Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Arka
Arka sedikit kesusahan membawa mobil, karena Zia tidak melepaskan pelukannya.
"Kamu tidur seperti ini, pasti besok akan sakit pinggang," ucap Arka.
Meskipun Arka sedikit kesusahan membawa mobil, tapi Arka tidak melepaskan Zia, karena Arka tidak mau mengganggu tidur Zia.
Selama satu jam lamanya, Arka menenangkan Zia, akhirnya Zia tenang dalam pelukannya.
Setelah sampai kerumah milik keluarga Zia, Arka menggendong Zia, tak tega untuk membangunkannya.
Dengan kesusahan, Arka memencet bel rumah.
Lalu pintu terbuka, terlihat kedua kakaknya Zia sedang menunggu mereka.
"Berikan padaku, aku akan membawa Zia kedalam kamar," pinta Roy.
"Kalo aku berikan sama kamu, takutnya mengganggu tidur Zia," jawab Arka.
Roy mendengus kesal, "yaudah bawa kekamarnya."
Lalu Arka menggendong Zia kedalam kamarnya, dan menidurkan Zia dengan sangat pelan pelan, karena takut akan membangunkan Zia.
"Aku perlu bicara denganmu, dan juga om Dimas," ucap Arka.
"Ayah sudah menunggu, diruangan kerjanya," ujar Roy.
"Baiklah, ayo kita temui om Dimas," kata Arka, lalu mereka bergegas masuk kedalam ruangan kerja Dimas.
"Tutup pintunya, takut bunda kalian mendengar ucapan kita," titah ayah Dimas.
Roy menutup pintu ruangan itu.
"Arka, coba ceritakan, ada kejadian apa tadi?" tanya ayah Dimas.
Arka menghela nafas panjang.
"Aku beniat akan mengajak Zia pulang bersama, tapi saat aku sampai diperusahaan, kata pak satpamnya, Zia baru saja pulang, tidak menunggu lama, aku langsung mengukuti Zia, karena perasaanku tidak enak," ucap Arka.
"Dipertengahan jalan, aku melihat mobil Zia berhenti, saat aku keluar dari mobil, hampir saja, Zia dilecehkan sama mantan suaminya, Zia teriak-teriak minta tolong, tapi jalan sudah sepi dan sudah larut malam, tidak ada satu orangpun yang berada disana," lanjut Arka.
"Bajingan, dia benar-benar mencari masalah." Roy tidak bisa menaham amarahnya, saat mendengar penjelasan Arka.
"Siang tadi, Rangga menanyakan uang tabungannya kepada Zia, katanya Zia sudah mencuri uang tabungan miliknya," ucap Arka.
"Uang, tidak mungkin Zia melakukan semua itu, tanpa alasan," sahut Rey.
Aku juga belum sempat menanyakan tentang itu, karena tadi siang buru-buru kembali ke perusahaan, karena ada meeting," ujar Arka.
"Arka, apa tadi gangguan kecemasan Zia sempat kumat?" tanya ayah Dimas.
"Ya, saat aku masuk kedalam mobil, aku sudah melihat seluruh tubuh Zia bergetar hebat, Zia mengigit jarinya ketakutan, tapi aku berusaha menenangkan Zia, dan ternyata berhasil," jawab Arka.
"Dengan cara apa kamu menenangkan Zia, soalnya saat Zia merasakan kecemasannya datang, Kami tidak bisa menenangkannya," ujar ayah Dimas.
"Tidak banyak yang aku lakukan, hanya saja aku memeluk, dan mengatakan hal-hal yang membuatnya tenang," jawab Arka.
"Semenjak aku tahu, Zia mentalnya terganggu, aku banyak mempelajari tentang semua itu, yang berkaitan dengan gangguan mental," lanjut Arka.
"Apa kau mencintai anak perempuanku?" tanya ayah Dimas, menatap Arka.
"Sedari dia kecil, aku sudah mencintai Zia," jawab Arka.
Sontak saja membuat Roy dan juga Rey tak percaya dengan kejujuran sahabatnya.
"Arka, apa yang kau katakan!" sahut Roy.
"Tapi itu kebenaran, Roy," jawab Arka.
"Tidak masuk akal, Zia menganggapmu sebagai kakanya, kenapa kamu menyukai dia lebih seorang adik," ujar Roy.
"Perasaan tidak bisa dipaksakan, dan juga tidak bisa dihentikan," jawab Arka.
"Apa Zia tahu, kau menyukai dia?" tanya Roy.
"Sepertinya tidak, biarkan Zia menyadarinya sendiri," jawab Arka.
"Jadi selama ini, kau menghilang, itu untuk menjauhi Zia, karena dia menikah dengan laki-laki lain?" sahut Rey.
"Bisa dikatakan seperti itu, kalian bayangkan, sakitnya menjadi aku saat itu," jawab Arka.
"Benar-benar tidak menyangka," ujar Roy.
"Jangan membatasi aku dengan Zia, aku berjanji tidak akan melukai dia, aku akan berusaha menjaga Zia," pinta Arka, penuh harap.
"Zia tidak tahu perasaanmu, apa kamu tidak apa-apa?" sahut ayah Dimas.
"Misal, kejadiannya akan sama lagi, Zia menikah dengan laki-laki lain, bagaimana?" lanjut ayah Dimas.
"Kalo memang membuat Zia bahagia, dengan senang hati, aku akan menerimanya," jawab Arka.
"Karena mencintai tidak harus memiliki, cukup melihat dia bahagia, sudah cukup, meskipun bahagianya bukan dengan kita," lanjut Arka.
"Om percaya denganmu, jaga Zia saat dia tidak sedang bersama kami," ucap ayah Dimas.
"Pasti, aku akan menjaga Zia," jawab Arka.
"Apa kalian tidak percaya dengan sahabat kalian ini?" tanya Arka, menatap kedua sahabatnya itu.
"Kami percaya, tapi kejujuranmu, benar-benar membuat kami terkejut," jawab Roy.
"Bisa-bisanya, kau menutupi selama ini dari kami," sahut Rey.
"Karena aku tidak mau menganggu hubungan persahabatan kita, makanya aku tidak memberitahukan kalian," jawab Arka.
"Yang harus kalian bereskan, si bajingan itu, biar tidak mengganggu Zia lagi, bisa jadi dia akan melakukan hal yang lebih nekad," lanjut Arka.
"Itu akan menjadi urusanku," jawab Roy.
"Kalo tidak salah, dia memiliki adik yang sangat dia sayangi, kau bisa melakukannya dari sana," ujar Arka.
"Ide yang bagus, aku akan menjadikan adiknya, sebagai ancaman," ujar Roy.
"Karena Lisa mencintaimu, kak, jadi akan sangat gampang, kakak tipu," sahut Rey.
"Diam Rey," ucap Roy, menatap tajam adik kembarannya.
Arka hanya tertawa, karena ia tahu, kalo Lisa sangat menyukai Roy, bahkan sering mengaku kalo mereka pacaran.
"Jujur saja, kau suka jugakan dengan Lisa itu," goda Arka.
"Ogah, masih banyak wanita diluar sana, yang tergila-gila denganku," ujar Roy.
"Tapi tidak laku," sahut Rey.
Roy menatap tajam kearah adik kembarannya.
"Aku pulang dulu, sudah malam," pamit Arka.
"Nginap aja disini," ucap ayah Dimas.
"Bukannya tidak mau, aku ada urusan dengan kakak iparku, om," jawab Arka.
"Yaudah, hati-hati dijalan, sekali lagi terima kasih sudah menolong Zia," ucap ayah Dimas.
"Iya om," jawab Arka, lalu Arka berpamitan juga dengan kedua sahabatnya.
Selepas kepergian Arka, semua orang masuk kedalam kamarnya masing-masing, tapi tidak dengan Rey, ia duduk sendiri taman depan.
"Sampai detik ini, aku tidak bisa melupakanmu, dan aku tidak mau bertemu denganmu, karena setiap bertemu denganmu, rasa cintaku selalu bertumbuh.." Rey memikirkan mantan kekasihnya, sembari melihat indahnya langit saat malam.
"Rasanya tidak adil, kamu sudah bahagia dengan keluargamu, tetapi aku masih meretapi kepergianmu, sampai detik ini," gumam Rey.
"Rey, masuk," titah Roy, yang sadar kalo Rey masih diluar.
"Iya kak sebentar lagi, suasana masih enak," jawab Rey.
"Kakak tahu yang kamu pikirkan, ayo masuk," titah Roy.
Dengan perasaan kesal, Rey masuk kerumahnya, karena Rey tidak bisa menolak ucapan sang kakak.
"Jangan terus-terusan seperti ini, kamu bisa melupakan dia," ucap Roy, yang mengkhawatirkan Rey.
"Sudah mencoba, tapi tidak bisa," jawab Rey, dengan suara lemah.
***