Arisha, gadis yang tidak pernah merasakan kebahagiaan setelah orang tuanya berpisah.
Tak disangka, takdir membawanya bertemu shean. Pria yang ditinggal istrinya setelah melahirkan putranya..
Demi biaya operasi ibunya, risha terpaksa menerima tawaran shean untuk menjadi ibu sambung dari putranya yang hanya menginginkan gadis itu..
Mampukah Risha menjalani peran Seorang ibu untuk Archie, dan menjadi istri kontrak untuk shean?...
Happy reading...
Tinggalkan jejak berupa Like komen jika suka dengan cerita ini. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Kerinduan Seorang Putri
Risha mengingat sesuatu. Jalan ini kan, Jalan rumahnya Shean. Matanya melihat Jam dipergelangan tangannya menunjukkan Pukul 12.10 Pm. Sebentar lagi Shean, pulang.
"Oh, Jadi Kalian disini Rupanya?..." Suara Maskulin yang keluar dari Seorang pria mengagetkan Arisha dan Jaxton.
Shean berdiri dibelakang Jaxton dengan Mata menatap Risha. Raut wajahnya tidak bisa ditentukan. Entah kapan datangnya pria itu.
"S shean, Aku bi--..."
"Aku menunggumu dirumah!" Tanpa berucap lagi, Shean berbalik dan melangkah Pergi. Meninggalkan Risha yang berusaha menahannya namun Hatinya sudah kaku.
Jaxton melihat Kepergian Suami risha hanya biasa saja. Tak merasa bersalah sedikitpun.
Risha yang hendak melangkah Menyusul suaminya langsung ditahan oleh Jaxton.
"Kau mau kemana?" Jaxton menahan pergelangan tangan Kiri Risha.
"Lepas jaxton. Suamiku pulang!" Risha berusaha melepaskan Tangannya dan Akhirnya berhasil.
"Aku Ingin bicara!"
"Tidak untuk sekarang. Plis, jangan datang ketempat ini lagi.." Titah Risha, bukan permohonan namun sebuah Perintah. Seteleh mengatakannya tanpa jawaban Pemilik mata Hazel itu, Risha lekas berjalan cepat. Karena Archie yang masih berada digendongannya membuatnya Kesulitan Berlari.
Jaxton masih memperhatikan Gadis pujaannya yang semakin menjauh dan hilang Dibalik pagar yang menjulang Tinggi.
"Maaf Dear, Aku terlalu Egois. Jika kamu bahagia Aku akan mengalah.." Jaxton Berucap lirih. Jangan tanya gimana perasaannya sekarang? Hancur, sehancur-hancurnya.
Pyaarrrrr
Suara Gelas dan Piring yang berserakan Dilantai membentur Keramik hingga menjadi Serpihan-serpihan Tak terbentuk. Shean langsung Menarik Alas meja yang digelar sebagai Penambah Hiasan Makan siangnya. Namun kini Semuanya sudah hancur Menjadi Satu.
Brak
Tangannya mengepal kuat Menggebrak meja kayu yang dilapisi kaca. Untung Kacanya tidak pecah.
"Beraninya Mereka bertemu diKawasanku! Ahhhkkkk!!!..." Shean menggebrak ulang Meja didepannya dengan emosi yang membara direlung dada.
Semua pelayan yang tadi baru selesai menyiapkan makan siang langsung pergi dengan wajah ketakutan melihat kemarahan sang Majikannya. Hingga makanan lezat yang belum tersentuh itu pun menjadi korban Kemarahan Seorang Shean.
Risha yang baru Masuk menyusul suaminya pun terkejut mendengar keributan diruang Dapur. Tubuhnya Lemas ketika melihat noda darah ditangan Sang suami dan pecahan-pecahan gelas dan Piring dilantai.
"She Shean..." Ucap Lirih Risha berusha mendekati Suaminya yang duduk dikursi sambil menyembunyikan wajahnya dikedua tangannya yang dilipat diatas meja sebagai penumpu.
Merasa terpanggil, Shean mendongakkan kepalanya dan memperbaiki posisi duduknya. "Anjaa..." Teriak Shean.
Tak butuh waktu lama, pelayannya pun datang dengan Raut wajah ketakutan. Namun Anja berusaha Menutupinya dan bersikap sesopan mungkin.
"Tu tuan manggil saya?" Tanya Anja gemetar.
"Ambil Archie, dan bawa Keatas." Titah Shean. Suaranya tidak seperti ada kemarahan. Namun tetap membuat Anja melakukan perintahnya.
Selepas Kepergian Anja yang membawa Sikecil Archie yang setia memeluk Mama Risha. Risha kini yang dirundung Rasa takut.
"Kemarilah." Pinta Shean pelan, tangannya menepuk Kursi disampingnya. "Ayo kemari..." Ulang Shean lagi, karena Istrinya tak kunjung jalan malah diam ditempat.
Risha perlahan-lahan berjalan hingga berdiri didepan Shean.
"Duduk"
Risha menurut.
"Obat i, tanganku.."
"Hah?" Risha membulatkan matanya.
"Tidak dengar?"
"Iy iyaa..."
Tanpa menunggu lagi, Risha meraih kotak obat didepannya yang baru dibawakan Salah seorang pelayan Dirumah Shean. Dengan pelan dan Tlaten, risha mulai Menghentikan Darah yang masih mengalir dan Membalutnya dengan Kasa yang di Lilit dengan Plaster.
"Shean. Aku Bisa menjelaskan se..."
"Aku harap kamu mengingat kontrak kita!"
Sejenak Risha Memejamkan Matanya. Banyak keindahan yang dia bayangkan dalam pernikahan ini. Namun Kontrak tetaplah kontrak. Risha tak bisa menyangkalnya.
"Bagaimana jika kita tambah waktunya?"
"Maksudnya?" Risha mengerutkan keningnya menatap shean intens.
"Kontraknya kan cuma dua tahun. Kita tambah satu dua atau tiga tahun..."
"Maksud kamu apa?" Kedua alis risha terangkat keatas. Gadis itu berdiri didepan Shean dengan Raut yang tak bisa dipastikan.
"Kamu tenang saja. Kompensasi nya akan bertambah, Dua tahun berati dikalikan dua kali lipat.. Bagaimana?" Shean menaikkan sebeleh alisnya. Menanti jawaban Istrinya yang diharapkan sesuai perkiraan nya.
"Kamu pikir aku apa, shean? Aku tidak menjual diriku atau kasih sayangku padamu. Aku tidak butuh uangmu! Aku butuh kebebasanku, 1 tahun lagi aku akan menanti.." Ujar risha mengepalkan tangannya.
"Penawaran ku masih berlaku sampai disurat perjanjian kita.." Jawab shean entengnya. Pria itu berdiri dan melangkahkan kakinya pergi menuju lantai atas, meninggalkan Risha yang diam dengan fikirannya yang teramat kacau.
..._***_...
Hari begitu cepat berlalu.
"Ayo Archie... Kemari sayang... ." Panggil Risha Mengulurkan tangannya Menyambut Putranya yang kini belajar Melangkah pelan.
Archie berdiri dan mencoba berjalan.
1 langkah
2 langkah
3 langkah
4 langkah
5 langkah
Dan seteleh langkah terakhir nya yang hendak mencapai Mamanya, Sikecil itu terjatuh. Risha dengan sigap langsung membantu putranya yang menangis.
"Cup cup...nggak papa sayang." Ucap risha mengelus punggung putranya yang masih berdiri memeluknya.
Kegagalan itu wajar, bagi risha. Karena dari itu, kita akan belajar untuk terus meningkatkan kemampuan, supaya keberhasilan kita raih.
Archie yang sudah tenang kembali tersenyum.
"Mau jalan lagi, hem?" Tanya risha mencium gemas pipi Putranya yang sudah bisa berjalan satu dua langkah. "Mama pegang in ya..." Risha menggenggam kedua telapak tangan putranya. Archie nampak Ceria lagi dan mengikuti langkah Mamanya.
Risha menuntun kedua tangan Putranya berjalan pelan diatas Rumput taman depan rumahnya. Archie dengan wajah sumringah nya semakin cepat Melangkahkan kakinya.
"Archie.." Panggil Shean yang sedari tadi menyaksikan Istrinya begitu sabar membantu Putranya yang belajar berjalan.
Sikecil itu menoleh kebelakang dan melihat suara yang memanggilnya. Archie Langsung kegirangan melihat kehadiran papanya.
"pa pa"
Risha melepaskan tangan putranya dan sikecil itu mulai melangkah menuju pria yang berdiri hanya beberapa langkah untuk orang dewasa.
"Kemari.." Shean menyambut Putranya yang semakin mendekat.
Archie tertawa ketika tubuhnya melayang keatas. Pria kecil itu berhasil Menggapai papanya, detik berikutnya tubuhnya langsung melayang. Shean bahagia, putranya sudah bisa berjalan.
cup
cup
cup
"Anak papa sudah bisa jalan..." Shean Memperlihatkan wajah bahagianya kepada sang putra yang tertawa karena Ulah papa shean yang menciumi perutnya.
Risha Tersenyum melihat Ayah dan anak itu. Hatinya menghangat, Perasaan yang tidak bisa ditahan. Melihat pria yang sudah menembus Jantung hatinya Terlihat begitu bahagia. Melihat Archie, Risha rindu Angga dan ibunya. Bagaimana kabar mereka? 6 bulan risha tidak pernah Berkunjung, membuat Hatinya kini dirundung Rindu yang berkecamuk menjadi satu didada.
Risha dengan cepat mengusap Bulir putih yang menetes membasahi pipinya. Risha ingin meminta izin pada Shean, namun Seteleh Perdebatannya beberapa bulan lalu, membuat Risha tak berani meminta apapun pada pria itu. Semua yang dilakukan Risha, itu hanya untuk Archie sekarang.
Tanpa risha ketahui, Shean ternyata melihat Wajah kesedihan dimata Istrinya. Shean tidak buta, matanya menangkap jelas ketika bulir bening itu menetes dan langsung dihapus.
"Kenapa?" Tanya Shean.
Risha mendongak, namun tak berani melihat mata Hitam pekat itu. Hanya gelengan pelan yang dijadikan jawaban. "Aku mau, masuk kedalam.." Jawab risha, tanpa menunggu lagi. Risha melangkah meninggalkan Shean dan Archie menuju Dapur rumah.
Risha duduk dikursi Meja makan, tangannya dilipat diatas meja, dan tatapannya kosong entah kemana. Kepalanya menunduk disembunyikan diatas tangannya.
"Nyonya.." Panggil Anja pelan. Selain Anja, pelayan lain tidak ada yang berani mendekati Istri majikannya kecuali Mereka yang memanggil.
Risha mengintip sedikit, dugaannya benar, Suara Anja sudah Sangat dikenal. "Ya..?"
"Saya bawakan Minuman.." Ucap Anja memperlihatkan Satu gelas Es teh Jasmine kesuka'an Risha. Menurut risha, Teh Jasmine adalah minuman yang mampu menenangkannya.
"Terima kasih.." Risha Bangun dan menyenderkan punggungnya dikursi. Mengambil Segelas Es teh dan meneguknya beberapa kali.
"An..." Lirih risha.
Anja yang masih berdiri disamping Risha pun menoleh. "Iya, Nona?"
"Kenapa kamu mau menjadi ART?"
Anja tertegun beberapa saat mendengar Pertanyaan Majikannya.
"Sudah takdir saya, nona.." Jawab Anja.
"Ayo, kita lawan takdir ini..." Risha Memejamkan matanya Erat. Rasa lelah sudah mendera menusuk kerelung hatinya. Kurang dari 1 tahun, Perceraiannya akan terjadi. Namun Mentalnya seakan sudah menyerah, takut jatuh terlalu dalam dipusaran Cinta yang selalu ditepis jauh-jauh. Risha takut Mencintai Shean.
*
*
*
Bersambung...