Mencari Daddy Sugar? Oh no!
Vina Rijayani, mahasiswi 21 tahun, diperhadapkan pada ekonomi sulit, serba berkekurangan ini dan itu. Selain dirinya, ia harus menafkahi dua adiknya yang masih sangat tanggung.
Bimo, presdir kaya dan tampan, menawarkan segala kenyamanan hidup, asal bersedia menjadi seorang sugar baby baginya.
Akankah Vina menerima tawaran Bimo? Yuk, ikuti kisahnya di SUGAR DATING!
Kisah ini hanya fantasi author semata😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Ke Pesta
"Beginikah cara orang-orang kaya memperlakukan orang-orang miskin seperti kami? Menjadikan orang miskin mainan? Seakan kami tidak punya hati dan perasaan."
Bimo menelan ludah mendengarnya.
"Saya mengerti, merusak daun pintu mahal Tuan adalah kejahatan, karena tidak berlaku sopan di kantor Tuan, saya siap menggantinya. Tapi tolong, jangan lecehkan orang miskin seperti saya, dan jangan bermain dengan nyawa saya Tuan. Ada dua nyawa anak kecil yang masih membutuhkan saya."
Lagi, Bimo menelan ludahnya dengan susah payah. Racauan kesedihan gadis itu ia dengarkan saja tanpa mampu memberi bantahan.
"Memang tidak sepatutnya aku berbuat hal yang tidak pantas seperti itu hanya untuk menakutimu agar kamu patuh." Sesalnya.
Ding! Dong!
"Ada yang datang," lirih Bimo.
Vina mendongak.
"Tolong ijinkan saya bertemu kedua adik saya Tuan, saya mohon. Saya belum tenang bila belum melihat mereka."
"Apa jaminannya kamu tidak kabur?" Bimo menatap lekat.
"Saya janji... tidak akan kabur Tuan." ucap Vina terpaksa, lalu kembali menunduk.
"Saya pegang janji kamu. Sekarang bangkit dan ganti pakaian basahmu ini. Bersiaplah, saya sudah mengundang seseorang datang kemari untuk menata rambut dan penampilanmu. Nanti malam kita akan menghadiri pesta resepsi pernikahan Tania. Saya tidak mau kamu terlihat biasa-biasa saja."
"Tuan naik duluan," Vina menjauhkan tubuhnya dari Bimo.
Sekujur tubuh gadis itu melemas, tangannya buru-buru berpegangan pada tepi kolam, bergidik ngeri saat memastikan apa yang ia lihat dibawah sana, serupa belalai gajah dibawah jernihnya air kolam, melambai dan mengangguk-angguk diantara dua kaki kokoh yang berotot.
"Kamu yakin? Tidak takut tenggelam seperti tadi," menatap Vina yang masih menunduk.
"S-saya yakin Tuan." Vina tergagap saking gugupnya. Sekarang, dirinya lebih takut pada penampakan didalam jernihnya air kolam dibanding tenggelam seperti yang dimaksud pria itu.
"Terserah kamu," Bimo bangkit dan menjejakan kakinya di tepi kolam pemandiannya. Dengan santainya melangkah menuju lounge chair indoor mengambil jubah mandinya yang tersampir disana.
...***...
"Terima kasih, kalian boleh pergi."
"Baik Tuan," seorang MUA dan seorang pelayan yang telah banyak membantuku hari ini gegas undur diri.
Tuan Bimo memandangi penampilanku. Menyibak dan mengibas lembut gaun pesta yang kukenakan, mengawasi sepatu high heels stiletto, senada dengan gaunku yang mewah.
"Sempurna," gumam Bimo.
Vina. Rijayani
"Tuan, bolehkah mahkota di kepala saya ini dilepas saja. Saya merasa tidak nyaman saja? Tidak enak dengan mempelai wanitanya nanti."
"Kamu memang harus terlihat lebih cantik dan berkelas dari semua wanita yang hadir di pesta nanti, termasuk dari sang mempelai perempuannya," tanggapnya angkuh.
"T-tapi Tuan, tidak baik seperti itu. Malam ini pesta mereka."
"Jangan membantah, atau aku akan membatalkan janjiku untuk mempertemukanmu dengan kedua adikmu."
Aku terdiam, tentu tidak mau kalau yang diancamkan pria itu terjadi.
"Kamu tahu kan bagaimana caranya berjalan disisiku? Aku sudah menyuruh mereka mengajarimu tadi." tuan Bimo menekuk lengannya didepanku.
Aku merasa gugup, tapi tetap mendekat pada tuan Bimo, tanganku kulingkarkan pada tangan kokohnya yang menekuk, namun tetap memberi jarak agar tidak menempel.
"Tegakkan kepalamu, berjalanlah tenang dengan pandangan lurus kedepan. Kamu tidak perlu grogi apalagi merasa rendah diri didepan semua orang saat berada disisiku. Kamu mengerti?"
"Iya Tuan," patuhku.
"Eratkan gandengan tanganmu pada lenganku, menempel dan buat semesra mungkin, jangan memberi jarak seperti ini."
"Baik Tuan," patuhku lagi, melakukan persis seperti yang ia minta padaku.
"Dan panggil aku Daddy mulai sekarang," perintah tuan Bimo lagi. Ya, banyak sekali aturan dan maunya.
"Ayo, coba katakan," paksanya tidak sabar.
"D-daddy..." aku merasa begitu canggung.
"Bagus Baby, posisimu akan aman kalau selalu patuh seperti ini. Kita berangkat sekarang."
Aku mengikuti langkah lebar kaki panjangnya. Melihatku kesulitan, tuan Bimo mulai memelankan langkahnya demi menyeimbangiku.
Tiba didepan pintu ballroom berdekorasi mewah nan megah itu, kehadiran kami seketika menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan, disambut oleh sebagian besar pegawai hotel tuan Bimo, bahkan kedua mempelai turut turun dari singgasana mereka demi menyambut kedatangan kami.
Bersambung...✍️
✍️Pesan Moral : Sering-sering intropeksi dan berempati. (By : Author Tenth_Soldier)
🤣