NovelToon NovelToon
Dendam Berbalas Madu

Dendam Berbalas Madu

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Sinopsis

Caca, adik ipar Dina, merasa sangat benci terhadap kakak iparnya dan berusaha menghancurkan rumah tangga Dina dengan memperkenalkan temannya, Laras.

Hanya karena Caca tidak bisa meminta uang lagi kepada kakaknya sendiri bernama Bayu.


Caca berharap hubungan Bayu dan Laras bisa menggoyahkan pernikahan Dina. Namun, Dina mengetahui niat jahat Caca dan memutuskan untuk balas dendam. Dengan kecerdikan dan keberanian, Dina mengungkap rahasia gelap Caca, menunjukkan bahwa kebencian dan pengkhianatan hanya membawa kehancuran. Dia juga tak segan memberikan madu untuk Caca agar bisa merasakan apa yang dirasakan Dina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 CACA SEMAKIN TERBUANG

Mertuaku, Mama dan Papa, duduk di meja makan dengan Belinda yang sedang menyusui bayinya. Aku duduk di sudut ruangan, mencoba untuk tetap tenang, meskipun hati ini terasa semakin teriris. Mereka berbicara dengan penuh kebanggaan tentang Belinda yang baru saja menjadi ibu, dan itu semakin membuatku merasa terasing.

"Menjadi seorang ibu itu luar biasa, Caca," kata Mama dengan penuh semangat, seolah-olah aku belum pernah mendengar kalimat itu sebelumnya. "Kamu pasti bisa merasakan betapa indahnya melihat anak kita tumbuh dan berkembang. Belinda sekarang sudah membuktikannya, kan? Bayinya sehat, dan semuanya berjalan dengan lancar. Kami sangat bangga padanya."

Papa mengangguk setuju, sambil tersenyum melihat ke arah Belinda yang sedang memangku bayinya. "Keluarga ini semakin lengkap, ya. Kami sangat senang bisa menyambut cucu pertama kami. Menjadi ibu itu tak hanya soal merawat, tapi juga memberi cinta dan perhatian sepenuhnya kepada anak."

Aku merasa seperti sedang berada di luar lingkaran kebahagiaan mereka. Kalimat-kalimat itu semakin menambah rasa sakit hati yang aku rasakan. Aku tahu mereka bermaksud baik, tetapi kata-kata itu terasa menusuk.

"Betul, Mama, Papa," jawabku dengan suara pelan. "Aku tahu, menjadi ibu adalah hal yang sangat indah."

Mama tersenyum padaku, seolah ingin memberikan pengertian. "Caca, kamu sudah menikah lama dengan Mas Danu, pasti kamu juga merasakan keinginan untuk memiliki anak, kan? Menjadi ibu itu adalah hadiah terindah bagi seorang wanita. Kami harap kamu juga bisa segera merasakan kebahagiaan itu."

Aku terdiam sejenak. Kata-kata itu seperti sebuah petunjuk bahwa mereka mulai memperhatikan kekuranganku, atau mungkin lebih tepatnya, kekuranganku dalam memberikan mereka cucu. "Aku... aku ingin, Mama," kataku pelan. "Tapi kadang rasanya belum waktu yang tepat."

Papa menyentuh bahuku dengan lembut. "Tidak ada waktu yang tepat, Caca. Ketika anak itu datang, semuanya akan terasa benar. Jangan khawatir, kamu pasti akan menjadi ibu yang hebat, seperti Belinda."

Mendengar itu, aku merasa semakin terpojok. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku tak bisa memenuhi harapan mereka? Bagaimana aku bisa menjelaskan bahwa semua ini terasa semakin sulit, dan aku merasa semakin terpinggirkan? Semua perhatian mereka kini tercurah pada Belinda dan anaknya, dan aku hanya bisa mendengarkan ucapan mereka tanpa bisa memberikan jawaban yang diinginkan.

Belinda yang sedang duduk dengan bayi di pangkuannya tersenyum, seolah mengetahui betul perhatian yang tertuju padanya. "Terima kasih, Mama, Papa. Aku bahagia sekali bisa memberikan kebahagiaan ini. Semoga Caca juga segera merasakan kebahagiaan yang sama."

Kata-kata itu kembali membuat hatiku terasa sakit. Aku mencoba untuk tersenyum, meskipun rasanya itu begitu sulit. "Terima kasih, Belinda," jawabku, namun suara itu tak bisa menutupi kekecewaanku yang mendalam.

Mama dan Papa terus berbicara tentang anak dan peran ibu yang mereka anggap mulia, tetapi aku merasa semakin terasing. Aku duduk di sana, berusaha menahan air mata yang hampir keluar, merasakan betapa aku semakin jauh dari mereka. Tidak hanya karena aku merasa terpinggirkan, tetapi juga karena aku merasa seperti gagal memenuhi harapan yang mereka tanamkan padaku.

Setelah beberapa waktu, Mama dan Papa pergi untuk membantu Belinda dengan bayinya, meninggalkanku sendirian di meja makan. Aku menundukkan kepala, merasakan kesedihan yang mendalam. "Apakah aku akan selalu seperti ini?" bisikku dalam hati, berusaha mencari jawaban untuk rasa sakit yang terus menghantuiku.

Setelah beberapa hari sejak kelahiran bayi Belinda, aku merasa semakin terabaikan. Setiap kali aku berusaha berbicara dengan Mas Danu, seakan-akan dia hanya setengah hati mendengarku, lebih banyak fokus pada Belinda dan anak mereka. Aku tahu dia berjanji akan selalu menemaniku setelah bayi lahir, namun kenyataannya jauh berbeda.

Suatu malam, aku memutuskan untuk berbicara dengan Mas Danu, ingin mengungkapkan perasaanku yang semakin terluka. Aku menemukannya di ruang keluarga, sedang duduk di samping Belinda, dengan bayi mereka yang tertidur di pangkuannya.

"Mas Danu," panggilku dengan suara yang sedikit bergetar. "Bisa bicara sebentar?"

Mas Danu menoleh dengan sedikit terkejut, seperti baru sadar aku ada di sana. "Oh, Caca. Ada apa? Belinda sedang membutuhkan perhatian, jadi aku—"

"Aku tahu," potongku dengan nada agak tegas. "Tapi kita perlu bicara. Kamu ingat janji kamu, kan? Setelah anak Belinda lahir, kamu akan lebih banyak bersamaku, menemani aku yang merasa kesepian. Kenapa sekarang aku malah merasa semakin terabaikan?"

Mas Danu terdiam sejenak, menatapku dengan wajah yang tampak ragu. "Caca, kamu tahu kan, Belinda baru saja melahirkan, dia butuh banyak perhatian. Aku tidak bisa membiarkan dia merasa sendirian, apalagi dengan bayi yang baru lahir."

"Aku mengerti itu, Mas," jawabku, berusaha menahan amarah yang mulai muncul. "Tapi aku juga membutuhkan perhatianmu. Aku juga istrimu, Mas. Aku merasa seperti aku tidak ada artinya lagi bagi kamu."

Mas Danu tampak ragu, seperti berpikir keras sebelum akhirnya berkata, "Caca, aku... aku hanya ingin memastikan Belinda dan bayinya baik-baik saja. Kamu tahu, ini bukan hal yang mudah. Aku... aku memang lebih fokus padanya sekarang, tapi itu bukan berarti aku melupakan kamu."

"Kenapa kamu harus lebih fokus padanya? Kenapa kamu tidak bisa membagi perhatian itu?" tanyaku, menatapnya dengan mata yang penuh pertanyaan. "Aku sudah berusaha sabar, Mas, tapi ini semakin berat. Aku merasa seperti aku hanya bayangan dalam kehidupan kamu sekarang."

Mas Danu tampak frustasi, memijat pelipisnya. "Caca, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku janji, aku tidak akan pernah melupakan kamu. Tapi ini memang waktu yang sulit bagi kita semua. Belinda dan bayinya membutuhkan aku. Aku tidak bisa membagi diri aku menjadi dua."

"Aku mengerti kamu harus menjaga mereka," jawabku dengan suara lebih rendah. "Tapi jangan lupakan aku begitu saja. Aku juga butuh kamu, Mas. Jangan hanya ada ketika kamu merasa aku membutuhkanmu untuk hal-hal yang mudah. Aku butuh kamu untuk hal yang lebih penting."

Mas Danu terdiam, tidak bisa berkata-kata. Aku tahu dia merasa terjebak antara aku dan Belinda, namun itu tidak membuat rasa sakitku menjadi lebih mudah. Aku menghela napas panjang, merasa air mata mulai menggenang di mataku. "Aku hanya ingin kamu ingat, Mas, bahwa aku masih ada di sini. Aku masih istrimu. Tolong, jangan buat aku merasa seperti orang asing dalam rumah tangga ini."

Mas Danu menunduk, merasa bersalah, tapi tidak tahu bagaimana memperbaikinya. "Aku... aku akan mencoba, Caca. Aku janji, aku akan berusaha lebih baik."

Aku menatapnya, merasa sedikit kecewa dengan janji yang sudah terlalu sering diucapkan, namun tidak pernah terpenuhi. "Aku harap kamu bisa menepatinya, Mas," kataku pelan, sebelum meninggalkan ruangan itu dengan hati yang semakin berat.

Beberapa hari setelah percakapan terakhir kami, aku merasa semakin terasing. Mas Danu dan Belinda terus menghabiskan waktu bersama, sementara aku seakan hanya menjadi penghuni rumah yang tak tampak. Rasa kesepian semakin menggerogoti hatiku, dan aku tahu aku harus berbicara lagi, meskipun aku merasa sudah terlalu lelah untuk terus berjuang.

1
gaby
Othor kehabisan ide kah, ko Pov nya walau di ganti Pov Dina, tp isinya sama aja kaya awal2 bab. Ini malah bikin pembaca jd skip, karena males ngulang mbaca. Langsung aja kehidupan mreka skrg, ga usah Flashback terlalu lama, kecuali di awal bab ga di jelaskan kisah rmh tangga Bayu Dina
gaby
Lah ini mah sama aja mengulang bab awal y. Knp ga langsung lanjut aja kehidupan Bayu Laras skrg setelah skandal mreka tercuat media
gaby
Mudah2an smua lelaki yg slingkuh di novel ini dpt karma smua. Dan utk ibu Danu smoga dslingkuhin jg sama suaminya. Mana ada seorang ibu menyuruh putranya berpoligami?? Kalo ga bs maafin caca, knp ga di ceraikan. Knp malah memasukan Belinda dlm khdpn rmh tangga anaknya. Jgn cuma Caca dpt karma, Danu, Belinda, ortu Danu smua harus kena jg thor
gaby
Walau Caca salah, tp aq tetap tdk membenarkan perbuatan Danu. Inilah hukum karma, Danu slingkuh sm Belinda & skrg anggep saja Danu ngerasain sakitnya d slingkuhin. Mudah2an rmh tangga Danu Belinda jg ga bahagia. Ga ada wanita baik2 yg mau menikahi pria beristri
Erni Nofiyanti
nah kan Caca emang biangnya,skg mana Bayu Ama selingkuhannya
bantu ngga.
mudah2an mereka bertiga dpt balesanya
Yana Phung
astaga belum sadar juga ca??
Erni Nofiyanti
makannya JD manusia jgn iri.
blm sadar jga y,ngga minta maaf Ama Dina.
tuh mantan suami Dina kpn dapet karmanya.
Innara Maulida
kasian juga si klo smpe kaya gitu Caca,,tapi sudah bagus kamu pergi ca,,dari keluarga si Danu ehh malah balik lagi....nikmati karma kamu Caca ..
Innara Maulida
Dina kejam juga karna ulah kalian,,rasin Karama buat kalian,,si caca juga gak sadar2 jadi orang,,dia yg udh buat rumh tangga Kaka nya hancur...
gaby
Gantian dong Pov nya, jgn pov nya Caca mulu Smua tokoh dbuat Pov nya, atau utk meminimalisir babnya Pake Pov othornya. Gimana nasib rmh tangga Laras, Dina , & Bayu. Apakah Bayu ga dpt karma??? Aq sih berharap smua tokoh jahatnya dpt karma. Di mulai dr Laras, Bayu, Caca, Danu, & terakhir Belinda. Danu & Belinda jg salah dah slingkuh sblm nikah. Seburuk apapun istri, kalo ga bisa di nasihatin mending di cerai drpd d slingkuhin. Intinya apapun masalah dlm rmh tangga, selingkuh adalah kesalahan fatal yg ga bisa d maafkan
Erni Nofiyanti
adakah campur tangan Dina.
kadang kasian Ama Caca, tp kenapa dia ngga mikir y gimana perasaan Dina. yg skg dia alami.
Erni Nofiyanti
disini kenapa kesan nya si Caca Ama Laras yg di zolim y.
apa Caca ngga sadar ini ulahnya.
Yana Phung
ternyata makin dibaca makin seru
makin merasa terzolimi padahal dia sendiri pelakunya
Sinni AhmaDi
lah kocak x kalian....org licik menghancurkn RT org lain.....malah macak jadi korban🤣🤣
stela aza
si Caca bisanya cuma ngadu domba doank ,, Thor sudahin j rumah tangga si Dina biar dia lepas dari keluarga suaminya ,,
Sinni AhmaDi
Thor q ko penasaran.....kira2 suami Dina dapet karma gak ya
gaby: Ga bakalan dpt karma, berkaca dr novel sblmnya yg judulnya kembalinya mantan. Sang pria yg slingkuh sama mantan, endingnya bahagia dpt istri baru yg nerima dia apa adanya. Kalo feelingku endingnya jg sama, cm pelakor yg hancur, tp suami pengkhianat malah dpt istri baru
total 1 replies
stela aza
kapok kamu Caca,, bilang g merusak rumah tangga orang lain padahal rumah tangga kakanya sendiri di rusak sama dia ,,, Thor nunggu kelanjutan cerita si Dina sama suaminya ,, semoga Dina tau kalau suaminya udh nikah lagi Ama laras
Sinni AhmaDi
mengapa ya Dina mempertahankan mati2an lakinya...padahal lakinya pria plin plan
stela aza
keluarin j kartu AS di Caca biar kapok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!