NovelToon NovelToon
Emergency 31+

Emergency 31+

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:231.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Dfe

Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.

Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.

Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.

Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?

Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cari cincin -bagian satu-

Katanya mau menjemput sore, tapi meski waktu magrib telah usai Abhi belum juga menunjukkan kehadirannya.

Resah. Cemas. Khawatir. Juga ada sedikit rasa kesal yang bercampur aduk di dalam hatinya. Semua rasa itu seperti bisa beranak pinak sendiri di dalam hati dan pikirannya kala mengetahui nomer Abhi pun tidak bisa dihubungi.

"Lho belum pulang kau Dee? Pacar kau apa belum ke sini?" Harvey yang bersuara.

"Belum bang. Mungkin jalanan macet."

Harvey mengangguk-anggukan kepala. Kemudian tangannya mengambil vape yang tergantung di lehernya. Mengaktifkan benda itu dan menghirupnya dalam-dalam. Semua kegiatan yang Harvey lakukan tak luput dari perhatian Deepika.

"Enak banget apa bang ngevaping kayak gitu?"

"Buat ku yang suka ya enak. Napa? Mau coba, jangan! Ku kuncir mulut kau kalo ikutan seperti ini."

"Lha kenapa nggak boleh? Bang Har aja bilang enak." Ngeyel emang udah menjalar ke urat nadi seorang Deepika.

"Bukan masalah enak tidak enaknya Dee. Tapi, vape punya kandungan glikol. Kamu tau glikol itu apa? Yang jelas bukan kolagen yang bisa buat kulit kau itu ngejreng mentereng bak pantat panci abis digosok sama pasir kali! Glikol pada vape bakal ngiritasi paru-paru juga mata kau, parahnya bisa nimbulin gangguan saluran pernafasan macam asma, sesak nafas, atau mungkin juga obstruksi jalan napas. Mau kau seperti itu??"

"Di benda imut kiyut ini juga ada yang namanya diasetil atau penambah rasa, yang pasti ini bukan micin atau garam! Karena diasetil lebih horor efeknya dari pada kau nyemilin micin tiap hari. Diasetil bisa jadi penyebab penyakit paru obstruktif kronis. Memicu terjadinya kanker pula! Paham kau?!"

Terang Harvey sambil masih menikmati vape yang dia pegang.

"Bang bang.. Udah tau bahayanya kayak gitu tapi tetep mok konsumsi. Mending ngemut kerikil aja sana kamu bang. Nggak bakal bikin paru-paru mu jompo di usia muda."

Dee memicingkan mata sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ngeledek saja kau ini. Mentang-mentang kau punya bahan mut-mutan yang tak ada habisnya. Pamer hah?" Harvey pura-pura ngambek. Asli nggak pantes banget.

"Maaf ya bang. Aku nggak ngerti kamu ngomong apa. Aku masih suci dan polos sekali." Deepika mengulum senyum ingin menahan tawa.

"Kau ingin aku percaya kalau kau tak mengerti aku tadi bicara apa Dee? Itu sama saja seperti kau bilang jeruk lemon sangat manis rasanya. Tak mungkin! Hahaha."

"Hahaha.. Udah sana bang masuk. Aku mau beli cendol aja sambil nunggu mas Abhi datang." Deepika terang-terangan mengusir Harvey.

Sedangkan di kantor Abhi lelaki yang hanya meneguk setengah botol air mineral sebagai syarat membatalkan puasa, kini sedikit terburu-buru meninggalkan ruang kerjanya. Dia melihat sekilas jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan, dia terlambat!

Ketika ingin menghubungi Deepika, sialnya ponsel itu kehabisan daya. Abhi jarang sekali memperhatikan batre gawainya tinggal berapa persen. Dia tidak serajin itu.

"Bhi, file yang tadi pak Bagas kirim udah kamu salin?"

Sudah terburu-buru ingin segera pulang, eh Tisya datang seperti sengaja mengulur waktunya saja.

"Sudah." Abhi menjawab tanpa melihat.

"Sukur deh. Aku takut kamu teledor lagi seperti sebelumnya."

"Kamu mau pulang? Apa aku boleh numpang sampai lampu merah depan? Mobilku nggak mau nyala tadi Bhi.. Aku nggak ngerti kenapa tapi-"

"Tapi aku nggak bisa Sya. Aku buru-buru." Abhi langsung memotong kalimat Tisya yang belum terselesaikan.

"Kan nyampe depan doang Bhi. Segitunya kamu sama temen sendiri." Masih merengek agar permintaannya di ACC Abhi.

Abhi menghela nafas berat. Dia melihat sekilas ke arah Tisya. Melirik jam tangannya lagi setelah itu.

"Sebentar."

Abhi sedikit berlari menghampiri satpam di depan yang berjaga di pintu masuk gedung perkantoran tersebut. Sesaat kemudian Abhi terlihat mengeluarkan uang dari dompetnya yang dia berikan pada pak satpam. Melihat semua itu Tisya agak kebingungan.

Rasa penasarannya terjawab, kala Abhi keluar begitu saja tanpa menoleh ke arahnya. Dan ada satpam yang tadi diajak Abhi ngobrol terlihat berjalan cepat menghampiri Tisya.

"Bu Tisya, kata pak Abhi mobilnya mogok ya? Saya tadi diminta pak Abhi memesankan taksi online untuk bu Tisya, tapi.. Saya tidak tahu alamat rumah bu Tisya untuk dimasukkan ke aplikasi sebagai rute tujuan. Ini bu, bu Tisya bisa menuliskan sendiri alamat rumah Bu Tisya di sini." Pak satpam menyerahkan ponselnya.

"Nggak perlu pak. Permisi!" Tisya melangkah dengan perasaan luluh lantak.

"Lho, tapi pak Abhi sudah memberi saya uang sebagai ongkosnya bu." Pak satpam berusaha mengejar langkah Tisya.

"Buat pak satpam aja."

Terang Tisya tanpa mau berlama-lama di lobby karena dia masih ingin berbincang dengan Abhi. Tapi sayangnya mobil Abhi sudah tidak terlihat di parkiran. Tisya mengigit bibirnya dalam. Pasti sakit, tapi lebih sakit ketika terus terusan diacuhkan. Ayolah.. Tisya hanya ingin berteman dan membuat hubungan antara dirinya dan Abhi seperti dulu lagi.

Sepertinya kata 'seperti dulu lagi', tidak akan pernah terjadi. Karena Abhi sengaja menjaga jarak sejauh-jauhnya dari Tisya. Bukan tanpa alasan.. Ada hati yang harus dia jaga yaitu Deepika. Dan Abhi juga tidak mau memupuk perasaan sayang di hati Tisya yang jelas masih terlihat tunas-tunas kehidupannya.

"Pada akhirnya kita jadi sama-sama buta Bhi... Kamu nggak melihat ku, dan aku juga nggak bisa melihat selain dirimu.. Mengenaskan sekali.." Ucap Tisya lirih.

Di depan kantor Deepika.

Gerimis berubah hujan. Deepika yang tadinya duduk betah di bawah payung besar menikmati cendol dan siomay sendirian, kini mulai bosan.

"Mas mas.. Telat kok nyampe dua jam. Itu telat apa emang nggak niat datang." Deepika menggerutu.

Dia mendlosorkan kepalanya di meja tanpa ada niat menghabiskan cendol atau siomay nya. Jemarinya secara otomatis terus menghubungi pacarnya, tapi sayang... Nomer Abhi masih belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Kalo mau main petak umpet itu sembunyi nya di luar rumah, bukan di luar area begini.. Untung pacar! Misal orang lain, udah abis tak kasih makian dari huruf A nyampe Z." Kembali bicara sendiri.

"Ngomong-ngomong, kok aku nggak ada foto bareng mas Abhi sih.. Ada dua bijik itu juga bareng keponakannya. Mana mukanya datar banget lagi nggak ada senyum-senyumnya. Oiya.. Kan dia pernah kirim foto senyum tipis-tipis, setipis kesabaran kak Juan ngadepin gesreknya kang Juned si penjual beha yang ditenteng kemana-mana itu.. Huuh.. Iya iya lupa."

Deepika melihat foto Abhi sambil turut tersenyum. Seakan foto itu sedang menampilkan senyum spesial hanya untuknya. Tiba-tiba dari belakang Deepika merasakan kepalanya di usap seseorang. Sontak Deepika mendongak dan berdiri tegak sambil menampilkan muka kesalnya.

"Kok lama sih mas." Deepika manyun menunjukkan bibir bebeknya.

'Ngomel dulu ah.. Kan nungguin dia sedari tadi juga nyaris jadi fosil aku nya.'

"Maaf cah ayu. Mas salah."

'Ya Allah adem banget dia ngomongnya. Nggak nggak.. Aku nggak boleh langsung meleleh dan nunjukin kalo aku bucin akut sama dia. No!'

Abhi membuka jas nya. Menjadikan benda yang seharian menutupi tubuhnya itu untuk di pakai Deepika. Membuat Deepika merasakan kehangatan dari benda yang wanginya kayak kembang tujuh rupa eh.. Bukan bukan yang wanginya manly banget itu!

"Iya mas. Nggak apa-apa kok. Lagian aku juga baru keluar, tadi ikut bantu bang Har siaran."

Eleh bohong banget Marpuah satu ini. Minta dikepang giginya biar kembali pada jalur yang benar kayaknya.

Abhi membuka ikatan dasi di depan Deepika, kemudian dua kancing yang bertaut manja menutupi leher serta dada juga dilepas begitu saja. Tak lupa dengan cekatan Abhi menggulung lengan kemejanya sampai siku. Deepika ngiler? Enggak. Dia melongo saking ugal-ugalan pesona yang dimiliki pacarnya. Yang ngiler tentu para reader budiman dan budiwati.

"Tadi ngeluh apa, hmm?" Tanya Abhi di dalam mobil.

Ketika akan menuju mobil tadi, Abhi sengaja menggunakan payung kecil yang memang cukup untuk satu orang untuk menutupi tubuh kecil Deepika. Dia hanya membawa satu payung saja, misal dipaksa digunakan berdua, endingnya bakal seperti pilem India. Basah-basahan di tengah hujan!

"Ngeluh? Mana ada. Mas salah denger kali." Deepika menampik.

"Mau foto bareng?" Sambil tersenyum teduh.

"Mau bangeeeeet." Mata Deepika berbinar.

"Nanti pas nikah."

Hilang sudah senyum itu. Abhi malah tertawa senang.

Sampai di pusat perbelanjaan paling besar di kota mereka, Deepika masih saja manyun. Meski dia sendiri sudah tau alasan mereka pergi ke sana untuk apa tapi tetap tidak menghilangkan muka bebek itu dari wajah Deepika.

Masih dengan muka ditekuk, Deepika pura-pura cuek ketika tangannya digenggam Abhi. Karena apa? Bukan tanpa alasan Abhi menautkan jemari mereka. Deepika yang berjalan menunduk mengutak-atik hp nya sambil terus melangkahkan kaki menjadi penyebabnya.

"Pinjam ponselnya sebentar." Kata Abhi.

Deepika mendongak. Dia bahkan tidak sadar jika sudah berada di toko perhiasan. Matanya kembali menunjukkan binar. Begitu mudah mengubah ekspresi bagi seorang Deepika.

Ketika ponsel Deepika berada di tangan Abhi, lelaki itu mengganti posisi jemari yang tadinya menggenggam tangan Deepika menjadi merangkul mesra gadisnya.

Cekrek cekrek pletak dungtak dungjreng.

Begitu lah bunyi kamera ponsel Deepika kala Abhi menggunakannya untuk mengambil foto selfi mereka.

"Ya Allah mas.. Aku lagi nggak cantik gini malah ngajak selpiiih itu gimana lho."

Ucap Deepika kala menyadari jika pacar yang tadi siang melamarnya itu sudah membuatnya salting brutal.

"Kamu selalu cantik. Ini." Kata Abhi menyerahkan kembali ponsel Deepika.

Bagaimana gadis itu tidak makin melebarkan senyumnya kala melihat hasil foto yang terjepret apik yang menunjukkan kedekatan antara dirinya dan Abhi.

"Ya ampyuuuun lutcuuu.. Iiiih... mas di sini kelihatan kiyuut bingiiitzzz.. Untung udah jadi pacarku kalo belum pasti bakal ku pelet biar mau sama aku! Hahahaha."

"Pacar? Aku calon suami kamu. Ingat?" Kata Abhi ikut terbawa atmosfer bahagia.

"Ingat dooong. Untuk mas calon suami segagah ini, aku nggak bakal lupa! Ayo foto lagi mas!"

"Udah Deep. Sekarang, pilih cincin yang kamu mau."

"Aaaah foto lagi maaaas.. Sekali aja. Ya ya ya.. Kan tadi mas yang motoin, sekarang aku dong. Ya mas ya... Peliiiiiiiiiiissss." Muka memelas minta dikasihani mode duafa on!

"Oke."

Nah kan, kurang gimana lagi itu Abhi. Sesabar itu, sedewasa itu, seganteng itu, sepekerja keras itu, dan banyak se se yang lain yang belum othor jabarin saking pegelnya ngetik mulu.

"Mas, kalo ada cewek yang lebih cantik dari aku... Terus ngegoda mas, mas bakal ninggalin aku?" Tanya Deepika sambil melihat-lihat hasil jepretannya.

"Pertanyaan mu itu seperti mencari label halal di minuman keras Deep." Jawab Abhi santai.

"Hah? Apa?" Deepika plonga-plongo.

"Nggak mungkin nggeh sayang. Aku cuma buat kamu, nggeh?"

Deepika mengangguk senang bukan main. "Nggeh Sayaaang."

1
⏤͟͟͞R ve
Suaminya gak bersyukur itu /Bomb/
⏤͟͟͞R ve
Garap, kayak lahan yang mo ditanami /Joyful/
kutiah nurin
Luar biasa
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
itu karena kurangnya bersyukur..
ketika suatu mimpi belum terwujud, bukannya sama² berjuang dan saling menguatkan, yg ada malah berpindah ke lain hati dan berharap mimpi itu dapat digapai dg org yg baru..
klo kek gitu, nanti disaat impian itu tak tergapai juga dg org yg baru, dia akan cari lagi yg baru..
gitu aja teroooosss 😑
banyak²in bersyukur biar tak merasa kekurangan 😌
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
setdah, dah antisisapi aja kau Bhi😅🤣🤣🤣

utk STA, manut aja gmn baiknya utk kamu..
utamakan kesehatanmu, jgn pontang panting kejar up, tapi abai dg kesehatan
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lebih kesel dapet junior rese, atau juniormu gak dikasih sarapan Bhi? 🤔😅🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️
Dewi kunti
LG mode waras mas abhi
Riaaimutt
q sih maunya lanjut yaa,, tp yo sak mood mu wae lah thor,, ayo tak semangati 💪💪💪
𝐙⃝🦜Gong Li
asal saling pengertian dan menerima Yo langgeng
Titik Handayani
thorrr... nasihat mu superrr sekali...lanjooottt
𝐙⃝🦜Gong Li
abhi emoh kena php, makanya dah stock makanan😂
𝐙⃝🦜Gong Li
senyamannya kamu aja
Amie Layli
ceritanya bagus,lucu,pokoknya bikin ngakak tiap baca per episode.🫰
Amie Layli
ngakak aku thor bacanya.
Dewi kunti
haiyo mergane kudu Ndang Ono pelampiasan🤭🤭🤭🤭repot lek ngganjel wae🙈🙈🙈
Dewi kunti
ak ttp baca tapi suedihe kui lho Ra tatanan,mosok bar desah an ro Deepika njut mripat bengep Mergo mewek
Sandra Sandra
sakit perut aku thor bacanya
Tina Ajay
gaaaas mas abhiii
dek deep udah pasrah tuhh😂
Elie Noerhasanah Iskandar
lanjut thor yg STA,🌹🌹👍
𝐙⃝🦜Wang Yibo
ternyata emang bener kok
selain kebutuhan makan sandang papan, bagi pria yg sdh beristri ohok ehek uhuk itu masuk jadi kebutuhan utama juga
selelah apapun urusan begitu harus ttp jalan kok
jare obat mumet lah, obat setressss lah, obat kesel lah, pokok obat mujarab bwt mereka, selain jurus perdamaian dunia dgn istrinya setelah war atau tegangan tinggi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!