Kazuya tak pernah merasa lebih bersemangat selain saat diterima magang di perusahaan ternama tempat kekasihnya bekerja. Tanpa memberi tahu sang kekasih, ia ingin menjadikan ini kejutan sekaligus pembuktian bahwa ia bisa masuk dengan usahanya sendiri, tanpa campur tangan "orang dalam." Namun, bukan sang kekasih yang mendapatkan kejutan, malah ia yang dikejutkan dengan banyak fakta tentang kekasihnya.
Apakah cinta sejati berarti menerima seseorang beserta seluruh rahasianya?
Haruskah mempertahankan cinta yang ia yakini selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiiiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Mas Nio & Yaya
"Mass Nioooo."
Panggil seorang wanita dengan nada menggemaskan, suaranya yang mengalun manja, memanjang di ujung, terdengar seperti bisikan lembut yang sengaja dibuat menggoda.
Lelaki yang dipanggil dengan panggilan Nio itu masih asyik mengutak-atik senar gitar di tangannya, sepenuhnya tenggelam dalam aktivitasnya. Suara lembut yang memanggilnya barusan seolah hanya menjadi bisikan angin, terlalu kecil untuk benar-benar sampai ke telinganya. Entah bagaimana, suara itu memang sengaja dibuat selembut mungkin, seolah ingin menyelinap masuk ke hatinya lebih dalam daripada hanya sekadar didengar oleh telinganya
"Ihhh Masss Iyooooo...." Kini panggilan itu kembali berubah menjadi sapaan yang lebih terdengar dekat dan jelas, tapi tidak menghilangkan kesan manja didalamnya. Ditambah dengan nada kesal terdengar jelas diakibatkan dirinya diacuhkan sebelumnya.
Lelaki yang semula berfokus kepada gitar kini mengangkat wajahnya, menampilkan senyuman maniss dan lembut seperti permen kapas. Menatap wanita di depannya dengan penuh cinta, tak mengalihkan penglihatannya hingga beberapa menit.
"Iyaaaa.... Yayaaaaaa." Aronio menjawab dengan suara lembut, tangannya mengelus pelan rambut Kazuya yang tergerai di depannya, memberikan sentuhan lembut yang penuh kasih sayang.
"Mass Iyooo, jangan liatin gituu." Kazuya tersenyum malu, wajahnya sedikit memerah, dan ia langsung memukul pelan bahu lebar lelaki itu, mencoba mengalihkan perhatian Aronio yang terlalu intens menatapnya. Namun, di balik gerakan ringan itu, ada kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan di matanya.
"Udah mau 4 tahun lho, Yaaa. Masa masih salah tingkah jugaaa?" Kekehan pelan terdengar dari bibir Aronio, suaranya hangat dan penuh canda, membuat Kazuya semakin salah tingkah. Tanpa basa-basi, Aronio menggeser tubuhnya sedikit lebih mendekat, membuat Kazuya secara otomatis merapat ke sampingnya.
Dengan gerakan lembut, Aronio menuntun Kazuya untuk duduk lebih mundur, menyender nyaman ke arah sofa. Posisi yang pas agar mereka bisa saling berdekatan tanpa rasa canggung. Tangan Aronio kemudian meraih gitar yang sempat ia abaikan, menggenggamnya dengan hati-hati, tapi tak pernah melepaskan pandangannya dari Kazuya.
"Teteppp ajaaa!!! Tatapan mu itu lo mass, berbaaahaaayaa." Ucap Yaya terlihat berpura-pura waspada.
"Kokk gituu??" Nio yang semula akan berfokus kembali kepada gitar kesayangannya itu kembali beralih menatap Yaya dengan heran.
"Yaaa bahaya lhoo, Masss..." Yaya melipat tangannya dengan kesal, tetapi tetap terlihat lucu dengan ekspresinya yang dramatis. "Buat jantung Yaya kayak mau copotttt." Dengan gaya berlebihan, dia memegangi dadanya, berpura-pura kesakitan sambil mengerjapkan mata ke arah Nio.
"Kirain mass kenapa lohh, gemesin banget sihhh Yaya nya mas Aro." Dicubitnya pipi kurus itu dengan gemass.
"Mas Nio, bukan Mas Aroo!!" Koreksi wanita itu tegas.
Lelaki itu kembali terkekeh gemas, "Kenapa si sama panggilan Aro, kok kamu sensitif banget deh setiap mas nyebut nama itu. Padahal kan itu nama mas juga lo, ya. Aronioo." Jelass Aronio dengan tersenyum tipis, matanya yang teduh menatap Kazuya dengan gemas. .
Yaaaa Aronio Bimantara nama panjang dan nama aslinya. Namun, sang kekasih yaitu Kazuya yang biasa ia panggil dengan sebutan Yaya tersebut selalu memanggil penggal nama di akhirnya—Nio, atau jika sedang manja seperti ini ia akan memanggil dengan sebutan lebih menggemaskan yaitu Iyo—Mas Iyooo.
Sedangkan orang-orang disekitarnya selalu memanggilnya dengan panggilan nama awal katanya yaitu Aro.
"Denger ya, Mas Nio," Kazuya berkata sambil tersenyum nakal, suaranya penuh dengan kelakar manis. "Panggilan 'Aro' itu kurang cocok sama Mas Nio. Kesannya terlalu tegas, padahal kan Mas Nio semenggemaskan giniii," tambahnya dengan tawa kecil, sambil tangan halusnya bermain-main dengan rambut Aronio yang tertata rapi, membuat lelaki itu tak bisa menahan senyum.
Nyatanya tampang wajahnya Aronio memang lebih terlihat lembut dan bersahabat tidak setegas dengan panggilan 'Aro' seperti dikatakan Kazuya. Namun, semua rekan-rekannya memanggil dirinya dengan panggilan tegas itu. Aro. Aronio akan menolak keras jika ada yang memanggil dirinya dengan panggilan lembut seperti yang dikatakan wanitanya itu—Nio. padahal benar wajahnya lebih mencerminkan panggilan lembut dibandingkan tegas itu.
Wajahnya tak terlalu bulat, cenderung lonjong. Potongan rambutnya yang sering terlihat berponi acak-acakan justru menambah kesan gemas, membuat siapa saja yang melihatnya tak bisa menahan senyum. Kulitnya bersih, walaupun tidak terlalu putih namun ia tergolong putih untuk kalangan lelaki Indonesia. Poninya jika sedang rapi maka akan di sisirnya rapi belah dua bak lelaki di drama korea, namun, jika sedang seperti ini bodoh amat dirinya dengan rambut, ia akan tampil apa adanya di depan sang kekasih. Tidak mempedulikan penampilan. Lagipula kurang lebih 4 tahun mereka bersama sang kekasih sudah tahu semua kelakuan dirinya, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi.
Berbeda jika sedang keluar atau berpergian, penampilan Aronio akan selalu sempurna. Tata letak sehelai rambut pun akan ia perhatikan. Bisa bolak balik kaca untuk melihat penampilannya sudah sempurna atau belum. Terkadang si wanita yang biasanya akan lebih lama dalam berdandan akan kalah dengan kerapian lelaki itu.
Kazuya—Yaya—yang notabenenya merupakan cewe yang serba kilat tak jarang selalu merasa kesal jika sudah menunggu Aronio bersiap-siap. Pasangan memang terkadang memang saling melengkapi. Bukankah itu gunanya pasangan untuk melengkapi kelakuan yang tergolong tidak baik di diri kita???
Ahhhh ntahhhlahh....
Kini mengenai Yayaa. Bukan! ini bukan Yaya si anak yang suka membuat kue biskuit di serial kartu BoBoiBoy. Ini Kazuya. Nama yang sangat cantik dan manis. Semanis mukanya. Wanita itu meski tidak memiliki warna kulit yang tergolong dalam standar kecantikan warga Indonesia, ntah mengapa tetap terlihat sangat indah di pandang. Siapapun yang melihat wajahnya akan setuju bahwa Kazuya itu perempuan manis yang tidak membosankan. Warna kulitnya itu tidak sama sekali menurunkan kecantikan pada dirinya, malah menambah kesan daya tarik luar biasa. Mungkin inilah alasan kenapa orang-orang bule berjemur ingin menggelapkan kulit.
Jika Aronio senang dipanggil dengan panggilan Aro, maka Kazuya lebih senang dipanggil dengan panggilan Zuya dibandingkan Yaya. Tentu alasannya karena Yaya si kartun Boboiboy dirinya sering menjadi bahan candaan teman-temannya. Namun, tentu itu tak berlaku jika Aronio sang kekasih yang memanggil dengan sebutan itu. Malah ia merasa terdengar menggemaskan dan manis penuh cinta akan panggilan itu.
Mereka menghabiskan waktu dengan tawa dan canda ringan, namun momen itu tiba-tiba terhenti ketika ponsel Aronio bergetar di atas meja. Ia melirik layar sejenak, lalu mengambil ponselnya sambil memberikan isyarat halus kepada Kazuya untuk menunggu.
"Iya, halo?" Aronio menjawab dengan nada hangat, begitu akrab hingga Kazuya tanpa sadar memperhatikan.
"Ah, nggak kok, aku lagi santai aja di rumah." Suara Aronio terdengar begitu cair, sesekali terdengar tawa kecil yang cukup membuat Kazuya penasaran.
Obrolan itu berlangsung sebentar, namun ada sesuatu dalam caranya berbicara—intonasi ramah dan kalimat-kalimat yang begitu nyaman keluar dari mulutnya—yang membuat Kazuya berpikir.
"Siapa, Mas?" tanya Kazuya setelah Aronio menutup teleponnya.
"Ah, itu temen kantor," jawab Aronio ringan, kembali menaruh ponselnya di meja. "Lagi ada yang mau tanya soal dokumen kerja." Jawaban itu meyakinkan Kazuya, karena hal tersebut memang sering terjadi ketika mereka sedang bersama, tidak akan lepas dari kerjaan dan usikan teman kantornya.
•••