NovelToon NovelToon
Menjadi Mata Untuk Suamiku

Menjadi Mata Untuk Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Angst
Popularitas:6.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.

Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.

Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Malam itu, White tak lagi tidur sambil memeluk Airi seperti malam-malam biasanya. Pria itu tidur dengan posisi berbaring memunggungi Ai. Ini sungguh tak nyaman, bahkan hingga tengah malam, Airi masih belum bisa memejamkan mata.

"Abang sudah tidur?" tak ada jawaban, membuat Airi menyimpulkan jika White sudah tidur. Dia bergeser mendekati White lalu memeluk pinggangnya. "Ai minta maaf Bang. Ai lalai menjaga Abang." White yang sebenarnya belum tidur, bisa mendengar suara isakan Airi. Apakah dia sudah keterlaluan marahnya? Bahkan setelah Airi dengan tulus mengobati lukanya, jangankan bilang terimakasih, bicara sepatah katapun tidak. Dan sebelum tidur tadi, dia juga tak menyahuti saat Airi mengucapkan selamat tidur. Padahal jika dipikir-pikir, ini bukan murni kesalahan Airi.

"Airi janji bakal jagain Abang lebih baik lagi. Airi sungguh menyesal karena tak bisa mencegah pria tadi memukul Abang," Airi masih terus bicara disela sela isakannya.

Ahh...kenapa hati White terasa sakit mendengar tangis Airi. Ada apa dengan dirinya? Mungkinkah dia sudah ada rasa dengan Airi? Sampai rasanya, dia tak tega mendengar wanita itu menangis.

"Berhentilah menangis."

Deg

Airi reflek melepaskan pelukannya, ternyata White belum tidur.

"Aku tak bisa tidur karena terganggu suara tangisanmu." Sebuah kebohongan besar, terlalu gengsi mengakui jika hatinya sakit mendengar isakan Airi.

"Maaf," Airi segera menyeka air mata lalu menggeser sedikit tubuhnya. Tapi diluar dugaan, White justru membalikkan badan dan memeluknya. Jantung Airi berdegup sangat kencang.

Bukankah selalu seperti ini setiap malam, tapi kenapa malam ini terasa lain?

"Tidurlah,"

"A-abang juga."

White menyorokkan wajahnya diceruk leher Airi. Dan seketika, senyum Airi mengembang.

White terbangun dengan posisi Airi memeluknya. Entah seperti apa tidur mereka semalam, hingga saat ini, justru Airi yang memeluknya. Apakah ini belum pagi, hingga Airi belum bangun? Ingin tahu sekarang jam berapa, White melepaskan belitan tangan Airi untuk mengambil ponsel diatas nakas. Seakan tak mau lepas, Airi malah kembali memeluk bahkan sebelum White sempat bergerak. Kali ini lebih erat, sampai White bisa merasakan gundukan kenyal menekan dadanya.

White jadi teringat ucapan seseorang di mall kemarin.

Kalau aku jadi wanita itu, pasti malu banget. Nuduh dipegang dadanya, kayak gede aja, padahal punya istri pria itu lebih gede.

Jiwa penasaran White jadi meronta, sebenarnya sebesar apa milik Airi. Sayang kemarin tak tadi beli daleman, kalau jadi, dia pasti tahu berapa ukurannya. Entah dapat bisikan dari mana, White menggerakkan tangannya untuk menyentuh dada Airi.

Tidak boleh, ini namanya pelecehan.

White kembali menarik tangannya sebelum sempat menyentuh. Jantungnya berdegup sangat kencang.

Bukan pelecehan, dia istrimu.

Akal sehat White kembali perperang. Sampai akhirnya, niatnya bulat untuk menyentuh sesuatu yang terasa menekan itu. Tapi keberuntungan sedang tak berpihak padanya, karena Airi lebih dulu terbangun.

"Astaga, aku kesiangan," Peki Airi sambil melompat dari atas ranjang lalu berlari menuju kamar mandi. Gara gara semalam tak bisa tidur dia jadi bangun kesiangan.

Meski tak melihat, White bisa mendengar suara pintu kamar mandi yang ditutup sedikit kencang. Tak lama kemudian, terdengar suara kran air yang dibuka. Dia hanya bisa membuang nafas kasar. Kalau saja tadi dia tak ragu-ragu, sudah pasti kesampaian megang tadi.

Selesai mandi, Airi segera menuju dapur. Ini sudah terlalu siang, sebentar lagi White pasti bangun, sedang makanan belum siap. Segera dia mencuci beras lalu memasaknya dimagig com. Setelah itu mengambil ayam, tahu, serta beberapa sayuran dikulkas untuk segera dieksekusi.

"Ai, Airi."

Mendengar White berteriak memanggilnya, Airi gegas menyahut sambil berlari menuju kamar. Tapi pria itu tak ada disana. Mendengar teriakan yang ternyata dari dalam kamar mandi, Airi segera masuk kesana, takut jika White terpeleset dan jatuh.

Mulut Airi menganga melihat White berdiri dibawah shower dengan kondisi polos. Sebelumnya, dia biasa melihat pria itu hanya memakai calana dalam, tapi kali ini, bahkan tak pakai apapun. Untung White berdiri membalakangi pintu, jadi posisinya saat ini, membelakangi Airi.

"Ai," White kembali memanggil setelah tadi mendengar suara pintu dibuka.

"I-iya Bang."

"Kenapa peralatan mandiku tidak ada ditempatnya, handuk juga tidak ada?"

Airi langsung tepok jidat. Karena kesiangan, dia sampai lupa menyiapkan semua peralatan mandi White ditempat biasanya.

"Maaf Bang, aku lupa." Airi segera menyiapkan semua peralatan mandi dan meletakkan ditempat biasanya yang bisa dijangkau dengan mudah oleh White. "Sudah Bang," ujarnya setelah menyelesaikan tugasnya.

"Apa kau mau memandikanku?"

What! Mata Airi langsung membulat. Meski White tak bisa melihat, selama ini, Airi hanya sebatas menyiapkan peralatan mandi dan pakaian. Belum pernah sekalipun dia memandikan suaminya itu karena White bisa mandiri.

"Kalau tidak, kenapa belum keluar juga?"

Lagi-lagi, Airi tepuk jidat. Jadi kalimat tadi sindirian, mengusir dengan cara halus. Tapi dia malah salah paham, dikira White benar-benar minta dimandikan.

"I-iya Bang, aku keluar." Airi gegas meninggalkan kamar mandi lalu menutupnya kembali. Diam-diam, White tersenyum geli. Dari nada suaranya tadi, dia tahu jika Airi tengah gugup. Padahal jika tadi Airi bilang mau, dia tak keberatan dimandikan.

Airi kembali menuju dapur sambil mengibas ngibaskan telapak tangan didekat lehernya. Pagi-pagi, White sudah berhasil membuatnya kegerahan, sial.

...-------------...

Airi dan White, keduanya duduk dikursi makan sambil sarapan. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir White, sampai akhirnya, Airi lebih dulu mengajaknya bicara.

"Abang masih marah sama Ai?"

"Sudahlah, lupakan saja."

Airi bernafas lega mendengar kalimat itu keluar dari bibir White.

"Ai benar-benar minta maaf."

White meletakkan sendok dengan sedikit kasar sampai Airi kaget. "Aku bilang lupakan. Dan satu lagi, jangan menangis lagi. Aku tak suka mendengarnya."

"Kenapa?"

"Berisik!"

1
Cucu Nurjanah
bagus ini
Fida
Luar biasa
Lina Suwanti
Semoga Airi n White tetap kuat mempertahankan pernikahan,,betul kata Airi ga usah pedulikan omongan orang
almeera
bg Ryu mau nggak SM anak gadis ku, tp nunggu 10thn lg y bg🤭
Neti Herawati
Luar biasa
mujari lamongan jatim
wah. menjiwai tunanetra rupanya ya. hehehe.
Susanti Susanti
Luar biasa
Shee
bikin melow
/Whimper//Whimper/
Shee
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
ai semoga selalu di beru kuatan
semangat ai
Shee
Lumayan
Eni Sunarheni
nyesek/Sob/
Darmaliah
bagus ceritanya lanjut tor
Anonymous
keren
Ema Jason Ema
alhamdulillah akhir cerita yg bahagia🥰
Ema Jason Ema
huh hampir lemas aku kirain Airi donorin matanya
Ema Jason Ema
waduh ko jd tegang gini ya jangan Airi yg donorkan mata nya
Ema Jason Ema
terharu banget salut sama airi
milkymilkjh
😭😭awww aku pas baca nama nya White jadi keingat lagu ini, lagu favoy banget ternyata emng dari sini yaaaa inspirasi namanya heheh lucu bangett
Dg Singara
Luar biasa
Tiur Lina
jadi baper😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!