My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Tidak Tepat
...Daddy bahagia lihat kamu seperti ini Honey,,...
...Jangan terus terpuruk karena keadaan oke, Daddy bakal selalu ada buat putri Daddy....
------------------------------------------------
Sudah beberapa hari Aleta menjadi salah satu mahasiswi di Kampus internasional dan terkenal di Jakarta. Setiap harinya dia berangkat di antar supir atau Doni jika Leta menginginkannya.
Sama halnya seperti pagi ini, entah mengapa Leta begitu manja dengan Daddy-nya hingga minta di antar ke kampus. Sebagai orang tua yang begitu menyayangi putrinya Doni pun mengiyakan.
dan inilah mereka sudah berada di dalam mobil sedan mewah, Leta tampak tersenyum senang.
"Makasih Daddy sudah mau antar Leta."
"Off course Honey,, anything for daddy's daughter"
Leta tersenyum, betapa bersyukurnya bisa di lahir kan dalam keluarga harmonis.
Mobil terus melaju hingga sampai di depan gerbang kampus, Doni menatap putrinya.
"Belajar yang benar, Daddy jemput jam berapa hm?"
Leta seakan berpikir, "Leta di jemput Supir aja Dad, nanti Daddy malah bolak balik."
"Kalau putri Daddy mau, kenapa tidak?"
Aleta terkekeh dan mengambil Paper bag di kursi belakang.
"Daddy hati-hati, awas jangan ngebut."
"Siap Princess -nya Daddy."
Cup..
"Love you Dad.."
"Love you more princess.."
Doni tersenyum melihat putrinya yang kini sudah tumbuh dewasa, melihat Leta yang sudah kembali ceria membuatnya ikut bahagia.
Daddy bahagia lihat kamu seperti ini Honey,,
Jangan terus terpuruk karena keadaan oke, Daddy bakal selalu ada buat putri Daddy.
Doni kembali melajukan mobilnya.
Leta berjalan dengan membawa paper bag di tangannya, namun bukan ke kelas namun dia ingin menemui Langit untuk mengembalikan Topi juga Jaket yang di pinjamnya saat acara kemarin.
"Sorry lihat kak langit gak ya?" Ucap Leta saat berpapasan dengan Mahasiswa lain.
"Biasanya di ruang BEM, coba ke saja aja."
"Oke thanks."
Leta terus berjalan menuju ruang BEM, sebenarnya tidak enak juga namun dia harus segera mengembalikannya. Bagaimana itu milik Langit.
"Aleta, Lo mau kemana?" Sapa Bram saat mereka berpapas.
"Ruang BEM."
"Ketemu Kak Langit?"
"Eum.."
"Oh, mau gue anterin?"
"Gak usah Thanks, gue duluan ya.."
Bram mengangguk dan menatap Leta, dia mengernyit menatap paper bag yang di bawanya.
Ke ruang BEM pagi-pagi dan Aleta bawa paper bag,,
Apa mereka janjian untuk sarapan bersama?
"Woi Bram,, masih pagi udah ngelamun aja Lo." Ucap Zaki.
"Liat bidadari tuh" Tunjuk Nico ke arah Leta yang sudah berjalan jauh."
"Kalau Lo beneran suka, Pepet terus Bram ungkapin perasaan Lo dari pada keburu sama Langit."
"Yoi betul Bram, kayaknya Langit naksir Aleta juga."
Bram terdiam.
Dia memikirkan ucapan ke dua temannya, tapi dia sendiri masih ragu apa Aleta juga memiliki perasaan untuknya, sedangkan Aleta selalu bersikap cuek dengannya.
"Ayo ke kelas." Ajak Bram berjalan lebih dulu dan di ikuti dua temannya.
Di ruang BEM lebih tepatnya Langit sedang menatap tajam Luna yang berada di sana.
"Berapa kali gue bilang, kita udah gak ada hubungan Aluna."
"Itu menurut Lo Langit, tapi bagi gue kita masih sama."
Langit menghela napasnya. "Sekarang Lo keluar."
"Engga, gue gak bakal keluar sebelum Lo mau kita seperti dulu."
Langit mengepalkan tangannya, dia sudah sangat muak dengan tingkah Luna.
"KELUAR !" Ulang Langit dengan nada yang semakin tinggi membuat Luna kaget.
Air matanya menetes begitu saja.
"Lo bentak gue? Selama ini Lo gak pernah bentak gue langit, Lo selalu lindungi Gue, Lo selalu baik, perhatian sama gue." Ucap Luna dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.
Langit terdiam menatap Luna.
Bagaimana pun dia tidak tega melihat seorang wanita menangis, namun apa yang sudah Luna lakukan kepadanya sudah membuatnya begitu membenci Luna.
Langit menyambar ponselnya dan beranjak bangun, namun Luna langsung memeluknya dari belakang bersamaan dengan pintu terbuka.
Deg.!!
Leta terdiam melihat Luna yang memeluk Langit, begitu juga Langit yang tampak kaget dengan kehadiran Leta di sana.
"Sorry.." Ucap Leta kembali menutup pintunya.
Leta memejamkan matanya, jantung nya berdetak begitu cepat, dadanya pun terasa sesak.
Dia melangkah pergi meninggalkan ruangan itu, nyatanya Tidak Tepat waktu dia berniat bertemu dengan Langit.
Sementara Luna yang melihatnya pun tampak tersenyum senang. Dia tau jika Leta yang membuka pintunya.
Bagus dia lihat.
jadi gak usah gue capek-capek buat bikin dia jauhi langit.
Langit langsung melepaskan tangan Luna dengan kasar.
"Jaga sikap Lo." Ucapnya langsung keluar meninggalkan Luna sendiri.
Luna menyeka air matanya dan tersenyum.
Let's play..
gue yakin setelah lihat ini, Leta bakal jauhi langit.
Leta terus berjalan dengan napas yang semakin tidak teratur, dadanya terasa sesak.
"Aleta.!"
Leta terdiam dan menoleh, terlihat Langit berjalan dengan langkah lebar menghampirinya.
"Jangan salah paham." Ucap Langit membuat Aleta menautkan kedua alisnya.
"Ma- maksud gue.. Lo kenapa tadi?" Lanjut Langit gugup.
"O- gue cuma mau kembalikan topi sama jaket Lo kak, sorry gue baru bisa balikin."
Langit menatap Paper bag yang Aleta sodorkan, dia lantas menerimanya.
"Lo pakai juga gapapa."
Leta tersenyum "Itu punya Lo, thanks udah pinjemin gue waktu itu."
Langit mengangguk.
"Ya udah gue duluan."
Leta berjalan meninggalkan Langit, dia tidak mau merusak hubungan Langit dengan Luna.
Jadi benar, gosip yang dia dengar soal hubungan mereka.
Leta semakin mempercepat langkahnya untuk sampai di kelasnya, dia tidak mau terus memikirkan soal mereka.
********
Kelas sudah selesai, Aleta tampak masih membereskan bukunya bersama Alis.
"Nongkrong kuy,,"
Leta menoleh menatap Alis yang tampak bersemangat.
"Gue ijin Daddy gue dulu."
"Gas,," Ajaknya beranjak bangun.
Mereka berjalan bersama dengan sesekali tertawa karena Alis bercerita lucu hingga sampai di parkiran, namun langkah Aleta berhenti saat melihat Langit di bersama ketiga temannya berada di sana.
Langit yang bersandar di mobilnya pun melihatnya, tatapan kedua bertemu. Aleta lah yang memutuskan pandangan mereka. Bayangan dimana mereka berpelukan kembali teringat.
"Kak langit tuh" bisik Alis
"Yuk," Ajak Leta menarik tangan Alis menuju mobil.
"Eh Neng Aleta, Neng Alis.. mau pulang nih?" goda Boni tersenyum.
"Gak usah sok kenal." Ketua Alis
"Dih galak banget, Neng Aleta makin cantik aja sih." Lanjutnya membuat Gala juga Arga menggeleng.
Sementara Langit terus menatap Leta, dia merasa jika Aleta berubah.
"Gaje Lo, Ayo Ta cabut." Ucap Alis masuk ke dalam mobilnya.
Baru saja Leta akan membuka pintu mobil, suara seseorang membuatnya menoleh.
"Langit.."
Luna berjalan menghampiri Langit. "Maaf ya, Lo lama nungguin gue." Ucapnya bergelayut manja di lengan Langit.
Langit tidak merespon, dia terus menatap Leta yang sudah masuk ke dalam mobil Alis.
"Ganjen banget jadi cewek." Kesal Alis langsung melajukan mobilnya.
"Langit,, ayo pulang udah panas di sini."
"Lepas.!" Ucap Langit dengan menghempaskan tangan Luna.
"Kok Lo kasar sih."
Langit tidak menjawabnya, dia langsung masuk ke dalam mobil dan melaju keluar.
"Langit kok gue di tinggal." Teriak Luna saat mobil Langit sudah melesat pergi.
Arga menatap Luna malas. "Gak usah ganggu Langit lagi." Tegasnya membuat Luna menatapnya tidak suka.
"Apa urusan Lo."
"Gue orang pertama yang bakal nentang Lo deketin Langit lagi.!" Ucap Arga yang langsung pergi menuju mobilnya.
Gala juga Boni hanya tersenyum remeh menatap Luna dan berbalik masuk ke dalam mobil mereka.
Luna mengepalkan tangannya.
Sampai kapanpun Langit bakal tetep milik gue-