Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketegasan Pak lek Rohim.
Tepat pukul 3 dini hari, Amay keluar dari pesantren diam-diam membawa ransel di punggung nya dan kantong plastik ukuran besar di tangannya dengan di bantu Haikal dan dua orang temannya. Mereka berjalan melewati jalan setapak untuk menghindari orang-orang yang sudah mulai beraktivitas berjualan ke pasar.
Di ujung jalan, terlihat sepasang suami istri yang tidak lain adalah paman teman Haikal sudah menunggu di samping mobil pickup yang membawa bermacam-macam sayuran segar.
"Ayo Mbak, masuk! Kita langsung pergi mumpung masih gelap dan belum banyak warga yang bangun! " ajak paman teman Haikal di iringi anggukan istrinya.
"Maaf Mas, Mbak! Bukan maksud saya mau menolak, tapi saya ingin duduk di belakang saja agar tidak ada yang melihat atau tau jika saya menumpang mobil kalian pergi ke kota! " pinta Amay dengan serius.
"Tapi Mbak! Jam segini anginnya dingin sekali? Nanti Mbak malah jatuh sakit sampai di kota! " jawab istrinya sedikit keberatan.
"InsyaAllah gak papa Mbak! Saya sudah menyiapkan semuanya! " jawab Amay sambil mengangkat plastik di tangannya.
Amay mengeluarkan sebuah jaket tebal dan memakainya langsung, lalu mengeluarkan selimut tebal berwarna merah dengan karakter lighting McQueen. Haikal dan dua temannya terkekeh melihat isi kantong plastik yang di bawa Amay.
Amay langsung menaiki bak mobil di bantu Haikal dan duduk di antara bakul sayuran sehingga membuatnya tertutup dan langsung mengalungkan selimutnya di leher dengan sebagian di atas kepala.
Sepasang suami-istri tadi tidak bisa melarang lagi karena Amay ngotot ingin duduk di belakang.
"Kal, bilang dengan Bulek nanti biar kakak telepon jika sudah sampai di kota! " teriak Amay kencang.
Mobil pickup pun perlahan melaju meninggalkan desa dan Amay merapatkan selimut ke tubuhnya agar tidak kedinginan dan efek angin menjelang subuh membuat Amay akhirnya tertidur tidak lama mobil melaju keluar dari desa ini.
🌾🌾🌾
Pagi hari nya...
Karena sudah tahu Amay kabur ke kota, Pak lek Rohim memutuskan untuk pergi ke desa sebelah menghadiri undangan pernikahan anak kepala desa sebelah. Pak lek Rohim pergi sendiri, karena Bulek Saroh sengaja tidak mau ikut karena ia akan menghadapi Bude Maryam yang katanya akan datang tidak lama lagi.
Pak lek Rohim sampai di tempat undangan dengan menempuh perjalanan selama 45 menit. Cukup jauh memang tapi jalan nya tidak sejelek sewaktu ke rumah Pakde Soleh.
"Ayo Pak Kyai! Silahkan masuk dan nikmati lah hidangan ala kadarnya dari kami! " ucap pemilik acara dengan ramah.
"Iya Pak Kades! Terimakasih banyak! " jawab Pak lek Rohim sungkan.
"Jangan malu-malu Pak Kyai! Anggap saja di rumah saudara sendiri! " ucap nya lagi dengan tersenyum lebar.
Pak lek Rohim hanya mengangguk sambil tersenyum dan menikmati hidangan yang ada.
Tidak lama kemudian, acara resepsi pernikahan pun segera dimulai karena pihak lelakinya sudah datang. Pak lek Rohim bertindak sebagai penasehat pernikahan atas permintaan Pak Kades.
Rangkaian acara demi acara akhirnya selesai juga, dan para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati kembali hidangan makan siang.
Pak Kades mendekati Pak lek Rohim yang sedang duduk bersama para tetua desa tersebut.
"Pak Kyai, saya dua bulan lagi akan berkunjung ke pesantren Pak Kyai! Untuk memondokkan keponakan istri saya yang dua bulan lagi tamat SD . " ucap Pak Kades tanpa basa basi.
"Alhamdulillah Pak Kades! Saya menyambut baik niat Pak Kades! Saya akan menunggu Pak Kades di pesantren! Dan mudah-mudahan pada saat itu pesantren masih berdiri kokoh! " jawab Pak lek Rohim dengan nada sendu.
"Apa maksud Pak Kyai bicara seperti itu? " tanya Pak Kades bingung.
Pak lek Rohim pun menceritakan masalah kepemilikan pesantren kepada Pak Kades tanpa pengurangi atau pun menambahkan permasalahan dalam pesantren.
"Kalau begitu ceritanya, mendingan Pak Kyai bicara langsung dengan adik ipar saya yang kebetulan hadir di sini! Beliau seorang pengacara yang mudah-mudahan bisa membantu masalah Pak Kyai! " ucap Pak Kades dengan antusias.
"MasyaAllah... Benarkah begitu Pak kades? Ya Allah! Bisakah saya bertemu dan bicara langsung dengan pengacara itu Pak Kades? " jawab Pak lek Rohim dengan wajah sumringah.
"Tentu boleh Pak Kyai! Mudah-mudahan ipar saya bisa membantu Pak Kyai! Sebentar saya panggil dulu! " ucap Pak Kades kemudian bangkit dari duduk nya masuk ke dalam rumah.
' Alhamdulillah ya Allah... ' Batin Pak lek Rohim mengucap syukur.
Tidak lama kemudian, Pak Kades datang dengan seorang laki-laki yang berumur sekitaran menjelang 40an.
"Pak Kyai, perkenal kan adik ipar saya, Ronaldi Atmajaya. " ucap Pak Kades memperkenalkan adik ipar nya kepada Pak lek Rohim.
Pak lek Rohim dan Pak Aldi panggilan akrab nya mulai berbincang serius mengenai hibah dan wasiat kakak iparnya terhadap Amay. Pak Kades bahkan sesekali ikut berkomentar memberikan pendapatnya tentang permasalahan itu.
Ketika Pak Aldi berbicara panjang lebar, Pak lek Rohim tersenyum sumringah dan bahagia yang terlihat dari ekspresi wajahnya yang selalu menebarkan senyuman. Pak Aldi pun bahkan akan ikut Pak lek Rohim pulang ke pesantren untuk mengambil berkas-berkas tersebut agar cepat di urus di pengadilan.
Tiba waktunya pulang, Pak Aldi mengikuti Pak lek Rohim dari belakang dengan mobilnya hingga sampai ke pesantren.
Sungguh sangat beruntung karena sampai saat itu juga Bude Maryam belum juga datang ke pesantren, sehingga Pak lek Rohim dengan leluasa menyerahkan surat hibah dan wasiat kakak iparnya terhadap Amay selaku anak adopsi nya.
"Terimakasih Pak Aldi akan bantuannya! Kalau bukan karena bantuan Pak Aldi dan terutama sekali Pak Kades, saya tidak tau harus bagaimana! Beginilah nasib orang desa yang tidak mengerti masalah hukum seperti itu! " ucap Pak lek Rohim dengan mata berkaca-kaca karena terharu.
"Sudah seharusnya saya membantu Pak Kyai! Apalagi ini menyangkut masa depan santri-santri di pondok ini! Saya permisi dulu Pak Kyai! InsyaAllah seminggu lagi saya mengabari Pak Kyai tentang perkembangan nya. " jawab Pak Aldi dengan sopan.
Lima menit kepergian Pak Aldi, Bude Maryam datang dengan rombongannya.
"Cepat panggil anak pungut itu! Detik ini juga dia harus menikah dengan pria pilihan ku! Karena kalau tidak aku akan membawa masalah ini ke kantor polisi karena penyalahgunaan surat wasiat palsu! " ucap Bude Maryam dengan ketus.
"Mau kalian cari di seluruh desa ini pun tidak akan ketemu, karena keponakan saya Amay sudah pergi dari desa ini dengan pengacara yang akan melegalkan surat wasiat dan surat hibah yang di tulis langsung Kang Sulaeman untuk Amay! " jawab Pak lek Rohim dengan tersenyum sinis.
"Apa kau bilang??? " teriak Bude Maryam penuh emosi.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beristirahat readers semuanya..
Semoga hari kalian menyenangkan 💕😍..
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏