak mendapatkan masalah. Tetapi kini aku sadar bahwa diam saja bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan segala hal. Setiap masalah harus di hadapi tanpa harus melarikan diri ".
Jawaban Jay sontak membuat Danang Susetyo Wibowo, kepala bidang arkeologi Balai Cagar Budaya Trowulan ini tercengang seketika. Dia menatap Jay untuk sekian lama nya. Lelaki berusia 31 tahun itu langsung menempelkan tangannya ke dahi Jay.
" Tidak demam?
Tumben bisa bicara bijak seperti seorang filsuf. Kau salah makan obat Jay? "
Menanggapi omongan Danang, Jay hanya tersenyum saja. Andai saja Danang tahu bahwa yang kini dia lihat sebagai Jay adalah Prabu Jayabaya, ia pasti akan pingsan seketika.
"Tapi Mas Jay hebat loh, Pak Danang.. Dia sendirian bisa mengalahkan empat orang itu dengan mudah. Salut saya...", celetuk Marissa yang muncul di pintu sambil menenteng sekantong gorengan yang entah darimana ia dapatkan. Segera ia berjalan mendekati mereka, meletakkan kantong plastik penuh gorengan itu ke meja dan duduk di samping Jay.
" Iya hebat, tapi aku yang menanggung biaya pengobatan orang-orang itu. Apes kan aku?
Dia pahlawan nya sedangkan aku kebagian tukang sapu yang harus membereskan akibat polah tingkahnya ", gerutu Danang setengah mengomel.
" Yah namanya juga atasan, Pak..
Resiko jadi atasan ya gitu. Bagian terima pujian dari bos besar pasti juga Pak Danang kan, bukan mas Jay? Kalau ada masalah itu kan juga tugasnya bapak untuk membereskannya ", sahut Marissa membela Jay.
" Iya iya, aku tahu itu. Sudah sekarang aku minta gorengan nya daripada hilang nafsu makan gara-gara ganti biaya pengobatan".
Danang langsung membuka kantong plastik usai bicara dan mengambil sepotong pisang goreng yang masih hangat. Marissa pun juga ikut mengambil sepotong bakwan jagung berikut cabai rawit nya dan menyerahkan nya pada Jay.
"Kok tahu kalau aku suka bakwan jagung? ", Jay mengernyit heran.
"Pak Tommy yang cerita. Katanya Mas Jay suka jajanan yang gurih-gurih, bukan manis. Makanya aku beli gorengan nya banyakan bakwan sama tahu isi. Dah, ayo dimakan.. ", Marissa tersenyum manis memamerkan giginya yang putih khas senyum iklan pasta gigi. Ia ikut mengambil sepotong bakwan jagung dan mengobrol bersama dengan Jay dan Danang sebelum kawan-kawan mahasiswa magang ikut nimbrung.
Jam sudah menunjukan angka 10.23 malam. Para mahasiswa magang juga sudah kembali ke tempat peristirahatan mereka masing-masing. Menyisakan Jay dan Danang yang masih sibuk mengutak-atik laptop mereka untuk berselancar di dunia maya.
"Aku rasa Si Marissa itu suka sama kamu Jay", celetuk Danang sambil mengetukkan abu rokoknya pada asbak di meja.
" Jangan asal kau bos. Si Marissa itu anak kemarin sore dan kalau di lihat-lihat ia anak orang kaya. Buktinya aja dia bawa sopir pribadinya kesini.
Aku malas berurusan dengan orang kaya bos", Jay menutup laptopnya.
"Kau bijaksana, Jay. Apa kau sudah tahu siapa bapak nya Si Marissa itu? Alex Wijaya, chairman Grup Wijaya yang memiliki aset triliunan dan termasuk 20 besar orang terkaya se Indonesia ini.
Busyet dah! Tapi aku heran kenapa Marissa justru tertarik dengan dunia arkeologi bukan bisnis seperti bapaknya ya? ", ujar Danang sambil menghisap rokok kretek favoritnya.
" Sudahlah bos, jangan memikirkan urusan orang lain. Dah ah, aku capek mau tidur. Besok pagi harus kerja lagi.. ", Jay menenteng laptopnya meninggalkan ruang tamu rumah Kamituwo Budiono menuju ke kamarnya tanpa menoleh ke belakang.
Danang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah bawahan nya itu. Dia kembali selancar dunia maya mengandalkan laptop baru dari kantor.
Jay mengunci pintu sebelum mengeluarkan Batu Manik Astagina yang ia sembunyikan dalam lemari. Setelah itu ia duduk bersila dengan sikap tangan mudra dan meletakkan batu hitam itu di atas telapak tangannya yang terbuka. Mata Jay terpejam rapat sementara mulutnya komat kamit merapal sesuatu.
Hawa panas berwarna merah perlahan-lahan keluar dari batu hitam di telapak tangan Jay. Lalu masuk ke dalam tubuh Jay dari berbagai sisi. Ini membuat tubuh Jay memanas dan terus memanas.
Keringat deras mengucur dari tubuh Jay. Sekujur tubuh nya basah kuyup oleh keringat. Setelah beberapa saat lamanya, hawa panas berwarna merah dari Batu Manik Astagina itu berangsur-angsur lenyap, terserap sempurna ke dalam tubuh Jay. Staff arkeologi Balai Cagar Budaya Trowulan itupun langsung menghela nafas lega.
"Sayang sekali, Batu Manik Astagina hanya mampu membangun tenaga dalam ku hingga tingkat 2 saja. Tapi dengan tingkat ini saja aku sudah bisa melawan pendekar yang memiliki tingkat tenaga dalam setingkat lebih tinggi.
Sepertinya di masa depan aku harus mencari lebih banyak batu pusaka seperti ini untuk mencapai tingkat 9 tenaga dalam".
Jay kemudian meletakkan batu hitam itu kembali ke lemarinya. Setelah itu dia melepaskan bajunya yang basah kuyup oleh keringat lalu merebahkan diri hanya dengan singlet dan sarung. Rasa lelah karena penyerapan inti sari Batu Manik Astagina membuatnya cepat terlelap tidur hingga pagi menjelang tiba.
Pada keesokan harinya, pekerjaan ekskavasi Situs Kunjang kembali dilanjutkan. Jay dan Danang memang jagoannya merestorasi bangunan kuno seperti ini. Mereka berdua sangat telaten memperhatikan setiap detail bangunan kuno itu hingga sudut sudut bangunan situs ini mulai muncul dari dalam tanah setelah terkubur ribuan tahun lamanya.
Dalam waktu sepuluh hari saja, situs Kunjang telah rampung di ekskavasi. Struktur bangunan pun terlihat jelas. Batu-batu reruntuhan candi ini termasuk beberapa arca seperti arca Ganesha, Durga dan Lembu Andini dikumpulkan menjadi satu bagian sedangkan pembersihan area sekitarnya mulai dilakukan oleh para pekerja.
Jay dan Danang mulai membuat sketsa penampakan candi ini. Danang yang semula sangat percaya diri mulai kelimpungan menentukan bagian atap candi itu karena beberapa bagian tidak ditemukan. Tetapi Jay yang seolah-olah mendapatkan wangsit dengan santainya membuat sketsa struktur atap candi itu yang membuat Danang terkagum-kagum.
Marissa dan kawan-kawan mahasiswa magang lainnya seperti Ardi, Zainal, Edo dan Shella pun tak bisa menyembunyikan perasaan kagum nya pada Jay karena mampu menyelesaikan sketsa rumit itu.
"Kalau aku tak melihatnya dengan mata kepala ku sendiri, aku pasti mengira kalau Mas Jay ini adalah seorang time traveler dari masa lalu", celetuk Shella yang membuat semua orang menoleh ke arah nya.
" Ah si budak novel online ini...
Kau ini kebanyakan baca novel online tentang orang yang melakukan perjalanan waktu makanya isi otak mu itu hanya itu itu saja. Lain kali kalau ngomong pakai logika dong", potong Zainal yang memang satu kampus dengan Shella.
"Lha memang ini mirip dengan kisah yang ku baca di novel online kog. Ada seseorang yang melakukan perjalanan waktu hingga bisa mengatakan segala sesuatu yang terjadi di masa lalu dengan tepat dan akurat.
Sekarang lihat Mas Jay, dia bisa menentukan ukuran dan jumlah batu yang digunakan bahkan tata letak lingga yoni nya pun tak salah tempat. Pak Danang yang S2 arkeologi juga masih kesulitan dalam menentukan nya. Kalau bukan orang yang tahu semua nya di waktu itu, apakah bisa seperti ini? ", sergah Shella tak mau kalah.
Semua orang terdiam sejenak sebelum menoleh ke arah Jay.
" Kalian ini apa apaan sih?
Kalau aku seorang time traveler seperti kata Shella, bukankah aku akan menggunakan pengetahuan ku untuk mencari harta karun dari masa Kerajaan Panjalu dan tak perlu susah payah bekerja sebagai arkeolog? Ada-ada saja kalian ini.. ", sangkal Jay sambil tersenyum.
" Benar juga kata Mas Jay..
Andai dia time traveler, untuk apa capek-capek jadi arkeolog? Dia pasti tahu dimana harta karun Kerajaan Panjalu disimpan dan sekali ia menemukan nya pasti akan kaya raya tujuh turunan. Tapi Mas Jay, darimana pengetahuan mu yang akurat ini kau dapatkan? ", Ardi ikut bersuara.
Jay langsung menunjuk ke arah kepalanya sambil tersenyum tipis.
" Makanya belajar yang rajin. Jangan main aplikasi video gak jelas seperti selama ini. Mengikuti tren boleh, malas belajar jangan.. "
Semua orang manggut-manggut mendengar ceramah Jay. Danang pun sampai angkat topi mendengarkan ocehan anak buahnya itu yang menurut nya benar-benar meng-ulti para mahasiswa magang generasi Z ini. Tiba-tiba...
Krriiiiiinnnnnggggg krriiiiiinnnnnggggg...!!
Suara telepon genggam milik Jay terdengar lantang berbunyi. Jay pun bergegas membuka tas kecilnya dan melihat nama Nindy sahabat Ratih tertera di atas layar ponsel pintar itu. Buru-buru Jay mengangkatnya.
"Halo Nin, ada apa? "
Dari seberang telepon genggam terdengar suara perempuan dengan nada panik berkata,
"Halo Jay, kau ada dimana sekarang?
Ratih hilang...!! "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja