Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung Ke Rumah Ibu
"Permisi, Mas, saya mau tanya," seorang pria berkumis dan berpakaian agak rapi, mendekati seseorang kala pria berkumis itu baru keluar dari mobilnya.
Seseorang yang baru saja menutup gerbang sebuah rumah sedikit tersentak karena dia sempat syok kala menyaksikan sosok lain yang baru saja keluar dari mobil bersama pria berkumis tadi.
"Iya," jawab sosok yang berdiri di balik pintu gerbang.
"Apa benar, ini rumahnya Pak Surya dan Bu Sukma?" tanya pria berkumis yang usianya sudah menginjak angka lebih dari tiga puluh tahun.
"Benar," jawab sosok yang tak lain adalah Abas. Pria itu lantas menoleh, menatap anak muda yang berdiri di dekat mobil. "Apa kamu ingin menemui Nenek dan Kakekmu?"
Pria muda yang datang bersama pria berkumis terperanjat kala mendengar pertanyaan laki-laki yang berdiri di di balik pintu gerbang.
"Masuklah," ucap Abas sembari membukakan pintu.
Anak muda itu mengangguk pelan, lalu dia menatap pria berkumis yang datang bersamanya. "Mang, tunggu sebentar ya?"
"Baik, Tuan muda," jawab pria berkumis
Anak muda itu melangkah, mendekat lalu menjulurkan tangan. "Perkenalkan, saya..."
"Saya sudah tahu," jawab Abas setenang mungkin. "Nenek dan kakekmu ada di dalam. Ayok masuk."
Anak muda itu mengangguk.
"Bapak silahkan menunggu di sana aja," ucap Abas pada pria yang dipanggil Mang sembari menunjuk sebuah saung yang terletak di depan rumah sebelah kiri.
"Baik, Mas."
Abas lalu melangkah sembari kembali mengajak anak muda untuk mengikutinya. Perasaan pria itu cukup campur aduk, namun dia mencoba bersikap tenang.
"Ayah, Ibu, ada tamu," ucap Abas begitu membuka pintu.
Anak muda yang mengikuti Abas agak tercengang kala dirinya mendengar panggilan yang keluar dari mulut pria yang membuka pintu.
Sekarang, anak muda tersebut tahu dan dia menyimpulkan, siapa laki-laki itu. Karena, sebelum datang ke sini, anak muda itu sudah memiliki cukup banyak informasi.
"Siapa?" tanya pria yang biasa dipanggil Surya. Kebetulan dia dan istrinya, sedang duduk bersama di kursi yang biasa digunakan untuk menerima tamu.
Abas menoleh sejenak, lalu kembali menatap orang tuanya kembali. "Miko, Yah, anaknya Mbak Runi."
Surya dan istrinya sontak terperanjat. Bahkan keduanya langsung berdiri, kala anak muda yang namanya baru saja disebutkan, muncul menghadap mereka.
"Ya Tuhan," ucap Sukma lirih. Matanya perlahan namun pasti mulai memerah dan berair. Wanita itu segera melangkah, mendekati anak muda yang berdiri gagah sembari tersenyum canggung kepadanya.
Tanpa ada kata, Sukma langsung mendekati Miko dan memeluknya. dengan tangis yang mulai pecah.
"Ya Tuhan, ampuni aku. Ampuni aku yang telah menelantarkan anak dan cucuku. Ampuni aku, Tuhan," Sukma merintih dengan air mata yang menderas. "Maafin saya, Miko, maafin Nenekmu, nenek salah besar sama kalian, maafin Nenek."
Miko terpaku beberapa saat, dia bingung harus bersikap bagaimana untuk saat ini.
Surya sendiri tak bisa bersuara, meski dalam benaknya, dia juga ingin mengatakan hal yang sama dengan istrinya. Surya masih diliputi syok, seakaan mulutnya tak bisa berkata-kata.
Abas menatap haru dengan bibir yang tersenyum. "Bu, ajak Miko untuk duduk," ucap Pria itu.
"Eh iya," Sukma agak tergagap. "Mari, Nak, duduk dulu," ajak wanita itu sembari mencoba menghentikan isak tangisnya.
"Iya," balas Miko canggung. Dia lalu melangkah mengikuti Sukma sembari membalas tatapan Surya kepadanya.
"Bas, tolong, buatkan minum," ucap Sukma begitu Miko duduk.
"Baik, Bu," Abas pun melangkah menuju dapur.
"Jadi, nama kamu Miko?" akhirnya Surya pun mengeluarkan suaranya.
"Iya," jawab Miko dengan perasaan yang masih sama, yaitu bingung dan canggung.
"Ibu kamu tidak ikut, Nak?" tanya Sukma, yang duduk di sebelah cucunya.
Miko menggeleng. "Ibu tidak tahu saya datang ke sini," jawab Miko, membuat kedua orang tua itu tertegun.
"Kenapa Ibumu tidak dikasih tahu? Apa dia melarangmu?" tanya Surya.
"Tidak," bantah Miko. "Aku hanya tidak mau Ibu sedih."
Sukma dan Surya agak kaget mendengarnya.
"Maafin kami, Nak, kami benar-benar orang tua yang jahat pada Ibumu," ucap Sukma kembali terisak.
Miko mencoba tersenyum untuk menutupi suasana hatinya.
"Kalau Ibumu tidak tahu kamu kemari? Lalu dari mana kamu tahu alamat rumah ini?" tanya Surya.
"Dari Tante Dini," balas Miko.
"Tante Dini?" Sukma cukup terkejut mendengarnya.
Miko mengangguk. "Tante Dini, teman sekolahnya Ibu."
"Mbak Dini?" tanya Abas sembari menenteng nampan. "Mbak Dini dan Mbak Rumi masih berhubungan?"
"Kamu kenal Dini, Bas?" tanya Surya.
"Kenal, Yah," jawab Abas. "Kan dulu, Abas sering diajak Mbak Runi main ke rumahnya."
"Kok Ibu nggak ingat, Runi punya teman namanya Dini?" ujar Sukma.
"Namanya juga udah bertahun-tahun, ya wajar. Apa lagi Mbak Dini jarang banget main ke sini," balas Abas lalu dia beranjak keluar untuk memberi minuman pada supir yang mengantar Miko.
Surya kembali menatap Miko dengan perasaan yang cukup tenang. "Apa yang membuat kamu datang kemari?" tanya Surya.
Miko kembali melebarkan senyum tipisnya. "Maaf sebelumnya, jika kedatangan saya, mengganggu waktu kalian."
"Tidak!" bantah Sukma. "Kamu sama sekali tidak menganggu, Nak."
Miko kembali tersenyum pada Sukma, lalu dia menatap Surya. "Saya datang kemari, karena saya sangat penasaran, sebesar apa kesalahan Ibu, sampai Ibu diusir dari rumah ini?"
Sukma dan Surya sontak terperanjat. Seketika keduanya saling tatap dengan mulut terkunci.
"Maaf..."
"Tidak perlu minta maaf, Nak, ini murni kesalahan kami," Surya memotong ucapan Miko.
"Saya tahu, kamu dan Ibu kamu, pasti sangat sakit hati, atas perlakuan saya. Di sini, sayalah yang salah besar, Nak. Saya yang terlalu buta dan gegabah, karena lebih percaya ucapan sepupu saya daripada anak saya sendiri."
Miko tertegun mendengarnya. "Sepupu?"
"Namanya Narsih," sekarang Sukma yang bersuara dengan bibir bergetar. "Karena kebohongan Narsih, Kakek kamu sampai mengusir Ibumu dari rumah?"
"Bagaimana ceritanya?" Miko pun semakin penasaran.
"Dulu, Narsih bekerja di rumah Renata."
"Renata?" Miko kembali terkejut.
Sukma dan Surya mengangguk bersamaan.
"Dulu, atas suruhan Renata, Narsih memberi tahu Kakekmu kalau Ibu kamu hamil dan sering tidur dengan banyak laki-laki. Kakek kamu langsung emosi. Apa lagi, Narsih menunjukkan beberapa foto, yang menunjukan Seruni sedang dipeluk laki-laki."
"Foto?" Miko semakin terkejut.
Sukma mengangguk. "Foto itulah, yang membuat Kakek kamu semakin murka. Tanpa mau mendengarkan penjelasan apapun dari Ibumu, Kakek langsung menyuruh Ibu kamu pergi, Nak. Maafkan kami," Sukma kembali menangis.
"Apa foto itu masih ada?"
"Saya tidak tahu," Surya yang menjawabnya. "Kemungkinan foto itu masih ada pada Narsih, untuk mengancam Renata agar Narsih ikut merasakan harta William."
Miko terdiam. Seketika hatinya bergemuruh. "Narsih dan Renata? Jadi mereka biang keroknya?" gumam Miko dalam hati. "Sepertinya, aku harus memberi mereka peringatan."
@@@@@
Hy reader, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik dan sehat ya? Kemarin ada yang bilang kalau authornya hanya mencari gift dan vote saja, tidak mau membalas semua komentar yang masuk. Saya jawab di sini aja ya?"
Alasan saya tidak membalas komentar, karena saya sudah cukup pusing memikirkan jalan cerita sekaligus harus fokus dengan pekerjaan saya yang lainnya. Belum lagi dengan segala masalah yang harus saya hadapi. Masa iya, hanya karena balas komentar, harus dijadikan masalah? Sedangkan saya harus berpikir keras menyajikan cerita yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Saya juga tidak pernah memaksa para reader untuk memberi gift dan vote, karena keduanya itu tidak menghasilkan duit. Jadi kalau berpikiran saya hanya mencari vote dan gift, itu salah besar. Buat apa dicari kalau sama sekali tidak menghasilkan duit?
Itu saja yang ingin sampaikan. Terima kasih buat yang masih setia baca cerita saya dan maaf jika saya ada kesalahan.
berarti cerita ini konyol...😄😄😄
anak penguasa dengan banyak bodyguard kok bisa lepas pengawalan...😄😄😄
konyol...😄😄😄
lanjut thor 🙏