Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Ini tempat saya bekerja, saya wajib melindungi ketenangan tempat ini, tanpa anda ribut dan adu mulut di sini, tempat ini selalu ramai dan penuh kehebohan karena pasien yang datang selalu dalam kondisi berbeda, namun tidak ada yang besar mulut seperti anda."
"**** ... " umpatnya kesal.
Kemudian pria itu mengepalkan tinjunya, namun belum sampai ke tempat tujuan, dokter wanita itu menangkap genggaman tangannya, kemudian Stella berputar, dan dalam satu kali hempasan, dia membanting tubuh besar pria bertato tersebut hingga ambruk menimpa rak peralatan medis, suara benturan tersebut menggema di seluruh emergency room.
Pria itu pun terdiam sejenak di lantai, tak ada lagi suara atau pun pergerakan.
"Jika ada yang ingin bernasib sama seperti dia, silahkan maju, jika tidak, tutup mulut, jaga etika kalian selama berada di sini, dan biarkan kami melakukan pekerjaan kami dengan tenang." Stella menatap tajam ke sekawanan pria berpakaian hitam tersebut, pandangannya teduh namun tampak mengancam, hingga membuat mereka diam tak berkutik.
"PAHAM!!!???" bentak Stella.
"Paham dok," seperti sekumpulan robot, para pria berwajah seram itu menjawab serentak, tak lagi ingin membantah.
Dokter Jimmy dan tim emergency room pun memulai aksi penyelamatan, alat bantu pernafasan dan infus terpasang dalam waktu singkat, pria berusia awal empat puluhan itu menderita luka akibat tusukan benda tajam, dua tusukan di perut dan satu tusukan di pinggang.
"Dokter, pria ini kehilangan banyak darah,"
"Hasil pindai CT juga sudah keluar dok, lukanya cukup dalam, dan mengenai beberapa organ vitalnya juga."
"Dok, denyut jantungnya mulai menurun."
"Segera hubungi dokter Risa, dan siapkan ruang operasi." perintah dokter Jimmy.
Beberapa petugas medis, segera melakukan instruksi dokter Jimmy, ruang operasi pun sudah siap, Stella kini sedang menunggu sambil bersiap mensterilkan tangannya.
Setelah melihat pasien memasuki ruang operasi, Stella pun bergegas mensterilkan tangan nya sebelum memasuki ruang operasi.
"Baik, kita mulai ... " Stella memberi aba aba pada anggota timnya, "Scalpel."
...✨✨✨...
Dua jam kemudian.
Stella melepas semua atribut operasinya, kemudian ia menyambar ponselnya.
"Terimakasih semuanya." ucap Stella sebelum meninggalkan ruang operasi untuk menemui para pria menyeramkan yang kini menunggu di luar ruangan.
"Kerja bagus dok,"
"Operasi anda memang selalu mengesankan, cepat dan efisien," puji Maura, perawat yang senantiasa mendampingi Stella di setiap operasinya. "Pantas saja anda jadi murid terbaiknya dokter Han." Bisik maura.
Namun Stella hanya tersenyum teduh mendengar semua pujian itu, karena semua pujian itu tak ada artinya, sehebat apapun ia di meja operasi, secemerlang apapun ia semasa kuliah, satu satu nya pujian yang selalu ingin dia dengar adalah pujian sederhana dari anak anaknya.
Stella menempelkan ID card nya di sudut pintu, kemudian Pintu utama penghubung ruang operasi dan ruang tunggu pun terbuka, menampakkan segerombolan pria menyeramkan yang masih setia berjaga di sana.
Melihat kedatangan Stella, para pria itu mendongak, namun mereka masih ketakutan dengan aksi Stella di emergency room beberapa jam yang lalu.
"Yang mana keluarga dari tuan Sergio Abimana?" tanya Stella.
Pria seram dengan tato di sebagian wajahnya itu pun maju menghampiri Stella, berbeda sekali sikapnya, jika tadi ia begitu garang dan menakutkan, kini ia seperti anjing kecil di hadapan Stella.
"Kami semua keluarganya dok," jawabnya sopan. "Ayah angkat tuan Sergio ada di Italia,"
"oh ... begitu, siapa nama anda?" tanya Stella.
"oh ... uh ... eh ... saya Gerry dok," pria itu kembali menjawab dengan sopan.
"Baik tuan Gerry, kondisi tuan Sergio sudah stabil, sekarang sedang di persiapkan untuk pindah ke ruang intensif, mengingat lukanya yang cukup parah, dan ada beberapa organ dalam nya yg terluka, maka untuk beberap jam ke depan tuan Sergio masih dalam pengawasan intensif,"
"Baik dok terima kasih,"
Stella pun menganggukkan kepalanya, namun sebelum pergi dia kembali menatap wajah Gerry.
"Saya sudah menyelamatkan kawan anda, jadi jaga situasi agar tetap aman dan kondusif, jika saya dengar ada keributan dan pasien lain merasa terganggu, maka anda adalah orang pertama yang akan saya cari." Stella memberikan Ultimatum nya, karena bukan tidak mungkin jika nanti mereka kembali berulah, melihat wajah wajah ganas kawan kawan Sergio saja mungkin orang orang akan bergidik ngeri.
Stella pun berlalu.
"Baik dok, terimakasih, hei kalian tunjukkan sopan santun kalian, ucapkan terimakasih pada dokter yang telah menyelamatkan kakak Sergio." Gerry memberi aba aba kepada anak buahnya.
"Terima kasih dokter."
Ucap mereka serempak.
"Iya, sama sama." jawab Stella sebelum berlalu pergi.
Setibanya di ruang kerjanya, Stella merebahkan tubuhnya di sofa, sebelum memejamkan mata dia menarik dan membuang nafasnya perlahan, teringatlah ia pada Andre yang kini tengah di apartemen bersama nona Betty sang pekerja paruh waktu, karena Stella sedang jaga malam di rumah sakit.
Besok pagi Andre bepergian, namun Stella tak bisa membantu mempersiapkan perlengkapan dan apa saja yang di dibutuhkannya. "Semoga saja besok aku bisa pulang sejenak sebelum jam praktek di mulai."
Stella pun tak kuasa menahan kantuk, sekejap kemudian dia tertidur pulas.
...✨✨✨...
POV Andre Nathaniel atau Andre Alexander Geraldy
Hari ini aku bahagia sekali, sebentar lagi aku akan ke Indonesia, tempat yang belum pernah aku datangi seumur hidupku, tempat asal mommy, tempatku di dilahirkan, dan tempat dimana daddy ku tinggal, hanya membayangkannya saja aku sudah bahagia, akhirnya aku bisa ke sana, menghirup udara yang sama dengan daddy, dan merasa dekat dengannya.
Karena mommy bisa sangat sedih hanya karena aku menanyakan tentang Indonesia dan tentang daddy, tapi aku juga tahu mommy juga sangat rindu pulang ke Indonesia, namun kini aku bahagia karena ternyata mommy sudah mengizinkan aku untuk pergi bersama tim dari sekolahku.
Sebenarnya tanpa di ketahui mommy, diam diam aku mencari tahu siapa daddyku, seperti apa wajahnya, dimana ia tinggal, dan apa pekerjaannya, namun nihil, mommy menyembunyikan semua dengan baik, aku hanya menemukan sebuah foto lama di laci meja kerja mommy, aku yakin itu foto daddyku, karena tenyata wajahnya 80% mirip denganku, ah sepertinya tak akan sulit bagiku untuk mengenalinya, tentu saja jika tuhan mengizinkan aku bertemu dengannya.
Sebelum pergi tak lupa ku tulis sebuah surat cinta untuk mommyku, karena kami tak akan sempat berpamitan.
Maafkan aku mom, karena kita belum mengucap salam perpisahan, tapi aku tahu pekerjaan mommy adalah menolong orang lain, jadi aku harus bisa menjaga diriku sendiri, tanpa perlu merepotkan mommy, love you so much mom, aku sangat bangga memiliki mommy seperti mom.
Oh iya aku pergi ke Indonesia ... aku harap mommy tak terlalu merindukanku, aku akan baik baik saja, aku akan menelepon paman Richard begitu tiba di sana, aku juga ingin berkunjung ke rumah grandpapa, karena sangat merindukan kak Riana dan Bibi Nisya.
Bye mom ... love you
Andre Nathaniel ❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.
.
.
udah sampe bab 24 nih gengs, please othor butuh kopi 🤤🤤, atau kembang juga ga papa 🌻🌻, biar tetep fokus nulis, yang belum like, please like komen and vote nya juga yah 😁🤓 #othor ngelunjak nih🙏