Pembalasan Anak Pungut

Bab 28. Zanetha Mengamuk

Callista memerlukan stampel keluarga Owen untuk mengirim surat resmi. Gadis itu ingin mengirim surat ke kepala desa yang bertanggung jawab di Desa Sevill. Dia ingin memberi tahu kalau ada seorang wanita koran kecelakaan dikuburkan di daerah mereka. Ini salah satu upaya agar identitas si pengasuh itu bisa diketahui. Mungkin dengan begitu dia akan tahu siapa orang tuanya yang merupakan tuan dari si pengasuh malang itu.

Stampel keluarga Owen yang biasanya ada di atas meja kerja Michael tidak ada. Maka Callista pun membuka laci-laci yang ada di meja kerja itu. Karena masih tidak di temukan juga, dia pun membuka laci-laci yang ada di rak-rak buku.

"Laci ini sudah sekali di buka. Apa dikunci?" Callista bergumam.

Gadis itu teringat ada beberapa kunci di laci kedua di meja kerja milik Michael. Lalu, Callista pun mengambil kunci itu dan mencobanya satu persatu. Hasilnya ada satu kunci yang cocok dan bisa membuka laci itu.

"Wah, banyak sekali koran di sini!" batin Callista dan penasaran dengan isi tumpukan koran itu.

Mata Callista terbelalak saat melihat tahun terbit koran-koran yang ada di sana. Tanggal yang tertera di sana 21 April 1955 atau 15 tahun yang lalu. Dia pun membuka koran itu dan mencari ada berita penting apa di sana.

"Pasti ada suatu informasi yang sangat penting di sini," gumam Callista yang matanya terus bergulir membaca judul-judul yang termuat di koran itu.

Di halaman pertama di bagian bawah ada pengumuman penting. Keluarga Kinsey menyatakan pencarian putri dan pengasuhnya. Bahkan uang yang ditawarkan sebagai hadiah pun tidak tanggung-tanggung, 1000 koin emas. Angka yang sangat fantastis, apalagi untuk ukuran 15 tahun yang lalu, bisa untuk membeli rumah mewah.

"I-ni ...."

Jantung Callista berdebar kencang ketika nama anak perempuan itu tertulis di sana dan fotonya yang sedang tersenyum lebar ke arah kamera. Dia tahu dan pernah mendengar kalau pasangan suami istri, Felix dan Margareth mempunyai anak perempuan yang bernama Callista. Namun, foto yang terdapat di koran itu adalah foto dirinya.

"A-pa mungkin aku adalah anak dari keluarga Kinsey?" 

Tubuh Callista bergetar dan air matanya bercucuran. Jika ini adalah benar, maka tujuan hidupnya akan tercapai. Dia ingin pergi dari keluarga Owen dan kembali bersatu dengan keluarga kandungannya.

Matanya bergulir ke nama pengasuh dan juga foto wanita muda. Seperti pengakuan Paul yang mengatakan kalau perempuan yang meninggal itu masih muda, bukan pengaruh paruh baya seperti kebanyakan.

Semua koran yang ada di laci itu Callista buka satu persatu dan hanya ada satu kesamaan di sana. Yaitu, pengumuman keluarga Kinsey tentang putrinya yang hilang. Di bawah tumpukan koran itu ada foto-foto Callista sewaktu masih kecil ketika bersama keluarga Owen.

"Oh, Tuhan!" Callista menutup mulutnya karena masih belum percaya dengan informasi yang dia dapatkan saat ini.

***

"Sayang, aku barusan mendapatkan informasi kalau ada anak gadis bernama Callista mencari keberadaan orang tua kandungnya. Salah satu pelayan kita di kawasan Marvel mengatakan itu. Ayo, kita ke sana untuk mencari tahu lebih jelasnya," ucap Felix dengan menggebu-gebu ketika masuk ke kamar tidurnya.

Margareth yang sedang memandang ke kebun bunga yang ada di halaman depan kediaman mereka pun langsung membalikan badan. Dia akan langsung memberikan respon jika mengenai putrinya yang hilang.

"Benarkah itu?" tanya Margareth dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya. Ayo, kita berangkat sekarang! Biar tidak kemalaman di jalan," jawab Felix sambil mengeluarkan koper untuk barang-barang mereka.

"Baik."

Pasangan suami-istri itu begitu semangat. Mereka berharap kali ini berita tentang putrinya yang hilang itu adalah benar.

Felix dan Margareth langsung pergi siang itu juga. Mereka tidak memberi tahu kepergian ini kepada Charlie. Karena pemuda itu tidak ada di rumah.

***

Sejak pulang sekolah Zanetha mengurung diri. Teman-teman di sekolah banyak yang menghina dan mem-bully dirinya. Bahkan sudah tidak ada yang mau lagi dekat dengannya. Mereka semua menjauh seakan tidak pernah kenal.

Keadaan di sekolah dan kondisi tubuhnya yang sedang sakit membuat Zanetha menjadi depresi.  Gadis itu hanya bisa menangis dan meluapkan amarahnya dengan menghancurkan barang-barang yang ada di dekatnya.

"Aaaaa!" jerit Zanetha memenuhi seluruh ruang kamar.

Kamar mewah gadis itu juga kini terlihat layaknya kapal pecah. Nanti akan ada beberapa pelayan yang membereskan kekacauan ini.

"Be*rengsek kalian semua! Akan aku pastikan kalian mendapatkan balasan dari aku. Lihat saja!" teriak Zanetha dengan penuh amarah.

Penampilan Zanetha yang selalu cantik, tapi, dan anggun dengan gaun indahnya, sekarang sangat berantakan, sungguh sangat kontras. Rambut yang biasanya tergerai indah dengan aksesoris cantik menghiasi kepalanya, kini acak-acakan. Gaunnya pun hanya baju biasa.

"Kenapa hanya aku yang kalian bully sedangkan Kak Callista tidak mendapatkan bully-an dari kalian!" 

Zanetha melemparkan lampu duduk ke arah cermin sampai hancur keduanya. Bunyi pecahan kaca yang nyaring memancing para pelayan mendatangi kamarnya. Namun, pintu itu terkunci.

"Nona ...! Nona Zanetha!"

"Nona, Anda tidak apa-apa?" 

"Tolong buka pintunya!"

Suara panggilan dari para pelayan tidak dihiraukan oleh Zanetha. Gadis itu masih memasang wajah penuh amarah.

***