Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Dengan Edward
"Ini rumahnya" ucap wanita itu dengan memperlihatkan sebuah rumah yang cukup besar namun sangat layak untuk di tinggali.
"Baiklah Bu" ucapku.
Setelah kesepakatan kami wanita itu langsung pergi, mobil pun ku masukkan kedalam garasi di rumah itu. Aku mengambil koperku lalu membuka kunci rumah itu.
Kriiiieeeeet~~~
Pintu itu berbunyi saat aku membukanya, aku langsung segera masuk saja ku lihat sekeliling rumah itu dengan seksama yah cukup mewah namun banyak debu yang bertebaran dimana pun.
Hari ini aku akan membersihkan rumah ini terlebih dahulu dengan sebuah sapu serta lap ditanganku, aku langsung menyapu semua debu yang ada di beberapa ruangan.
Rumah ini cukup luas dengan beberapa ruangan serta ada juga ruangan untuk beristirahat dilantau atas. Mirip sekali dengan rumah kedua orang tuaku.
Setelah beberapa jam saja membersihkan, akhirnya aku pun selesai membersihkan semua ruangan yang kotor tak lupa juga aku menata semua barang lainnya dengan rapi.
”Aku penasaran dengan rumah ini” gumamku.
Aku berjalan menelusuri setiap ruangan yang ada dengan beberapa lukisan serta ada juga patung yang entah itu patung apa, lukisannya juga sangat bagus dan ada nama pemiliknya “Edward Adikara“.
”Nama yang bagus” gumamku.
Rasanya sangat nyaman tinggal dirumah ini, sepi, sendiri namun nyaman tak ada orang yang bisa mengusik ketenangan ku.
Beberapa buku juga ada di dalam kamarku, serta TV yang sangat lebar. Kamar ini sangat luas namun kalau untuk kamar mandinya berada di lantai bawah.
Baru juga merebahkan tubuhku, handphone ku tiba-tiba saja berdering. Satu panggilan masuk dari nomor baru.
”Hallo? maaf ini dengan siapa? ”Tanyaku saat mengangkat panggilan itu.
”Nyonya? anda kemana? ” Ucap seorang lelaki yang aku bisa pastikan itu adalah ajudan pribadi Evan.
”Kamu tak perlu tau aku dimana” ucapku langsung mematikan panggilan itu.
Beberapa menit setelahnya sebuah pesan chat masuk, Aku langsung membukanya.
“Tuan mencari anda“ .
"Bukankah kehadiranku di sana tidak diinginkan? aku sudah bebas begini mana mungkin mau kerumah jahanam itu dasar lelaki tidak tau diri bukannya terima kasih malah ingin membunuh istrinya sendiri" umpat ku dengan emosi yang meluap-luap saat ingat apa yang telah ia lakukan kepadaku.
Aku langsung membuang kartu sialan itu lalu kuganti dengan yang baru, untunglah aku punya kartu baru yang habis aku beli saat diperjalanan, sialnya aku baru ingat untuk menggantinya dengan yang baru.
Kubuka lemari itu lalu ku susun semua pakaian yang kubawa dan juga beberapa barang lainnya aku susun dengan rapih, dan semua make-up ku dan yang lainnya aku taruh di atas meja rias.
Beberapa hari ini rasanya fikiranku
tidak tenang memang aku harus menjernihkan terlebih dahulu fikiranku agar bisa berfikir dengan tenang.
Tak lupa setelah itu aku menyimpan beberapa nomor seperti nomor kedua orang tuaku, dan juga beberapa nomor temanku.
Krutuk~ krutuk....
Suara perutku bunyi, aku tersadar sedari tadi belum makan, aku bangkit saat semua telah selesai. Aku berpakaian rapih dan mengambil tasku lalu keluar dari rumah, tak lupa aku langsung mengunci rumah tersebut.
Mobilku pun melaju dengan kecepatan sedang, sambil menikmati pemandangan sekitar kampung ini.
Mobilku melaju terus menerus untuk pergi ke supermarket. Sambil terus melihat akupun menemukan supermarket terdekat.
Aku segera turun dengan bergegas masuk kedalam. Banyak sekali buah-buahan serta makanan cepat saji dan juga ada beberapa sayuran.
Aku mengambil beberapa yang kubutuhkan, yang paling banyak aku ambil adalah makanan cepat saji. Serta beberapa buah yang masih segar dan juga sayuran.
Bruukkk~~~
Seseorang telah menabrak ku akupun terjatuh dengan beberapa sayuran yang tengah aku pegang.
"Kau tidak apa-apa? " Tanya seorang lelaki itu kepadaku.
Tangannya ia ulurkan untuk membantu ku berdiri, terlihat dari wajahnya ia tersenyum melihatku. Namun dengan secepatnya tanganku ku tarik untuk melepas tangannya.
"Yah aku tidak apa-apa" jawabku pelan.
Aku kaget bukan main saat melihat wajah lelaki yang tengah berada disampingku, wajahnya sangat mirip dengan Evan. Lagi-lagi aku mengingat lelaki sialan itu yang sudah merusak kehidupanku.
“Sialan“ umpat ku kesal dalam hati.
"Mau kubantu? " Tanyanya lagi.
"Tidak usah, aku bisa sendiri" sahut ku langsung pergi meninggalkan lelaki itu.
Setelah selesai membayar semua yang kubeli, aku bergegas memasukkan belanjaan ku kedalam bagasi mobil lalu menutupnya.
"Kau bukannya istri dari Evan? " Ucapnya yang membuatku kaget dan seketika aku bertatap pandang dengannya.
Lelaki ini mengikutiku sampai ke parkiran, pertanyaan yang ia berikan kepadaku itu sangat membuatku terkejut pasalnya aku sama sekali tidak mengenal dirinya.
"Siapa kamu? kenapa kamu bisa tau aku istri dari lelaki sial*n itu" tanyaku kepada dirinya.
Dia hanya tertawa kecil, seperti mengejekku. Emosiku meluap-luap ingin sekali rasanya aku menonjok wajahnya yang sedang tertawa.
"Kenalin aku Edward abangnya Evan" jawabnya.
Sontak saja membuatku kaget dan aku juga baru tau jikalau Evan mempunyai kakak laki-laki. Pantas wajahnya sangat mirip dengan Evan si bajingan itu.
Aku hanya terdiam, tak kuhiraukan lagi lelaki itu aku langsung membuka pintu mobilku dengan terburu-buru ingin sekali pulang.
Namun, tangannya langsung memberhentikan agar pintu itu tak bisa aku tutup. Aku menatapnya dengan tatapan tajam.
"Pergilah dasar sial*n" umpat ku kesal.
"Galak sekali, bukannya kau kepo kenapa aku bisa tau dirimu? " Ucap Edward.
"Aku tidak mau berurusan denganmu, kamu dan adikmu sama saja dan aku tidak mau berurusan dengan keluarga mu".
" Kamu salah, aku sama sekali berbeda dengan Evan" ucapnya lagi yang terlihat meyakinkan ku.
"Jadi apa maumu? apakah kamu datang kesini untuk membuntutiku? lalu akan menangkapku dan memberikanku kepada Evan sialan itu? " ucapku dengan nada kasar.
Aku tidak tau menau lagi dengan dirinya apapun itu aku akan membela diriku sendiri agar tidak pulang kerumah neraka itu.
"Tidak, aku memang tinggal disini" ucapnya.
"Pergilah aku tidak mau melihat wajahmu" ucapku langsung menutup pintu mobilku dengan keras.
Mobil itu aku langsung lajukan dengan kecepatan tinggi agar lelaki itu tidak bisa mengikutiku.
Akhirnya beberapa jam kemudian aku telah sampai dirumahku, aku segera turun dan membawa semua barang belanjaanku.
Aku lalu membuka pintu rumah tersebut dengan segera aku menutupnya kembali. Aku menaruh semua barang belanjaan ku di atas meja tepatnya di dapur.
Semuanya ku susun rapih didalam kulkas seperti sayuran dan beberapa makanan kaleng, serta buah yang masih segar.
Buah yang lainnya aku cuci terlebih dahulu dan akupun memakannya, aku mengambil beras lalu ku masukkan kedalam rice cooker.
Setelah semua selesai aku duduk didepan TV besar yang berada didalam kamarku sambil menikmati cemilan dan segelas jus yang sudah aku buat untuk menunggu nasi matang.