Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
"Aku sepi, sepi, sepi, sepi... Jika tak ada kamuuuuu. Aku mati, mati, mati, matiiiiiiiii---"
"Berisik bang! Elah.. Kenapa sih kamu bang, suara udah kayak tutup panci jatuh dari ketinggian atap rumah Rojali, masih aja pede nyanyi kayak gitu!"
Bagaimana tidak kesal jika tiba-tiba Harvey datang dan menggangu ketenangan hidup Juan yang sedari tadi mengerjakan tugasnya di meja kerjanya.
"Hahaha.. Kau nih galaknya macam mamakku yang tiga bulan tak ku kirim uang saja! Pantes lah kau masih jones sampai sekarang." Cibir Harvey tak sadar diri.
"Bang. Ngaca bang, bang Har juga jomblo! Bahkan dari pada aku, bang Har lebih lama menyandang status jomblo nya! Itu tangan aman bang? Nggak lumutan kan?" Gantian Juan yang melirik sinis.
Mereka tentu tidak serius dengan segala bentuk cibiran yang silih berganti dilayangkan, hanya sebatas obrolan ringan yang ditujukan agar dunia ini nggak tegang-tegang amat!
"Hahaha.. Mau lumutan, mau berkerak, mau berkarat sekalipun tak pernah ku ambil pusing! Hidupku tetap bahagia walau tak punya gandengan Ju! Aku tak mau buang-buang waktu dengan drama cinta-cintaan. Jauh-jauh ku merantau untuk merubah nasib keluarga ku di kampung. Bukan buat cari perempuan yang ujungnya cuma bikin isi dompet melayang! Perempuan jaman sekarang bilang.. Ada uang Abang ku sayang, tak ada uang Abang ku tendang!"
"Nggak semua kayak gitu lah bang. Ya realistis aja, cewek itu dari ujung rambut nyampe ujung kaki semua keliatan blink-blink karena dimodalin. Kalo cowoknya cinta dan ikhlas, ya kenapa enggak? Toh nanti juga cowoknya kecipratan seneng misalkan ceweknya makin glowing karena dapet modal dari cowok kan?"
"Abis jadi glowing karena ku modalin terus cari pacar yang lebih tajir. Alasannya 'kamu terlalu baik buat aku.' Hahaha... Ku doain dapet ganti penjahat biar tak bisa bilang kayak gitu lagi suatu saat nanti!"
Juan ikut tertawa. "Bang, kamu lagi curhat?"
"Ya anggap saja begitu. Tak semua perempuan itu punya otak waras Ju! Susah bareng aku, giliran seneng bareng yang lain. Udah khatam aku sama sifat perempuan minus akhlak seperti itu."
Juan menepuk lembut punggung Harvey. "Sabar bang. Badai pasti berlalu! Tuh liat Deepika, abis-abisan cinta sama Sae.. Sae nya selingkuh sama Lisa. Mana pake buka segel segala, bunting kan Lisa nya. Lebih parah.. Si Dee mau dilecehin juga sama dia! Nggak punya otak emang si Sae itu."
"Tapi sekarang, Dee langsung dapet ganti lelaki yang berkali-kali lipat jauh lebih baik dari si Saepudin itu. Semua itu nggak instan bang. Jatuh bangunnya Dee bikin kita, terutama aku.. Makin selektif misal ada cowok yang deketin. Hubungan taon-taonan nggak jamin untuk kita mengenal bagaimana sifat asli dari pasangan itu sendiri.. Aah kok haus ngomong mulu. Bang, mau ke pantry kan? Nitip isiin ini dong!"
Juan yang bicara panjang lebar malah menyodorkan tumbler miliknya. Meski dengan mulut mengomel, tapi Harvey tetap manut berjalan ke pantry sambil membawa botol ajaib milik Juan di tangannya.
Pagi, di rumah Abhi.
Karena bapaknya masih di rumah, Abhi selalu menyempatkan waktu untuk sarapan bersama emak bapaknya. Tapi, hari ini dia merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya. Suhu badan yang naik, tenggorokan terasa kering dan semua persendian terasa nyeri, fix.. Abhi bisa memastikan jika dirinya nggak baik-baik aja hari ini.
"Kok pucet banget mas. Kenapa, sakit?" Ahiyung bertanya melihat perbedaan di wajah anaknya.
Pertanyaan dari Ahiyung membuat Sekar ikut melihat ke arah Abhi. Dan Sekar langsung berdiri mengecek suhu badan anaknya melalui tangan yang dia letakkan di dahi Abhi.
"Lho, pengacara kita sakit ko. Nggak usah kerja aja mas. Ijin barang sehari! Nanti langsung ke klinik buat berobat, biar dianter papa. Ya ko?!" Bicara bergantian untuk dua jagoannya Sekar masih berada di samping Abhi.
"Cuma demam biasa mah. Nggak apa-apa. Lagian mana bisa ijin dadakan." Jawab Abhi tenang.
"Kenapa nggak bisa?! Sakit kan nggak ada yang tau datangnya kapan! Pokonya mamah mau mas ijin kerja hari ini!" Nah nah.. Sekar sudah mengeluarkan ultimatum.
Abhi memandang bapaknya, seakan mencari pembelaan. Tapi Ahiyung malah menaikkan kedua bahunya tanda dia nggak ikut-ikutan.
"Mah, hari ini aku ada rapat sama senior. Juga mau menyiapkan berkas untuk melengkapi kasus yang diajukan klien beberapa hari lalu. Aku nggak bisa seenaknya minta ijin nggak masuk kerja dadakan mah." Abhi mencoba memberi penjelasan dengan nada sehalus mungkin.
"Astaga mas mas.. Kamu ini.. Sakit pun masih mikirin urusan orang lain?! Nyari kerja lain aja lah mas! Jadi apa gitu, biar nggak berat hidupmu!!" Masih ngomel, ibu ratu tidak bisa diajak bernegosiasi.
"Semua pekerjaan punya resiko masing-masing mah. Masa ujuk-ujuk minta mas Abhi pindah haluan hanya karena demam." Kali ini pembelaan diberikan Ahiyung tipis-tipis pada anaknya.
"Hanya ko hanya gimana??? Demam itu merupakan reaksi dari sistem imun yang lagi melawan kuman penyakit! Bisa bahaya kalo kita 'heleh' sama kondisi mas yang mungkin sekarang ini lagi nggak baik-baik aja. Kok bisa Koko bilang 'hanya' itu piye to.. Ra cetho njenengan iki.'
Abhi geleng kepala. Salah dalam pemilihan kata saja sudah membuat Sekar mencak-mencak ke suaminya. Padahal maksud Ahiyung bukan 'heleh' sama demam nya tapi yang dia maksud adalah tidak mungkin tiba-tiba Abhi resign nyari kerja lain yang memperbolehkan ijin sesuka hati, sekalipun lagi mager!
Meski dengan banyak drama, Sekar mengijinkan Abhi pergi bekerja juga.
"Bentar bentar mas.. Kamu masih mau nganterin Deepika ke kantornya?" Tanya Sekar mengerutkan dahinya.
"Iya mah."
"Naaah ini pasti kamu sakit gara-gara kecapean kudu anter jemput Deepika pulang pergi kerja. Aduuuh.. Punya pacar kok malah bikin kamu tumbang sih mas mas. Emang nggak bisa ya, barang sehari aja kamu nggak usah anter jemput dia?"
Lho kok makin kemana-mana gini. Deepika yang sudah ada halaman rumahnya bisa mendengar jelas apa yang diributkan Sekar.
"Nggak ada hubungannya mah." Hanya itu yang terucap.
Abhi bukan males bicara dengan ibunya, tapi Sekar ini tipikal orang yang kalo nemu satu masalah bakal merembet kemana-mana. Semua bakal terlihat salah di matanya. Huuuu.. Calon emak mertua yang super sekali ya!
"Kenapa mas?"
Deepika bicara seperti terbawa angin karena tanpa mengeluarkan suara. Namun meski begitu, Abhi bisa dengan mudah membaca gerak bibir pacarnya.
Abhi menggeleng pelan. Tanda semua aman!
"Mah. Berangkat kerja dulu."
Abhi tetap pamit kepada Sekar yang merajuk karena semua larangannya tidak diindahkan oleh sang putra.
"Iya. Hati-hati! Nanti kalo makin pusing atau makin naik suhu tubuhnya langsung periksa ke dokter mas! Jangan ngeyel!!" Begitu lah kira-kira teriakan Sekar yang dapat didengar Deepika.
Deepika berjalan menuju rumah Abhi. Turut berpamitan pada Sekar, meski awalnya wajah Sekar terkesan ditekuk namun saat menerima uluran tangan Deepika yang salim padanya, ibunya Abhi itu justru menunjukkan senyum manisnya.
"Dee, itu lho mas mu panas. Nanti diajak ke dokter ya. Jangan sampai makin jadi panasnya. Disuruh libur nggak mau, disuruh ke dokter ntarlu ntarlu terus, kamu kasih tau dia ya! Nitip bujang balitanya tante ya Dee."
Sontak saja Deepika langsung ngeblush dengan kata 'mas mu' yang Sekar ucapkan padanya.
Abhi menghela nafas berat kala emaknya bilang jika dirinya adalah bujang tapi balita di depan Deepika.. Lho gimana konsepnya ada bujang kok balita?
"Sakit mas?" Mereka sudah ada di mobil.
"Dikit. Kamu udah sarapan?" Abhi fokus membelah jalanan.
"Hadap sini bentar coba." Perintah Deepika.
"Nggak mau. Nanti kita nabrak." Abhi menolak.
"Bentar aja mas! Ya Allah Gusti. Nggak nyampe jam-jaman juga madep aku nya!"
"Mau diapain hmm? Aku lagi nyetir Deep. Nanti aja kalo pengen minta cium. Lagian masih pagi juga." Jawab Abhi asal disertai senyum menawan.
"Heh. Ya enggak lah. Mana ada aku minta cium!"
"Terus?"
"Cuma mau ngecek, segimana panasnya kamu lho.."
Sekilas Abhi memandang ke arah Deepika. Tangan Abhi mengambil tangan kanan Deepika dan meletakkan di dadanya.
"Segini. Panas nya kerasa nggak?"
Aaah.. Apa lagi ini. Deepika tak kuasa menahan rona merah yang otomatis muncul di pipinya.
"Apaan. Yang panas kan kening. Masa yang dipegang dada."
"Karena lebih panas yang di dalam sini Deep."
Berusaha tetap santuy menanggapi obrolan pacarnya dengan tangan yang dipegang Abhi dan diletakkan di dada lelaki itu.
"Lebih panas di dalam dada? Seriusan mas??"
"Hu'em. Kena virus panasnya api asmara yang makin hari makin membara buat kamu."
Deepika yang awalnya terlihat serius langsung mendorong bahu Abhi pelan dibarengi sedikit pukulan manja. Abhi malah tersenyum sekenanya. Dan obrolan ringan berlanjut hingga Abhi mengantarkan Deepika sampai ke tempat kerjanya.
________
Nb: Para pembaca yang berbudi luhur, tolong jika kelian udah kelar baca Emergency 31+ tinggalin sedikit tanda cinta buat saya. Biar saya makin semangat kerja rodinya 😂
Caranya? Liat ada tombol jempol kan? Di klik lur.. Ojo di delok tok!
Ada kolom komentar, yang malu komen saben hari.. Ya wes skip aja😌. Tapi bisa kali ngasih rate bintang 5 sambil ngasih ulasan tipis-tipis.
Dan juga.. Minta tolong kumpulin masa buat ikut gabung hujat saya di sini ya😂. Wes saya ikhlas lahir batin, asal nggak ngasih rate rendah.
bagus
nais
semangaaaaaaaatttt ✊✊✊
udh laik. subrekk, rate bintang 5 sesuai SOP senyum sapa salam sun sepuasnya 😙😙